Saturday, March 28, 2020

CONTOH CV LAMARAN PEKERJAAN/ CV DIKETIK/ CV SEDERHANA

Hai sobat, jumpa lagi di postingan kali ini.
Kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang apa itu CV (Curriculum Vitae) atau dalam bahassa indonesia disebut Daftar Riwayat Hidup. Sebenarnya membuat CV cukup mudah jika sudah tahu unsur apa saja yang harus dimasukan kedalamnya.
Daftar Riwayat Hidup bertujuan untuk menampilkan riwayat hidup kita pada perusahaan yang mana terdiri dari: Nama, umur, tempat tinggal, jenis kelamin, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, keahlian/skill dll. Oleh karena itu buatlah CV semenarik mungkin agar lamaran anda dipertimbangkan dan diterima oleh perusahaan. 

Berikut saya sajikan contoh CV lamaran pekerjaan 

Wednesday, July 24, 2019

MOTTO/PENGERTIAN MOTTO HIDUP/CONTOH MOTTO

Motto?

Apa motto hidup kalian??

Pernah ngga sih kalian ditanya soal motto hidup? Dan kalian tau ngga apa definisi dari "motto" itu sendiri.

Hendro :"Definisi motto??, tau lah masa ngga tau sih, itu kan yang ada isinya kata-kata..." 
Hendri    : "Kata-kata? Kata-kata apa?"
Hendro  : "Ah luh ngga gaul banget sih gitu ajah ngga tau"
Hendra : "Emang motto kaya gimana ndro?
Hendro : "ya yang gitu gitu deh" wkwkwk dasar si Hendro si anak gaul yang kebingungan ditanya definisi motto hidup, ya udah deh langsung ajah saya jelaskan disini.
Moto hidup adalah suatu ungkapan atau pernyataan yang bersifat positif dan mampu membangun semangat biasanya juga dijadikan prinsip atau pegangan hidup bagi individu. Dan mampu mendorong individu untuk berbuat positif seperti yang ada dalam motto tersebut.

Berikut saya akan berikan contoh motto hidup saya. 

☆Hidup bukanlah tentang menjadi yang terbaik tapi menjadi lebih baik dari sebelumnya.

☆Menang itu tidak selamanya tetang juara satu, tapi kemenangan sesungguhnya adalah saat kamu mampu  menaklukan ketakutanmu.

Demikian penjelasan yang saya berikan, semoga bermanfaat.

Terimakasih

Sunday, February 17, 2019

novel/cerpen/cerita romantis/kumpulan cerita anak sekolah/cerita terbaru/fiksi/tema cinta /cinta diatap sma




Cinta di Atap SMA 


Dstnzo

Namaku Nur Fiyan aku seorang siswi SMA  yang  memiliki kemampuan otak biasa saja.  Kadang aku berfikir mengapa aku tidak bisa seperti temanku  Lissa, dia sahabatku yang begitu cerdas, pintar, dan luar biasa. Tapi aku sadar aku tidak  mungkin dapat sama seperti Lissa, karena yang maha kuasa menciptakan manusia dengan kemampuan yang berbreda-beda. 
Belakangan ini ada satu hal yang  tengah membuatku sangat penasaran yaitu CINTA. Apa sebenarnya  itu cinta? Dari yang pernah ku dengar  cinta itu Rumit, Butuh  pengertian, perhatian, kasih sayang, kepercayaan. Dan yang tak kalah penting adalah kesetiaan. Kalimat itu yang sering kubaca di sosial media, seolah-olah dunia telah berubah menjadi dunia tak berwujud, tak ada lagi pembatasan dan rahasia, karena semua dapat dikupas tuntas  tak terbatas. Kadang aku menjumpai penyair dadakan yang mencurhatkan semua isi hatinnya dan menganggap semua yang ada di media sosial adalah keluarga, tapi menurutku itu bukanlah hal yang benar, boleh saja berbagi dengan orang banyak, tapi apakah kalian rela kehidupan kalian dijadikan  sebagai tontonan banyak orang bahkan kau tidak tahu siap saja diantara mereka yang tulus bersimpati padamu dan mungkin saja tidak sedikit dari mereka yang mengolok tanpa kamu ketahui.
Cinta , aku tak peduli apa itu cinta. Karena menurutku hanya ada kasih sayang yang membuat seseorang bahagia, begitu yang aku pahami sekarang.  Mungkin kelak aku akan mengerti apa arti cinta yang sebenarnya. Tapi kini aku  hanya akan menikmati masa SMA ku dengan kebahagiaan bersama teman-temanku dan tanpa terlibat dengan persoalan cinta, itu rencanaku saat ini.
Aku bersekolah di salah satu sekolah  favorit di  kota ku. Aku berada di kelas 11 IPS 2. Aku memiliki banyak teman dan sahabat di sekolah ini meskipun tidak satu kelas. Ada, Lissa, Dewi dan Sandra, mereka adalah sahabat ku. Kami sering melewati jam-jam di sekoah dengan kekonyolan, keceriaan , dan bahkan keharuan. Meskipun di kelas 11  kami memiliki kelas yang berbeda tapi kami tetap sahabat yang manis. Kami akan saling bercerita satu sama lain jika kami punya masalah, diantara mereka  ada  beberapa yang memiliki kehidupan cinta yang berbeda, ada cinta yang rumit, cinta moyet, cinta yang unik dan lainya, dan aku simpulakan semua cinta itu menjadi satu yaitu... CINTA DI ATAP SMA...
Part 1

#Tertawa dan Persahabatan
Pagi begitu cerah sang surya tersenyum pada dunia, langit biru bergambar kelembutan,burung-burung bersenandung riang, angin membawa hidup  sejuk penuh kedamain.  Hari ini di sekolah akan diadakan rapat guru mengenai  evaluasi  bersama  yang akan di selenggarakan beberapa minggu lagi. Hari ini merupakan hari kebebasan bagi para siswa khususnya anak yang tak suka ada pelajaran di kelas, emmm sepertinya aku salah satu dari mereka hehe, karena hari ini adalah hari  yang tidak akan mungkin ada kegiatan belajar mengajar sebab semua guru dan karyawan disibukan dengan rapat tersebut. Inilah waktunya bagi kami penikmat jam-jam kosong beraksi. Aku, Lissa, Dewi, dan Sandra segera menuju ke tempat kami biasa nongkrong, yaitu di kantin  mbok Juariah,  kami biasa  memanggilanya mbok Juary biar terkesan lebih gaul dan kekinian kan? Kami berbondong-bondong ke kantin  untuk menikmati soto buatan mbok Juary, dan juga minuman segar di kantinya. Suasana kantin Mbok Juary begitu ramai, dengan pelanggannya dan ditambah lagi dengan kedatangan kami yang pastinya jauh dari keheningan.
Setelah perut kami terisi kami kembali ke kelas, saat aku membuka pintu ruang kelas, kami melihat kelas kami berubah seketika, menjadi tempat yang tampak menyenangkan. Terlihat di pojok depan tampak sedang ada suatu pagelaran musik  populer. Di pojok  sebelah  kiri ada tempat nongkrong para cewe dengan berbagai aktivitas di dalamnya. Ada yang sedang membuka salaon dengan lipstik apa adanya dan bedak alakadarnya hehe dan berbagai canda yang mengundang gelak tawa bagi yang mendengarnya. Sedangkan  dibagian pojok belakang  ada karaoke lagu-lagu lawas dan lagu terpopular akhir akhir ini mulai dari lagu lagu hits dalam negeri hinnga luar negeri. Sungguh keadaan ini luar bisa menurutku. Tapi jelas tidak, dengan pandangan para guru. Mereka benar -benar menganggap kelas kami adalah kelas yang sangat menyedihkan, sampai-sampai setiap kali ada guru yang masuk ke kelas kami sering kali mendadak terjangkit mulas. Hemmm entah virus apa penyebabnya, apa mungkin energi tak kasat mata penyebanya? bahkan hanya beberapa guru saja yang bertahan mengajar  hingga jam pelajaran usai. Jotomatis kami lebih banyak menghabiskan waktu kami di kelas dengan menikmati jam-jam kosong seperti ini.  Meskipun begitu kami memang bahagia mendapatkan saat-saat seperti ini ,namun kami akan menderita ketikan ujian di laksanakan. Karena kelas kami jarang mendapatkan materi pelajaran, dan kami harus berjuang mencari materi dari berbagai sumber. Dan sebelum ujian kami sering kali mengandalkan teori kebut semalam. Bener, yaaaa kami sering melakukannya. Dan jika kalian adalah seorang pelajar, aku yain kalian pasti tau apa yang aku maksud disini.
Hanya dengan bermodalkan teori itu kami mau tidak mau harus siap menghadapi ujian. Jadi jika kami mengingat apa yang  kami pelajari malam itu kami akan bersyukur dan jika tidak maka itu juga merupakan salah satu ujian bagi kami. Bukan mereka saja aku juga ikut melaksanakan teori itu beberapa kali hehehe.
                                           












Hari ini adalah hari yang menegangkan soal-soal telah menanti untuk di kerjakan, tumpukan kertas putih yang masih tertata rapih dalam sebuah amplop coklat yang tebal sebagai kontrak peperangan, sungguh pemandangan menegangkan saat demikian dimana pertempuran akan segera di mulai.
Suara lonceng peperangan telah dibunyikan, semua telah siap berperang dengan bersenjatakan tombak bolpoint hitam, tameng kartu ujian, dan pedang penggaris penyelamatan. KAMI SIAP BERPERANG!!!!
 Pintu benteng telah terbuka, kami akan saling duduk berdampingan, tanpa memandang umur, kecerdasan, dan kekayaan. Kami akan saling membantu jika di butuhkan. Karena adat ini takmungkin lenyap terbuang. Apakah anda paham???” Baiklah, akan saya lanjutkan”.
Lembaran-lembaran soal mulai dibagikan, Teka-teki soal terus melayang-layang, sebelum semua terkuak perlahan. Lonceng berbunyi dua kali tanda kami mulai peperangan. Soal demi soal  kami lalui, jika merasa tak mampu paham  maka soal itu kami lewati, dan  jika sudah benar-benar mentok maka kami akan berhenti mengerjakan dan menyusun rencana lajutan. Lonceng ke tiga telah berbunyi itu pertanda waktu mengerjakan soal hanya tinggal 10 menit. Tanpa pikir panjang rencana lanjutan diluncurkan, berburu jawaban pun jadi. Lonceng ke empat berbunyi tanda perang telah usai. Wajah lelah lesu bagai di penuhi penyesalan, pula wajah girang tanpa penyesalan pun menghiasi ruang yang bergantian keluar dari medan peperangan.
Ya begituah proses peperangan  dalam evaluasi kali ini untuk hari pertama. Aku yakin beberapa dari kalian pernah ada dalam situasi demikian Emmm Aku pikir kalian sudah paham sekarang, mari lanjutkan cerita selanjutnya.
Setelah aku keluar dari ruang ujian aku langsung menuuju ke ruang ujian Sandra dan Lissa. Aku menungu merekan di kursi teras ruangan ujian mereka. Tiba-tiba Dewi datang dan duduk di sebelahku, sambil  tersenyum lebar dia tiba tiba dia memeluk ku.
“ Kenapa sih kamu... kesambet jin mana nih ? kok senyum senyum sendiri..?” tanya ku penasaran.
“ Ih kamu mah gitu Nur ... aku lagi seneng banget nih”  kata Dewi dengan wajah kegirangan.
“Tau lah aku kalo kamu lagi seneng, keliatan dari mukamu” sahut ku
“Kamu peka banget deh” kata Dewi kembali memeluku
“Ada apaan sih? soal-soal nya gampang? guru yang jadi pengawas ganteng? atau ....?( terdiam sejenak sambil berfikir) oh ya ya ya sekarang aku paham”.
“Tebak deh apa coba ?” tanya Dewi padaku dengan wajah girangnya berharap tebakan ku benar.
“ Kamu pasti abis dapet uang jajan banyak ya... uhuyy....” kata ku pada Dewi.  Seketika wajah Dewi berubah seperti baju kering yang baru diangkat dari jemuran. lalu  Dewi  mendekatkan wajahnya kewajah ku dan menatap sambil sedikit melotot dengan mulut melongo, seketika aku langsung menarik kepalaku ke belakang  agar tidak berjedotan dengan wajah Dewi. Aku pun terdiam beberapa detik  dalam posisi itu karena melihat ekspresi Dewi yang sangat konyol dengan matanya yang melotot dan mulutnya yang masih melongo. Kemudia aku memalingkan wajahku dan tertawa, lalu kami pun kembali ke posisi semula duduk bersebelahan.
“Aku kira kamu paham dan peka Nur, tenyata kamu mengecewakan dan membuat hati ku  hancur”. Kata Dewi padaku dengan mulutaya bicara yang  dibuat-buat seperti orang yang sedih berat.
“Ini masalahnya lain Nur, ini bukan masalah uang jajan lagi, tapi  ini masalah hati, kamu tau..hati. H.A.T.I” kata Dewi padaku berusaha menerangkan. Aku hanya tersenyum sambil tertawa kecil mendengar penjelasan Dewi yang sebelumnya aku tidak paham sama skali. Kemudian aku kembali bertanya dengan sedikit serius.
“hati kamu kenapa wi..? kamu sakit hati...? kenapa nggak ke dokter ajah kan bahaya wi?” Berusaha memberi saran.
“Ya ampuan kamu masih belum paham Nur ....? ini bukan masalah penyakit hati Nur! Tapi urusan hati ....urusan cinta...masalah perasaan”. Ucap Dewi yang sepertinya sedikit geregegetan karena aku yang tidak peka dan  gagal paham mengenai perkataan Dewi. Tapi sepertinya kali ini aku paham dengan apa yang di bicarakan Dewi. Dewi sedang jatuh cinta pada seseorang itu yang sekarang otaku tengah pikirkan.
“Oooh... paham sekarang”.
“Seharusnya emang gitu, tapi aku ngomong dari tadi kamu nggak paham-paham malah jadi salah paham sampe penyakit hati lagi hedeh”.
 Lalu Sandra dan Lissa datang dari belakang dan menghampiri kami.
“Hay, lagi ngomongin apa sih. Kok kayaknya rame banget, gereget gitu?” tanya Lissa penasaran.

Lalu Dewi menjawab sambil mengelus kepalaku seperti yang dia lakukan pada
adiknya yang masih kecil.
“ Ini  anak emang belum cukup umur masa aku bilang ini masalah hati...di malah nyuruh aku berobat ke dokter dia pikir aku kena penyakit hati”. Mendengar perkataan Dewi itu,Lissa dan Sandra pun tertawa tanpa henti, hingga suara tawa mereka memenuhi  tempat itu. tiba- tiba seseorang dengan tubuh besar dan kumis yang hitam dan tebal berdiri tepat dibelakang kami.
“ehem...ehm...kalian tau peraturan saat ini..? tanyanya nya dengan suara berat dan nada serius.
“Maaf pak kelepasan...hehehe”. jawab ku sedikit tertawa kecil. Kami pun pergi turun ke bawah ke tempat parkiran dan segera pulang.
Cinta ,aku mencintaimu ,aku cinta kamu dan aku sayang kamu,potongan kalimat itu adalah potongan kalimat yang  Nur anggap bahwa itu hanya lah kalimat bodoh,dan pedoman orang-orang alay.  Nur masih saja belum percaya mengenai kehadiran cinta yang  tiba- tiba,  dan cinta yang mampu mengubah segalanya. Kini Nur masih mencari kebenaran  tentang cinta. Hari terus berjalan satu minggu telah berlalu, ujian pun telah selesai, tapi kebersamaan di antara kami akan tetap ada sampai kapanpun.

# Jangan Pernah Merasa Sendiri

Bintang malam gemerlap diantara keheningan malam, keindahan hadir menyelimuti kalbu pemberi kehangatan jiwa.  Bunyi bip...bip...bip terdengar  memanggil, ku raih ponsel di sebelah tubuh ku dan mebuka pesan dengan gesekan ibu jari.
“(Nur besok aku tunggu kamu di  tempat biasa ya)”pesan ini di kirim oleh Sandra padaku. Lalu aku membalasnya.
“(sippp Bosss)”.
 Sekali lagi nada dering bip bip tanda pesan mausk berbunyi.
 “(selamat tidur Nur, semoga  mimpi indah...(;))”
 “( iya selamat mimpi indah juga Sandra...)”balasku
 Tiba –tiba aku teringat sepotong kata tadi siang di sekolah tentang apa itu Cinta...?”  dan pertanyaan ini mulai mneghantuiku . Benarkah cinta benar -benar dapat membuat seseorang berubah?, benarkah cinta membuat orang rela melakukan apapun demi cinta?,benarkah cinta itu indah? benarkah cinta itu segalanya?.
“ Apa yang terjadi pada diriku mengapa aku memikirkan hal tidak berguna seperti ini, lebih baik aku tidur dan berman dengan mimpi- mimpi indah ku saja hahh..”ku hembuskan nafas penuh kepenatan,
lalu ku tarik  selimutku hingga menutupi seluruh wajahku.
Tak lama kemudian aku telah tertidur di blik hangatnya dekapan selimut, malam seolah berjalan begitu cepat, serasa baru satu jam aku tertidur matahari sudah  tersenyum menyambut pagi  yang cerah.
“haaaaaaa” aku  menguap sambil  beranjak  turun dari tempat tidur,
lalu aku membuka jendela, ku rasakan ada senyum keceriaan di antara hembusan angin pagi yang segar  dengan sinar sag surya yang menerobos masuk ke kamarku.
“ Aku  akan mandi lalu aku akan pergi menemui Sandra...tapi sebelum itu aku akan beres-beres rumah dulu, baru  setelah selesai aku akan pergi, ya benar sepertinya ini ide bagus” aku segera menyelesaikan semuanya dan mandi.
“ Ya semuanya sudah selesai sekaraang pukul 9.00 aku akan pergi sekarang...lalalala.la..hemhemhem hemhem.
 Aku berjalan menyusuri gang untuk menemui Sandra di tempat biasa kami sering bersama, di bawah pepohonan rindang di dekat persawahan. Sesampainya aku disana aku melihat Sandra dan teman teman yang lain sudah ada di sana. Lalu aku segera bergabung dengan mereka.
“Nur. Kamu dari mana..? udah di tungguin dari tadi juga....?” tanya Sandra padaku.
            “ Dari rumah lah, masa dari hongkong...? gila kali.”..jawabku .
“ Ya kali ajah kamu dari hongkong jalan kesini Cuma buat dateng ke pinggir sawah...heheheh”. celoteh Dewi meledek. Kehangatan seperti inilah yang membuatku bahagia bersama mereka. Suatu saat pasti aku akan merindukan moment seperti ini ketika kita tidak bisa berkumpul dan bercanda seperti ini.
              Wi gimana kamu sama dia ....?” tanya Lissa pada Dewi”.
“ Aku sih gitu deh...tapi dianya yang nggak peka sama apa yang udah aku lakuin selama ini.
“ Emang apa yang udah kamu lakuin buat dia wi..?” tanya ku penasaran.
“Ya jelas sesuatu yang bisa bikin Rafi jatuh cinta lah...” jawab Sandra semangat sambil melirik ke arah Dewi.
“ Jangan gitu dong ...aku kan jadi malu....”. ucap Dewi tersipu.
“Rafi. Rafi yang mana...?”tanyaku mencari tau.
“Itu loh yang kemarin duduk bareng sama dia waktu ujian, yang kemarin bikin dia kegirangan setelah keluar ruang evaluasi”. kata Sandra menjelaskan.
“Oooh cowok  yang tinggi itu...?”. Ucap ku menanggapi.
“ Menurut kamu ganteng nggak Nur...?”. tanya Dewi pdaku.
“Kalo menurut ku sih ganteng tapi biasa ajah...”  jawabku dengan nada datar.
“Syukur deh kalo gitu...jadi nggak akan ada yang ngeganggu hubungan kita nantinya...?”
“ Hubunagan siapa wi...?” tanya Lissa pada Dewi.
“ Ya hubungan aku sama Rafi lah... masa sama kamu nanti aku di kira nggak waras lagi...”
“Enak ajah siapa juga yang mau sama kamu...segila gilanya aku aku nggak bakal kali suka sama cewe...gini-gini aku masih suka sama cowo tau....amit-amit deh.....? ucap Lissa dan kami semua pun tertawa bersama.
“ Oh iya aku pengin cerita sesuatu sama kalian...?” ucap Sandra pada kami semua.
“ Ada apaan sih keliatanya serius banget....?” kata Dewi bersahabat.
“ Setelah lulus aku akan di jodohkan dengan anak dari teman ayahku”.
“kok gitu ,apa kamu nggak pengin lanjut kuliah ...?”tanya ku pada Sandra.
“ Iya Sandra...apa kamu nggak pengin kuliah...?”. ucap Lissa mendukungku.
“Sebenernya aku pengen banget kaya gitu, tapi aku nggak berani nolak keinginan ayahku.
“Jika kamu nggak setuju sama perjodohan itu, Kamu bicarakan baik-baik dengan kedua orang tuamu tentang perjodohan itu, kamu katakan sejujurnya apa yang kamu inginkan, bahwa kamu masih ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seseorang yang sukses”. Ucap Lissa dengan kata-kata solusinya sebagai seseorang yang terpintar di antara kami.
“ Tapi aku nggak berani ngomong kemereka, gimana jika gagal aku takut kalau mereka nanti akan marah”. Sahut Sandra khawatir.
“ Jangan pernah bilang nggak bisa sebelum kamau mencoba, ketakutan yang disimpan nggak akan pernah bisa hilang jika kamu tidak membongkarnya”. Ujar Lisa terus memotivasi.
“Semua keputusan ada di tangan kamu Sandra...apapun keputusan yang kamu ambil kami semua akan selalu mendukungmau, jadi kamu jangan pernah merasa sendiri....OK..! Kata Dewi menyemangati.
“ Bener tuh kata Dewi kami selalu mendukung kamu, jadi jangan pernah merasa sendiri dan semua masalah pati adaa jalan keluarnya jadi kamu harus tetap semangat..semangat!”. kataku menyemangati.
“ Sandra, kita kan sahabat kita harus saling berbagi satu sama lain agar masalah yang kita hadapi  tidak terasa begitu berat” kataku memotivasinya.
“Aku beruntung punya temen seperti kalian,kalian sungguh sahabat terbiku. Kami pun saling berpelukan.
            Sebuah masalah yang membingkungkan seringkali membuat seseorang berlinag arimata yang tak berujung, terasa sangat menyakitkan. Tapi kebenaran harus tetap ada dan tak boleh tumbang karena setetes airmata.










#Sedikit Melodi Cinta
Waktu terus berlalu, hari terus berganti, 1 tahun kelas 11 pun berlalu, dan selamat datang kelas 12, kelas baru dan teman baru, serta semua hal yang baru.
Tak ,tak, tak bunyi langkah kaki yang ringan semakin mendekat, membawa pandangan tertarik  mencari  keberadan. Seseorang  yang  tinggi ,keren, dengan gaya rambut khas bak model tampan tengah berjalan, dia terlihat asing bagi ku, dia membuatku terdiam sejenak.
Sepertinya aku tidak pernah melihat dia sebelumnya,apa dia siswa baru, aku jadi penasaran. Mendingan aku tanya langsung ajah, ah.Engga ah. Dikira nanti aku genit lagi nanya- nanya, bukan urusan aku juga.  Tapi aku penasaran....ngga papa deh aku tanya ajah . lalu aku menghampirinya.
“ Hai...”. Sapa ku sambil melambaikan tangan.
“ Hallo...” jawabnya sambil tersnyum.
 “Kamu anak baru ya?”
“ Iya.aku siswa baru disini”.
“ Ooh...siwa baru, Selamat bergabung di sekolah ini ya...nama kamu siapa?”.
“ Panggil ajah Dika, nama kamun siapa..?”( Tanya dia balik).
“Nama ku Nur ”.
Tiba-tiba aku melihat Sandra,Dewi,dan Lissa, tapi kenapa mereka masuk ke kelas ini, apa ada sesuatu yang terjadi.
“ Hay Nur...?”. Sapa Lissa pada ku.
“Hay juaga...”. Dan mereka semua menghanpiriku.
“ Nur kamu tau nggak sekarang kita satu kelas lohh....?”. Kata Sandra memberi kejutan.
“ Wow yang bener....?” ucap ku tak percya.
“ Ya bener lah masa bohongan..,.ngomong-ngomong itu siapa Nur?”. Tanya Dewi sambil lirik-lirik ke arah Dika.
“ Oh iya dia teman baru kita namanya Dika, Dika kenalin ini temen -temen aku..yang ini Lissa , ini Sandra, dan yang  satu lagi Dewi”. Kataku memperkenalkan mereka.
“ Hay...?”Sapa Dika sambil tersenyum.
“ohhhh...senyumnya itu loooh bikin aku meleleh....”. kata Dewi terpesona.
“ Oh jadi gituuuu...kasihan banget yah Rafi baru jadian 2 minggu udah pindah ke lain hati...” ucap Sandra  dengan ekspresi prihatin yang di buat-buat.
“ Engga dong my love Rafi tetap nomer  satu buat aku”. Ucap Dewi membela diri.
“ Iya deh percaya...”. kata ku meng iyakan perkatakan Dewi.
Kami pun duduk di kursi masing masing,Dewi duduk di meja depan,  meja sampingnya Lissa , aku duduk di bangku nomor dua setelah Dewi dan Dika duduk di meja sebelahkananku sedangkan Sandra duduk di meja belakang ku.
           

Jam pertama di muali, hari ini hari pertama masuk sekolah jadi kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan efektif, baru pengenalan guru,serta sedikit materi pengenalan yang akan di bahas di pertemuan yang akan datang.  Guru Bahasa Indonesia pun masuk ke kelas. Seperti biasanya perkenalan dan sebagainya.
“ Nur,Dika ganteng yah?”. Tanya Sandra berbisik di belakang ku.
                        “Emang kenapa...?”.
                        “ Dia pinter nggak yah...?”. Tanya Sandra lanjut.
                        “ Mana aku tau...bukan urusanku”.
                        “ Emang kamu sejak kapan kenal sama Dika ..?”.
                        “ Baru tadi pagi...”.    
“ Dia duluan yang minta kenalan sama kamu?”.Tanya Sandra lagi.
“ Bukan...aku yang minta kenalan duluan”. Jawabku.
“ WHAT....!” Ucap Sandra terkejut dengan nada tinggi dan volume yang cukup keras.
Semua pandanga tertuju pada kami akibat suara Sandra barusan, aku hanya tersenyum pada mereka yang menatap kami.
“Sandra ada apa?”. Tanya Ibu guru yang tengah menjelaskan materi.
“ Ini bu tadi keselek...iya kan Nur?”. Ucap Sandra konyol, sambil batuk yang di buat-buat dan berkedip- kedip meminta bantun padaku.
“ Keselek. Ya bener bu keselek”. Jawabku mengikuti jawaban konyol Sandra.
“ Kamu makan di kelas?”. Tanya Bu guru mengintrogasi.
“ Engga bu. Bukan”. Ucap Sandra gugup.
“ Bukan bu...Angin”. Kata ku mencari alasan.
“ Angin ...maksudnya...?”. Tanya Ibu Guru Bingung.
“e...ee...itu ...keselek angin maksudnya”.  Jawabku sambil cengar cengir dengan jawaban bodoh.
“ Yang lain perhatikan ya..?”. Kata Ibu guru pada yang lain.
“Selamet..selamet..untung ajah Ibu guru percaya kalo nggak abis kita di hukum.Nur”. Ucap Sandra dengan nada pelan.
“Lagian apa-apan sih kamu teriak-teriak”.
“ Ya maaf kelepasan Nur...”.
“ Udah ah...nanti kena marah lagi”. Kata ku pada Sandra.
“iya...iya bawel”.

 Jam pelajaran pun berakhir semua siswa meninggalkan rung kelas. Aku , Sandra, Lissa dan Dewi pulang bersama .Di jalan yang tidak jauh dari sekolah.


“ Nur, tadi kalian ngapain di kelas kok Sandra sampe kaget gitu...?”. Tanya Lissa penasaran.
“ Siapa lagi orang yang bisa bikin aku shok tingkat tinggi coba.?”. Tanya sandra.
                        “Shok kenapa..?”. tanya Dewi.
                        “ Kalian kalo denger  pasti juga bakal shok”. Lanjut Dewi.
“ Shok apan sih ...kamu ajah yang berlebihan”. Ucap ku dengan nada datar.
“ Biasanya cewe  kan yang di ajak kenalan tuh, sama cowo...lah kali ini beda , bukan cowonya yang ngajak kenlan,tapi sebaliknya, cewenya duluan yang minta kenalan”. Kata Sandra menjelaskan.
“ Ya nggak papa sih... kalo cowonya ganteng”. Kata Dewi.
“ Emang siapa yang kaya gitu...?”. Tanya Lissa tertawa kecil.
“ siapa lagi ...kalo bukan Nur”. Ucapan Sandra
“ WHAT...!!!  Lissa dan Dewi  terkejut.
“Hehehe...” aku hanya tertawa kecil.
“ Seorang Nur minta kenalan sama Cowo. Nggak papa sih, aku nggak heran emang Nur kan ratunya nggak bisa di tebak”. Kata Lissa sambil menengok ke arahku.
                          “Emang apa salahnya sih...kan Cuma pengin kenal ajah?”.
“ Dasar ,jadi orang tuh jangan terlalu polos kenapa sih, kalo cewe yang minta kenalan sama cowo kesannya tuh kamu cewe genit bangt tau...”. kata Sandra menjelaskan.
“ Nggak tau”. Ucap ku tanpa ekspresi apapun.
“ Makanya aku kasih tau...Nur”. Ucap Sandra geregetan
“ Oh ya aku baru tau”.
“Udah lah terserah kamu ajah...pusing aku jelasin nya, tuh rumah kamu udah deket mendingan kamu balik duluan okeh..?”.kata Sandra memberi saran.
“Bye... bye temen-temen sampe ketemu besok”. kataku melambaikan tangan.
“ Iya sayang...”. jawab Sandra
 Sandra, Lissa dan Dewi pun tertawa bersama dan kami pulang ke rumah masing masing.
Malam telah datang ku tulis sesuatu di diary kesayangan ku mengenai sesuatu tentang sahabatku , tiba- tiba seseorang muncul di benat ku,senyuman yang begitu meneduhkan dari seorang siswa baru.  Seperti ada sesuatu pada anak baru itu “Dika” , dialah oranganya.
Lalu ku tuliskan sesuatu tentang dia, seseorang  yang tinggi,tampan, baik, dan mungkin menyenangkan. Wajahnya dan senyumannya hadir begitu saja ketika mataku terpejam, aku berusaha menghapus senyuman itu hingga aku akhirnya terlelap bersama senyuman itu.
   Tak terasa pagi telah datang,mandi, bersiap, sarapan pagi, semuanya selesai ,Sekarang pukul 06.15 saatnya berangkat, dan jika aku berangkat sekarang maka aku akan sampai di sekolah  Pukul 06.45 . Aku tiba di sekolah tepat waktu, aku segera masuk ke ruang kelas.
Tet. .tet tet ...Jam pelajaran akhirnya  selesai semua siswa keluar dari kelas  ,saat aku selesai berkemas Dika menghampiriku.  
“ Nur ...?”
“ Iya ada apa...?”
“ Aku mau minta tolong sama kamu?”
“Minta tolong apa....?”
“Sebenernya aku  mau beli buku tapi  aku nggak tau tempat toko buku nya, kamu mau nggak temenen aku beli buku..?”. tanyanya padaku.
“Hem....gimana ya?”.
“ Enggak lama kok”. Ucap Dika.
“Iya deh nanti aku temenin, tapi cuma beli buku ajah ya”.
“ Oke. Yaudah langsung berangkat sekarang ajah gimana?”.
“ Ayo”. Kami pun bejalan bersama ke toko buku, di perjalanan kami berjalan bersebelahan.
 Di sepanjang perjalanan kami sesekali saling melihat dan tersenyum satu sama lain.  Saat dia tersenyum padaku , senyuman itu mebuat ku gugup dan salah tingkah.  Suhu hangat tanganku mulai berganti dingin. Dan aku  memegang  tanganku berulangkali  agar suhu dinginya berubah dan tetap normal. Saat sudah di depan toko,  Dika pun segera masuk.
                        “Nur kamu nggak masuk?”.
“Masuk...Oh iya aku masuk”.  Jawabku gugup, dengan jawaban bodoh.
Kami pun masuk , aku berjalan di belakang Dika yang  sedang mencari buku. Saat aku melihat-lihat buku buku di rak yang tertata rapih, ada sebuh buku yang menarik perhatianku ,lalu aku berhenti untuk melihatnya tapi buku itu berada di rak paling atas karena tinggi badanku yang pas pasan aku melompat lompat berusaha meraihnya, tapi rak buku itu memang terlalu tinggi untuk ku. Aku mengambil kursi plastik  di pojok rak  lalu  aku naik ke atas kursi itu dan mengambil buku itu. Dan aku mendapatkannya. Judulnya ROMEO dan JULIET. Lalu tiba-tiba Dika muncul dari belakang.
            “ Kamu ngapain Nur, nanti kamu jatuh...”( ucap Dika khawatir)
            “ Iya bentar....” aku pun turun dengan buku di tanganku.
            “ Itu buku apa Nur...?”
            “ Mana ...?”. Tanyaku mencari buku yang Dika maksud.
“ Maksudku, buku yang di tangan kamu”. Menunjuk buku yag ku pegang.
“ Oh ini... kirain buku yang mana, ini buku cerita Romeo dan Juliet”.
            “ Kamu suka...?”. tanya Dika padaku.
“ he eh...soalnya cerita di sini bagus banget, romantis dramatis tentang perjuangan cinta sejati ”.
“ Emang kamu percaya sama yang namanya Cinta?,seperti kisah cinta sejati romeo dan juliet?”.
“Aku percaya adanya  cinta sejati..., percaya bahwa cinta sejati hanya ada dalam buku seperti kisah romeo dan juliet ini”. Kataku sambil menujukan buku yang ku pegang.
“Tapi bagaimana jiaka cinta sejati itu benar benar ada di dunia nyata..?”
“ Nggak mungkin lah karena itu cuman ada dalam cerita, dan nggak di dunia nyata”.
“ Iya deh terserah kamu ajah...”. kata Dika sambil tersenyum, dan aku membalas senyumannya itu.
Kami pun pulang ,di jalan kami jalan bersebelahan, kami saling bercerita tentang diri kita masing-masing. Kami sedikit tertawa, karena hari semakin sore Dika meminta untuk mengantrku sampai ke rumah. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya sampai di depan rumahku.
“Makasih ya udah di anterin...
“ Sama –sama ...masuk gih.
 “Kamu nggak mau mampir dulu...?
“Makasih nur ...lain kali ajah,udah sore nih aku juga harus pulang, lain kali ajah..”.Kata Dika sambil tersenyum. Lau aku masuk dan Dika juga segera pulang.


#Mungkin hanya hal kecil
Hari –hari ku berjalan sedikit berbeda dari sebelumnya,kebiasaan berkumpul kami yang tadinya hanya aku, Sandra ,Lissa, Dewi,dan Rafi kini anggota kami bertambah satu lagi, sekarang Dika bergabung dengan kami. Kami hampir setiap hari berkumpul besama, tertawa bersama, sedih, dan melakukan kesenangan kecil lainya, meskipun hanya mengikuti lomba makan kerupuk, balap karung, pecah air pada saat 17 Agustus tapi itu sangat berkesan bagiku. Pada saat lomba balap karung yang biasanya hanya di isi 1 orang per karung,di babak ke 2 tiap karung harus di isi 2  orang .
Kelompok kami memenangkan pertandingan pada babak pertama, pada babak ke 2 kami saling beradu kekompakan dan kekuatan, Sandra berpasangan denga Dewi, Aku dengan Lisaa dan Rafi dengan Dika, kami sangat bersemangat saat itu, semanagat 45, ya itu yang ada dalam jiwaku dalam pertandingan.Wasit pertandingan mulai menghitung “ 5...4...3...2...1...priiiiit”. kami segera berjuang,kami saling meneriakan “Satu, dua.satu,dua” untuk menjaga keserasian lompatan kami, kami terus melompat Sandra dan Dewi tertinggal di belakang, karena mereka saling tarik menarik karung sehingga merka terjatuh, sekarang tinggal Aku dengan Lissa dan Rafi denagn Dika.  Kami hampir sampai di garis finish Wasit meneriakan “ Ayo....semangat 45”. Itu semakin mengobarkan semangat kami. Persaingan begitu ketat, Ada sedikit masalah sepertinya loncatan ku dan Lissa mulai beradu,aku merasa akan terjadi sesuatu yang memalukan, oh tidak!. Jangan!,jangn jatuh sekarang!.
“Lissa...!wa!.wa!.wa...!tidak...!tidak! jangan sekarang....” Teriak ku panik.
GE BRAKK ! oh tidak,  suaranya terdengar begitu menyakitkan ,tapi tidak semenyakitkan malu ini,seharusnya jika kami bisa menjaga kekompakan kami pasti bisa menang.” Hore..yeah..yeah...” suara terikana penonton pada pemenang.
Yah aku dan Lissa gagal mencapai garis finish padahal tinggal beberapa meter lagi.”
Melihat kemenangan Rafi dan juga Dika, seperti terkesan begitu luar biasa, apa yang istimewa...?ada yang berteriak sangat histeris, menurutku ini bukan lomba Olimpiade atau pertandingan sepak bolayang luar biasa, tapi kenapa mereka berteriak seperti itu?” uajrku dalam hati.

“ Hey kamu lagi ngliatin apaan sih?” kata lisa menegur ku yang tengah melihat ke arah Dika dan Rafi.
“ Liat deh itu”. Ucap ku sambil menunjuk kearah Dika dan Rafi.
“ Kenapa emang ?”
“ Perasaan, mereka cuman menang balap karung deh,bukan abis menang kejuaraan Olimpiade atau pertandinagn sepak bola ,kenapa segitunya yah...?”
“ Segitunya gimana?” tanya lissa tak paham.
“ Itu sampe di Krubutin kaya gitu”.
“ Oh itu...ngga heran sih kalo Rafi sama Dika banyak yang suka, di rebutin sama cewe-cewe aku akui, mereka emang lumayan tampan. Liat tuh  rata-rata  yang cewe kan ada yang minta foto juga tuhkan. Wajah mereka cukup lumayan dan penampilannya juga cukup keren, kamu ajah yang aneh, Dika tuh emang ganteng beneran tau, kayaknya dia suka sama kamu deh tapi kamunya nggak peka siih”.
“ Suka gimana ,orang aku sama Dika bisa ajah nggak ada rasa”.
“ Biasa ajah kan menurut kamu, kalo buat Dika tuh engga biasa, tapi ada rasa”. Kata lissa tersenyum jahil.
“ Eleh kamu mah ada-ada ajah”. Jawab ku membalas senyum.


Aku dan lissa menghampiri yang lainya, Setelah begitu penatnya kami berlomba dari hasil kemenagan Dika dan Rafi kami mendapatakan satu kardus minuman dingin, dan 3 bungkus permen karet. Itu lah hadiah juara lomba 17an. 

Dibawah pohon rindang di dekat lapangan kami merebahkan badan di atar rerumputan yang hijau dan menikmati hadiah dari hasil perlombaan kami, kami tertwa bersama ketika mengingat perlombaan barusan, di saat Sandra dan dewi berebut karung , bahkan mereka saling menertawaiku dan Lissa yang hampir sampai di Garis finish dan terjatuh karena Lissa yang menginjak kaki ku sehingga lompstan kami beradu.
 Walaupun hanya hal kecil tapi itu mampu membuat kami tertawa bersama, dan kami menyukai itu.













Part 2

# Ketika perasaan takbisa di ungkapkan
Lima bulan  suadah aku berada di kelas XII, ini teraasa luar biasa menurutku. Aku berada di kelas yang sama denga sahabat-sahabatku dan mendapatkan 2 teman yang tak kalah baik dari sahabat-sahabatku itu dia adalah Rafi dan Dika. Rafi itu pangeran negeri sebrang pujaan hati Dewi, Rafi juga berteman baik dengan Dika. Tapi beberapa hari terakhir semenjak aku semakin dekat dengan Dika aku sering merasa seperti ada sesuatu yang baru dalam muncul di hatiku, Dika selalu ada untuk ku ketika aku membutuhkan bantuan, kami sering makan bersama,bercanda dan tertawa, dia sangat baik padaku. Apa ini yang namanya Cinta seperti yang di katakan orang-orang?, ataukah hanya rasa nyaman dan kasih sayang seorang teman?.
Aku belum bisa menyimpulkan ini semua. Benarkah yang di katakan Dika Bagaimana jika cinta sejati memang benar-benar ada?. Itu yang pernah Dika katakan padaku di toko buku. Dan sebuah rasa yang di katakan Lissa saat lomba balap karung. Jika memang ini adalah Cinta maka aku akan mengakui dan percaya bahwa cinta sejati memang benar adanya bukan hanya cinta sejati dalam cerita Romeo dan Juliet tapi aku kurang menyukai akhir dari kisah romeo dan juliet yang cintanya berakhir tragis. 

Cahaya langit hari minggu ini begitu cerah, akankah hari ini menjadi indah?. Aku akan melakukan sesutu sesuai dengan kata hatiku. Hari ini ada acara kerja bakti membersihkan lingkungan di sekolah, jadi semua siswa harus berangkat ke sekolah meskipun hari ini adalah hari minggu. Aku tak sabar ingin bertemu dengan seseorang di sana. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 08.00 aku harus segera bersiap untuk ke sekolah dan bertemu dengan seseorang.
Setibanya aku di sekolah aku meihat teman-teman ku sudah mulai bersih-bersih,sepertinya aku datang sedikit terlambat. Aku segera menaruh tas ku di depan kelas bersama dengan tas yang lainya. Dan aku juga melihat seseorang. Orang itu Dika, dia terlihat tengah menggotong pot bunga dan menatanya, di sebelah Dika ada Lissa, aku segera menghampiri mereka.
“Hai kemana yang lain... kok cuman kalian berdua...? tanyaku pada mereka.
“Sandra, Dewi, sama Rafi dapet jatah bersih-bersih dekat lapangan”. Jawab lissa sambil tersenyum.
“Aku bersih-bersih disini ajah ya...boleh kan?” .
“ Iya kamu mau bersih bersih dimana ajah boleh..terserah”. kata Dika sambil tersenyum. Aku hanya membalas senyumannya yang begitu meneduhkan.
Kamipun membersihkan wilayah taman dan menyirami bunga-bunga di sana setelah semuanya selesai kami duduk di bawah pohon dan beisirahat.
“ Oh iya ...kalian haus kan?,kebetulan aku bawa minum, bentar ya aku ambil dulu”. Aku pergi untuk mengabil minum di tas yang ku letakan di depan kelas.
Saat aku  tiba  di belakang mereka langkahku terhenti, aku melihat lissa tengah menangis.
“ Aku suka sama kamu Dik, sebenarnya aku mau bilang ini dari dulu aku tau ini emang nggak bener, dan aku juga tau kalo kamu cuman suka sama Nur. Dan aku juga tau kalau Nur juga suka sama kamu meskipun  dia nggak pernah bilang sama siapapun”.
Aku sangat terkejut mendengar ucapan Lissa, dan aku tidak mau menyakiti perasaan sahabatku sendiri . Entah kenapa ketika aku mendengar Lissa mengatakan dia mencintai Dika hatiku terasa begitu sakit. Dan air mata ini terus saja menetes meski sudah berusaha ku bendung, setelah aku mendengan ucapan Lissa  aku pergi meninggalkan mereka.
Aku kembali ke depan kelas dan duduk sendiri disana, tapi air mata ini terus saja menetes aku tak bisa menahanya, ucapan mungkin akan sanggup berbohong, tapi perasaan tak perah bisa berbohong, kesendirian adalah sesuatu yang menjadi teman ketika kesedihan hadir.
Tiba –tiba Dika dan Lissa berda di depan ku, aku terkejut melihat mereka yang tiba-tiba .
“ Nur kamu kenapa ?” tanya Dika perhatian, lalu dia duduk di sebelahku.
“ Ini tadi keilipan semut”. Jawabku .Entah yang ku lakukan benar atau salah, aku berbohong pada mereka berdua aku tidak ingin menyakiti siapapun.
“Kemari biar ku tiup Nur”. Ucap Lissa padaku. Lalu kubiarkan Lissa meniup mataku yang sebenarnya tidak ada masalah apapun.

“ Mendingan kamu pulang ajah Nanti di anterin Dika”. Ucap Lissa menyarankan.
Lalu aku pulang dan Dika mengantarku. Dika berjalan di belakangku dan kami berjalan tanpa bicara. Lalu aku membuka bicara.
“ Dika aku laper pengin makan”.
“ Oh..kebetulan , aku juga laper,gimana kalo kita makan bakso,tuh depan ada tukang bakso kusus hari ini aku yang tlaktir... Okeh..?”. kami pun pergi untuk makan bakso.

Bakso panas sudah siap, dua mangkuk bakso dengan dua gelas es teh manis. Kami pun memulai menyantap bakso yang uapnya masih mengepul, aku yang biasanya nggak suka makan pedas kali ini aku menambahkan 1 sendok sambal ke mangkuk bakso milik ku. Aku mulai menyendok bakso ke mulutku, aku tak bisa berbuat apapun untuk menyembunyikan kesedihanku. Melalui cara ini aku punya alasan untuk menangis.
“ Kamu kenapa Nur...?
“ Baksonya pedas ...”.
jawab ku sambil mengusap airmata yang terus mengalir. Memang bakso ini terasa benar-benar pedas dan membuat ku menangis tapi tidak seutuhnya menangis karena rasa pedas dari sambal ini, tapi karena hatiku yang memang tengah terluka.
“ Kunaon nangis  atuh neng, di apain sama pacarnya ?”. Tanya  mamang tukang bakso kepo.
“Bakso mamang pedes..”. kata ku sambil bercucuran airmata.
“ Waduh...!,”
“ Baksonya beneran Pedes mang....temen saya nggak mungkin bohong” .
                        “Ahh seriusan neng? Masa sihh??”
“Oh....pedes,pedesan bakso mamang apa di putusin pacar..?”.ujar mamang tukang bakso menggoda.
“ Ih apaan sih mang”. Sahut ku sedikit terisak.
“Jelas baksonya pedas, soalnya  kamu kasih sambel banyak banget, nih minum dulu mungkin bisa ngurangin pedesnya”. Kata Dika sambil menyodorkan segelas es teh.
Sepertinya ada sesuatu yang ingin Dika katakan,atau mau menanyakan sesuatu padaku, tapi munggkin Dika belum mau mengataanya karena Dika tau mungkin suasana hatiku saat ini sedang tidak baik.Aku juga lagi nggak mut buat nanya ke dia jadi aku biarkan saja, mungkin Dika akan menanyakan lain waktu.Aku hanya memakan sebagian baksonya, dan kami pun pulang.
 “ Berapa  semua mang?”.
 “ E..es dua , bakso dua berarti 24.000 ajah, lamun  bakso mamang mah nteu larang-larang”.
“ Sebenernya bakso mamang nggak pedes tau mang...tapi enak banget...”.
“Ah jangan muji seperti itu atuh..mamang kan jadi malu”.
“Buktinya bisa  bikin orang terharu sampe nangis, saking enaknya bakso mamang jempolan deh”. Melihat ekspresi mamang tukang bakso itu yang sangat senang dipuji-puji , sepertinya Dika mau ngerjain si mamang.
“Kalo mamang nggak percaya cicipin ajah sisa bakso temen saya...jamin deh mamang juga ikutan nangis karena saking enaknya”. Kata Dika berbisik sembari memberikan uangnya.
“ Enak banget ya?.”lalu mamang penjual bakso itu karena penasaran mencicipi sisa kuah bakso yang barusan ku makan.
“Wadduh....ini mah bukan nikmat! ...tapi tamat! ... ini teh pedes pisan         ”. Oceh mamang tukang bakso sambil mengipas ngipas
Mulutnya dengan tangan, gelagepan karena kepedesan. Dika yang melihatnya hanya cekikikan.
Kami pun pergi dan Dika mengantarku pulang sampe ke rumah.
Memang benar kata orang bahwa setiap orang pasti memiliki perasaan cinta. Bahkan persaan cinta itu tidak di sadari, karena cinta datang tanpa di rencanakan. Dan hati yang baru merasakan kehadiran cinta ini harus menangis karena cinta itu. sekaarang aku percaya bahwa cinta itu menyakitkan dan egois, setelah aku mengetahui perasan lissa yang selama ini dia pendam terhadap Dika aku ingin mengubah bahwa cinta itu tidak harus egois, aku memutuskan aku tidak akan merusak ikatan cinta persahabatan yang sudah lama terjaalin rusak karena cinta yang egois.
Aku tidak bisa mengungkapkan pada siapapun tentang apa yang tengah aku rasakan, aku mencurahkan semua perasaanku di lembaran kertas putih yang selalu menjadi penenang dalam suka dukakau. Dan goresan tinta hitam menjadi jejak yang tertinggal dan tersimpan dalam lembaran itu.




#Terluka demi cinta  yang tidak EGOIS,
Aku berjalan menaiki anak tangga satu persatu,  melewati teras-teras ruangan kelas yang berderet. Terlihat semangat pagi dari para siswa, senyum ceria, dan tawa bahagia yang menghiasi. Aku berjalah hingga aku sampai di kelaas ku, aku melihat Sandra dan Dewi tengah berbincang. Tapi aku tidak melihat Lissa ada bersama mereka dan kursinya juga terlihat kosong.
“ Hai teman-teman...ngomong-ngomong Lissa di mana kok nggak sama kalian”.
“ Kami juga nungguin dari tadi tapi kita disini nggak liat Lissa, kesiangan kali” jawab dewi yang juga sedang menunggu Lissa. Saat kami tengah berbincang –bincang  tiba-tiba Lissa datang.
“ Hai Lis...tumben kamu berangkatnya siangan...”. sapa Dewi Dengan senyum ramahnya. Tapi  Lisa hanya membalas dengan senyum seperlunya.
“M...m..aku bangun kesiangan tadi...”. Lissa terlihat sedikit Berbeda setelah kejadian hari minggu kemarin, Lissa tidak terlihat baik-baik saja hari ini, dan karena kejadian hari minggu lalau aku juga sedikit merasa canggung. Lissa tersenum padaku,Tapi aku berusaha untuk menyembunyikanya seolah tidak pernah terjadi apaun aku membalasnya dengan senyum juga.
Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti ini ada jarak diantara sahabat sendiri. Aku pergi ke tempat duduk ku.
“ Kamu mau kemana Nur?”. Tanya Sandra
“ Mau duduk,cape berdiri kayak patung pancoran heheh”. Sahutku sambil tertawa kecil. Dan Lissa juga duduk di tempat duduknya, Lissa sesekali meliat ke arah ku,seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku meraasa tidak nyaman dengan tatapan Lissa.
“Sandra temenin aku ke Perpus yuk? Aku mau minjem buku seni musik”. Kataku pada sandra.
“ Tumben kamu ngajak aku, kenapa nih bukanya kamu juga tau aku ngga suka ke perpus?”.
“ Makanya aku ngajak kamu biar kamu suka ke perpus Tau.....”.
“ Enggak ah males...”
“ Ya udah kalo nggak mau ...” timpal ku dengan eksprei wajah cemberut. Wajar sih kalo Sandra ngga mau, karena biasanya aku ke perpus selalu ngajak Lissa tapi aku agak nggak srek ajah untuk sekarang. Jadi mendingan aku ajak Sandra ajah.
“ Iya..iya deh tapi  jangan cemberut gitu kali...tambah jelek tau” ucap Sandra mengiyakan.
“Nah gitu baru namanya friend....”.  lalu akau Sandra pun pergi ke perpustakaan.
Saat aku tengah sibuk mencari buku , Sandra terlihat sedang duduk dan hanya melihat ku yang  nggak nemukan buku yang ku cari.

“Tolong cariin kenapa ...jangan duduk ajah..?”.
“ Katanya tadi cuman suruh nemenin kan ,bukan nyariin buku jadi aku duduk ajah oke...”. sahut Sandra sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Terserah”. Jawabku geregetan. Tapi Sandra bukan tipe sahabat yang setega itu, dia mencarikan bukunya.
“ Bukunya warna apa Nur?”
“Mana tau, kalo tau udah aku ambil dari tadi”.
“ Judulnya apa nur?”
“Panduan Musik ku”.
“ Tebel apa enggk Nur”.
“ Tebel”
“Berapa senti nur?”.
“ Nih anak bikin geregetan ajah,  mau bantuin nyari apa lagi ngintrogasi pelaku krimial di kepolosian”.
“ hehehe biar kamu nggak ngantuk”
“ Gimana mau nganutuk kalo ada orang yang ngoceh kaya bebek gituh...”. ujarku sambil terus membaca deretan judul buku seni di rak buku
“ Slowww bro jagan emosi”. 
“ Ini dia ketemu..”
“ Sebenernya tadi aku yang liat duluan mau aku ambil eh keduluan kamu heheh”.
“ Idih gayanya ...”. Sandra hanya meringis dan sedikit tertawa. Lalu Kami kembali ke kelas.  Dika menghampiriku seperti kebiaaan nya mengajak ku dan teman teman yang lain ke kantin.
“Nur ke kantin..tanang ajah nanti aku yang traktir deh..”
“Sorry Dik aku masih kenyanng, sama yang lain ajah,aku lagi males”.
“Ooouh...ya udah, kamu mau ke katin nggak Wi..?”
“ Ayo lah Nur,Aku laper  Nur belum sarapan ke kantin yuk?”. Bujuk Dewi.
“ Males ah..aku masih kenyang”. Kataku tetap dengan pendirianku.
“Sandra kamu laper ? Aku juga laper ke kantin bareng yuk, kamu mau ikut Nur?”.tanya Lissa mengajak.
“Enggak makasih aku masih keyang”. Jawabku dengan jawaban yang sama ,tanpa menetap Lissa. Lalu mereka semua pergi.
Susasana hatiku kali ini tengah tak baik, teringat semua yang telah terjadi. Tak pernah aku sekalipun terfikir ingin menyakiti sahabatku ataupun siapapun yang ada di kelilngku. Tapi kondisi ini sangat membuatku merasa canggung pada lissa.
           

            Susana jalan tersa sedikit sepi dari biasanya, aku berjalan sendiri keluar dari lingkungan sekolah. Terlihat seseorang yang tak asing bagiku, dia tinggi dengan rambit panjang yang terurai, dia menatapku, sinar matahari senja terpancar mengenai rambutanya yang tertiup angin.
“Nur. Maafin aku nur, aku nggak bisa kita kayak gini, aku nggak bermaksud seperti itu, aku tau kamu menangis di dipan kelas itu bukan karena kamu kelilipan,  aku melihat semuanya Nur aku meliht di matamu saat kamu menangis, kamu nggak bisa sembinyikan semua itu dari aku, dan kamu tiba tiba jauhin Dika Karena kamu fikir itu akan membuat aku  Bahagia, Ya kamu bener Nur aku emang suka sama Dika Tapi aku juga ngga mau orang yang aku cinta engga bahagia, dia suka sama kamu dan Dika bahagia kalo sama kamu.” Jawab lissa sambil meneteskan air mata, ku ahanya terdiam mendengar semua penjelasaan Lissa aku tidak, mengucapkan sepatahkatapun.
“Aku mohon Nur, aku ngga mau di hantui rasa bersalah seperti ini, aku nggak mau persahabatan kita hancur karena hal seperti ini”.
“ kamu beusaha bersikap seolah tidak pernah terjadi appapun di antara kita , tapi semua itu malah  terlihat begitu nyata dan jelas, kalu kamu memang benar benar terluka”. Aku tidak menyangka, ternyata sahabatku juga mengkhawatirkan aku.  Aku menegakan kepalaku dan menatap mata Lissa yang basah dan berlinang airmata.
“ Bukan kamu yang bersalah karena keadaan ini Lis, dan kamu  juga nggak seharusya meminta maaf karena ini bukan salah kamu atau salah siapapun, karena aku yang nggak percaya tentang adanya cinta, sekarang aku tau kalau cinta emang bener -bener ada dan aku sudah merasakanya”. Lisa tersenyum dengan airmata yang masih mengalir di pipinya.
“ Iya Nur cinta emang benar- benar ada dan cinta itu tak bisa bicara , karena cinta hanya bisa dilihat dengan perasaan bukan dengan yang lain.”.
“ Aku juga minta maaf  Lis, aku nggak bermaksud jauhin kamu...dan..”.
“Nggak papa Nur aku paham kok mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku ada di posisi kamu”. Sahut Lissa sebelum aku menyelesaikan ucapanku, di sini di jalan ini adalah saksi kisah persahabatan yang terikat semakin kuat.
 Kami pulang bersama kami kembali menjadi seorang sahabat  yang  saling pengertian, kami pulang bersama dengan bergandengan tangan, menyusuri jalan-jalan gang yang sempit.
 Ketika seseorang berusaha menyembunyikan sesuatu tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman, meskipun itu demi kebahagiaan oranglain, tapi aku akui perasaan memang tak pernah bisa berbohong, dan antara cinta dan sahabat , perselisihnan kecil memang sering hadir, mungkin salahpaham yang saling menyakiti. Tapi sahabat bukanlah sesuatu yang dapat di tukar karena sahabat membuat kita tertawa dan menangis bersama.














Part 3

# Mengungkapkan
Suara bel masuk berbunyi, menit terus berlalu suasana kelas ini begitu ramai mirip seperti pasar dekat setasiun yang ada di persimpangan jalan menuju sekolah ini.
“ Perhatian...semuanya..., Tolong diam sebentar”. Kata Lena dengan membawa selembar kertas di tangannya.
“ Bu Mega lagi ada di solo dan nggak bisa mengajar kita....”.
“Horeee...”. gemuruh teriakan siswa ber sorak sorai.
“Diam dulu dong...” pinta Lena sambil berteriak agar semua mendengarkanya, kami berhenti bersorak dan memperhatikan Lena yang sedang berbicara di depan.
“Kita di beri tugas mandiri mengerjakan latihan soal yang ada di buku paket di kerjakan di kertas folio dan di kumpulkan Hari ini juga”.
Mereka yang lebih rajin dan pintar segera mengerjakan tugas, dan kami yang ingin menikmati jam kosong tanpa peduli tugas kami pergi ke kantin, seperti biasa kantin mbok Juary.
                        “ Lissa mau ikut nggak..?”. Tanya Dewi mengajak.
“ Nanti aku nyusul kalian duluan ajah, aku mau ngerjain tugas dulu”.
                        “ Okeh ...”. Sahut dewi.
Ngga heran sih kalu Lissa jadi siswa terpintar dia sangat rajin, lain dengan kami yang lebih suka bersenang-senang  ketimbang belajar.
           

Aroma soto, bakso,gorengan, semuanya membuatku  semakin lapar. Kami tidak harus mengantri seperti biasanya. Sekarang kantin sepi karena belum jam istirahat. Jadi kami lebih leluasa menikmati makanaan di tempat mbok Juary. Aku ,Dewi,Sandra pergi ke kantin.
                        “ Go....serbu” kami langsung menuju ke kantin.
“ Mbok...soto 3 mbok, yang satu enggak pedes”. Ucap ku memesan.
“ Sipp nduk...embok buatin langsung...” kata si mbok Juary dengan logat khasnya. Sambil menunggu sotonya siap kami makan gorengan. Setelah beberapa menit kami menunggu akhirnya sotonya siap.
“ Ini nduk, ini yang nggak pedes yang dua ini yang pedes,”. Kata mbok Juary sambil meberikan soto dari nampan yang di pegangnya.
“Makasih Mbok...oh iya mbok sama es lemonnya satu ya”. Lanjutku
“ Okeh ...”. jawab mbok Juary. Kami pun langsung menyantap soto pesanan kami.  Memeang benar soto di sisni enak banget jadi itu yang bikin kami jadi pelanggan di kantin mbok Juary. Rasanya Khas sama kaya cara bicara mbok juary yang  khas banget.
“ Ini es lemonnya nduk”. Ucap mbok Juary menyodorkan segelas es lemon pesanan ku.
“ Makasih Mbok, es lemon embok emang yang paling seger deh T.O.P  pokoknya”. Mbok juary hanya tersenyum padaku. Setelah kami selesai makan kami kekembali  ke kelas.
“kok Lissa ngga ke sini ya?, apa saking sulitnya soal  yang buat tungas. Sampe-sampe ngga sempet makan”.
“ Aku juga nggak tau udahan yuk ke kelas, kita belum ngerjan tugas kan, ayo kita selesaikan secepat kilat ”.(hahahaha) tertawa bersama


Saat kami akan kembali ke kelas Dika dan Rafi datang.
“ Hay,kok kalian udahan? kita baru dateng kalian udah pergi,  jadi ngga nafsu makan kalo kayak gini, aku ngga jadi ke kantin, aku mau ke kelas ajah”. Kata Rafi dengan ekspresi kecewa.
“Ih jangan dong nanti kamu kurus gimana, nanti pacarku ngga ganteng lagi, ya udah aku temenin makan deh”. kata Dewi sabil menarik tangan Rafi dan memesan makanan di kantin”.
“ Aku duluan ke kelas ya?”. Kataku pada Dika.
“ Oh iya nggak papa...” jawab Dika sambil tersenyum padaku”.lalu kami pun pergi. Rasanya jantungku berdegup kencang saat Dika terrsenyum padaku.
“ Cie.... yang lagi berbunga-bunga”. menggodaku
“ Apaan sih kamu..” . jawabu sambil menggandeng menggandeng tangan Sandra yang terus meledeku.
“ Oh iya emang sekarang kamu sama Lissa udah baikan..,?” tanya Sandra mencari tahu.
“ Maksud kamu?”
“ Dari sikap kamu kemarin itu udah nunjukin kalo kamu lagi ada masalah sama Lissa , tapi aku ngga berani nanya  sama kamu,takutnya bikin situasi tambah runyam.
“ Jadi aku gagal ya nutupin semuanya?”. Ucapku miris denga diriku sendiri. Dan Sandra meng iya kan kemirisan yang terjadi padaku.
“Tadinya sih iya aku emang ada sedikit masalah sama Lissa,tapi sekarang semuanya sudah kembali seperti semula, dan di antara kami sudah nggak ada masalah apapun, kita sudah baikan kok”. Kataku menjelaskan.
“ Emang masalah apan sih yang bikin kalian jadi nggak akur?”. Ucap Sandra yang terus berusaha menggali informasi sedalam –dalamnya.


Aku yakin setelaah  pertanyaan ini aku jawab dia bakalan heboh dan ngomong ke semua orang, kalo aku sekarang , bukan lagi cewek yang ngga percaya cinta, bahkan aku adalah orang yang karena cinta, bermasalah dengan sahabatku sendiri. Jadi apa yang harus ku jawab sekarang. Ujar ku dalam batin sambil memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Sandra.
“ cuman masalah kecil kok”. Jawabku singakat.
“ Iya tapi masalah apa”. Ucap Sandra terus bertanya.” Ya ampun aku terjebak di pertanyaan Sandra  apa aku harus menjawabnya atau tidak..?” aku terus bertanya pada diriku sendiri, “ ah ngga usah aku jawab ajah nanti juga sandra tau dengan sendirinya.
“Ah udah ah cepet ke kelas ayo...jawabku sambil mendorong  pundak Sandra dari belakang agar Sandra mau ke kelas.
“ ih apa aku kan jadi kepo..”
“ nanti kamu juga tau sendiri.” Jawabku menyembunyikan dari Sandra. Ya memang tak semua hal bisa di ungkapkan pada seorang sahabat, dan aku juga malu akan hal itu untuk ku katakan bahkan pada sahabatku sendiri, lebih baik mereka tau dengan sedirinya .

Suara bel masuk telah berbunyi tanda jam pelajaran akan segera di mulai. Pak Andre dia adalah walikelas kami dia sangat memperhatikan para siswanya tapi kami selalu merepotkanya, dia selalu berusaha keras untuk mengajari siswa seperti kami, dia tergolong guru termuda di sekolah kami dan dia juga belum menikah. Karena itulah kami merasa nyaman dengan pak Andre, tentu dia lebih memahami kami dibandingkan guru yang lain.
“ Selamat pagi anak-anak”.
“Pagi!. Pagi! .pagi!”.
“ sepertinya kalian semangat sekali hari ini”.
“Jika kalian tetap semangat seperti ini untuk belajar Bapak yakin kalian akan lulus ujian dengan nilai memuaskan. ”.
“ Aaaaah bapak bisa saja....”. kami tertawa bersama.
“Bapak akan menyampaikan pengumuman bahwa 2 minggu lagi kita akan ada Evaluasi bersama, jadi persiapkan diri kalian dan belajarlah dengan baik”.
“Aaaaah itu sangat mengerikan sekali...kenapa di sekolah harus ada ujian,aku jadi tidak ingin sekoalah jika seperti ini”. Ujar beberapa murid mengeluh.

Suasana dikelas penuh dengan suaara siswa yang mengeluh soal ujian yang akan di lakanakan 2 minggu lagi.
“Ya silahkan kalian persiapkan semuanya dan belajarlah yang giat, bapak ada urusan mendadak jadi kalian belajar mandiri, bapak tinggal dulu. Selamat siang”. Kata pak andre sambail meninggalkan ruang kelas.
            “ Siang”.jawab semua siwa dengan nada malas.
Bagi sebagian anak ujian adalah hal yang menakutkan, tapi bagi mereka yang pintar mereka tidak masalah dengan itu. mereka sudah menyiapkan diri jauh- jauh hari.
Aku sebenarnya tidak tertarik akan pelajaran, aku lebih suka berolahraga, seandainya di sekolah ini tidak  ada mapel lain selain mapel olahraga, pasti hidupku akan serasa di surga. Tapi aku telah memilih sekolah ini dengan kemauanku sendiri dan aku sudah disini selama hampir 3 tahun, dan tinggal menyelesaikan beberapa waktu lagi.

Bel pulang berbunyi tanda selesainya jam pelajaran, semua
siswa keluar dari ruang kelas.
“ 2 minggu lagi kita ujian, apa yang harus aku lakukan?”.
“Tentu saja belajar, memeng apa lagi yang bisa di lakukan selain belajar”. Jawab Lissa menatapku, dengan ekspresi tenang tanpa khawatir apapun. Aku yakin Lissa sudah belajar dengan giat dan besok pasti lissa akan mendapatkan nilai terbaik seperti biasanya.
“Bagai mana bisa ?aku tidak suka belajar”. Ucapku mengeluh
“Ya aku juga setuju dengan kamu Nur”. Kata Sandra mengiyakan ucapanku.
“ Besok kita akan belajar bersama bagaimana?” . kata Lissa menyemangati.
“ Itu ide bagus Lis, kita belajar di rumahku ajah gimana?”.Kata Rafi menyarankan penuh semangat.
“Oh boleh tuh ide bagus, sekalian ...?”. ucap Dika tanpa menyelesaikan ucapanya.
“Sekalian apa sekalian...”. ledek Rafi sambil melirik ke arahku”.
“Sekarang udah mulai terang -terangan nih yee...?”.  Ucap Dewi.
“Apaan sih kamu Wi...” sahutku.
“ Loh,kok wajah kamu jadi memerah...cieee..”.
“ Apaan sih kalian...udah ah aku jalan duluan ajah”. Kataku sambil berjalan lebih cepat meninggalkan mereka.
“Aku juga mau duluan...”. kata Dika sambil berlari menyusul ku dan berjalan di sampingku.
“Semoga berhasil..”. kata Rafi dari belakng.
Suara teman temanku terdengar dari belakang terus meneriaki kami “Ciee...”. aku yang terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.
Dika yang berjalan di sampingku dia tersenyum padaku, senyumannya begitu meneduhkan, dan membuat hatiku semakin yakin akan cinta ini. Aku sih yankin kalo Rafi tau semuanya tentang Dika, mulai dari hoby bahkan tentang perasaan Dika padaku. Aku baru sadar kalu perhatian yang Dika berikan padaku karena Dika ingin menjagaku dan melindungiku, dan Dika yang selalu menghapus airmataku ketika aku menangis , dia yang mendengarkanku ketika tak ada yang mau mendengarku, aku baru menyadari bahwa aku mncintainya  setelah aku meneteskan airmata saat sahabatku menyatakan cintanya pada Dika. Disitu aku baru tau dimana cinta yang ku anggap tak pernah ada namun cinta itu benar benar ada.
Aku yakin Pasti Dika sudah menceritakan semuanya pada Rafi karena akhir-akhir ini mereka benar benar sulit dipisahkan persahabatan mereka berdua lebih dari sekedar sahabat tapi mereka sudah menganggap persahabatan mereka menjadi seorang saudara yang saling pengertian.
“Nur..?”. Kata Dika memanggilku.
“Iya ...”. sahutku sambil melihat kearah Dika
“ Ikut yu...?”.
“ Kemana ...?” Tanyaku.
“ Udah ikut ajah...”. kata Dika sambil menggandeng tanganku. Setelah beberapa menit kami berjalan kami sampai di tempat yang Dika maksud, kami ada di sebuah taman.
“ Nur sini bentar Deh...aku ada sesuatu buat kamu, tapi kamu tutup mata dulu, bentar ajah?”. Lalu Dika menutup matakau dengan selebar kain penutup mata. Dika menuntunku ke berjalan ke suatu tempat di taman itu, aku terus berjalan perlahan dengan mataku yang masih tertutup kain. Dika menyuruhku duduk di sebuah bangku, aku juga penasaran kejutan apa yang sebenarnya yang ingin Dika berikan padaku.
“Udah sampe?” tanyaku pada Dika.
“ udah sekarang kamu boleh buka mata”. Ucap Dika.
Saat aku membuka mata aku melihat sebuah pohon di taman yang dimana pohon itu ada foto ku dan Dika yang tergantung di ranting rantingnya, kata kata cinta, dan sebuah balon udara yang Dika ikatkan di tanah.
            “ Wow Dik Ini bagus banget ...kamu yang buat..?”
            “ Hem mmm...sekarang aku mau kamu pecahkan salah satu balon itu”. Kata Dika sambil menunjuk kearah balon-balon yang berjejer di tanah.
            “ Yang mana..?” tanyaku.
            “ Terserah kamu...pilih ajah..”
“ Aku mau yang warna biru muda..”. Dan Dika hanya mengangguk menyaatakan iya.
“Ini di pecah?”. Tanyaku. Dan Dika juga Hanya mengangguk. Lalu aku menusuk balon itu dengan ranting pohon kering. Setelah balon itu meletus dan aku melihat ada sesuatu di dalam balon itu yang terjatuh, lalu aku mengambilnya, itu adalah sebuah kertas yang berisi tulisan. Lalu aku membacanya.
            “ Ambil bunga di belakang pohon”. Kataku membaca tulisan di kertas itu dan melihat ke arah Dika dan Dika juga hanya mengangguk. Aku mencari Bunga sesuai petunjuk kertas itu dan aku mememukanya, lalu aku mengambilnya. Saat aku mencabut Bunga yang menempel di pohon sesuatu meluncur dari atas pohon tepat di depanku  yang membuatku terkejut.  Itu sebuah poster mini tergantung yang terdapat sebuah tulisan I LOVE YOU. Sekalilagi aku dikejutkan oleh Kejutan yang di buat Dika. Sekali lagi aku menatap Dika yang ada di sebelhku dan Dika tersenyum menunggu jawabakku. Aku sedikit meikirkanya lagi untuk menjawabnya. Lalu  Aku hanya menjawabnya dengan mengangguk.
“ I love you”. Kata Dika sekalilagi  sambil menatapku dan tersenyum.
“ I love you to0”. Balas ku pada Dika. Dika menggandeng tanganku dan duduk di kursi taman. Dika duduk di sebelahku.
“Sekarang kamu udah percaya kalo cinta itu ada dan bukan hanya ada di buku cerita?”.
“Dulu memang aku ngga percaya kalo cinta itu ada, cinta itu rumit, cinta itu indah, dan cinta itu bisa bikin seseorang menangis. Sekarang aku percaya semua itu”.
            “ Apa yang bikin kamu percaya Nur?”
            “Kamu...”. kataku sambil menatap Dika.
            “Aku  ... kenapa aku..?”. tanya Dika.
“ Kamu Dik, yang bikin aku percaya, tentang semua cinta itu, karena aku pernah menangis karena cinta itu,dan aku juga bahagia karena cinta itu, seperti sekarang”.
“ Seorang cewe yang begitu nggak percaya sama cinta sekarang luluh oleh cinta itu, karena kekuatan cinta itu begitu besar kan..?”.
“hem..m.mm”.  jawab ku pelan. Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Dika.
“ Bagaimana dengan cinta Romeo dan Juliet itu apa kamu percaya?”.
“Ya aku percaya tentang cinta sejati itu, tapi  aku tidak suka dengan endding ceritanya, kenapa mereka harus terpisah oleh kematian setragis itu?”.
“ Sungguh memang betapa tak beruntung pasangan cinta itu, cintanya tak bisa bersatu, ada lagu yang sering aku dengarkan saat aku menyimpan cinta ini untukmu”. Kata Dika sambil memasangkan headshet ke telingaku. Lagunya begitu menyentuh di hatiku aku tau ini ini adaalah lagu dari sammy simorangkir kaulah segalanya. Liriknya sangat menyentuh dan semua itu pernah kurasakan juga aku terhanyut mendengarkan lagu itu. hingga aku tertidur di bahu Dika. Aku merasa damai dekat dengan Dika, setelah aku terlelap beberapa lama rintik- rintik gerimis berjatuhan, Dika berusaha melindungiku agar tidak basah karena rintikan gerimis dengan
tanganya. Aku yang tersadar dari tidur segera bangun dan Dika mengajak ku berteduh di bawah pohon besar di depan kami.  Dika yang melihatku basah kuyup dan kedinginan melepaskan jaketnya dan memberikan padaku.
“ Nih pake jaknya...?”. kata Dika memberikan jaketnya. Setelah hujannya cukup reda kami pulang dan Dika mengantarku sampai ke rumah.
“ Masuk gih nanti masuk angin”. 
“ Iya kamu juga hati hati di jalan”. Lau aku masuk dan Dika pulang .

Suara rintikan hujan masih terdengar pelan, agin malam di luar jendela bertiup pelan menjatuhkan sisa- sisa gerimis, terdengar nada dering ponsel tanda pesan masuk.
“(Kamu udaah tidur belum...)?”. Pesan singkat dari seseorang yang tengah ku rindukan. Jari jariku mulai beraksi di layar hp, membalas pesan itu.
            “(Belum...aku belum ngantuk....?)”. Balasku
            “( Jangan tidur terlalu malam...)”. Dika
            “ (Terimakasih semuanya Dik...)” balasku lagi.
“(Sama –sama sekarang kamu tidur udah mlem besok sekolah)”.
“( Aku akan tidur, Selamat mimpi indah Dik)?”
“(selamat mimpi indah juga)”.
Obrolan kami berhenti disitu, meskipun hanya obrolan singkat tapi itu sudah mengobati rasa rindu ini. Aku pun tertidur bersama ucapan selamat malam Dika.
Alarm berdering, angin pagi berhembus menbawa embun basah,  rintikan sisa air hujan semalam tersapu angin berjatuhan menampar dedaunan, dingin pun masih terasa menusuk tulang, membuatku semakain malas untuk beranjak dari tempat tidur, dan pelukan selimut yang begitu hangat. Ku raih dengan tangnku alarm yang masih berdering dan menambahkan lagi waktu 10 menit untuk melanjutkan tidur. Tak butuh waktu lama akupun terlelap kembali.
“ tut.tut” nada dering pesan berbunyi”. Belum 10 menit  aku tertidur,aku kembali terbangun, dengan mata sayup ku baca pesan yang masuk.
“ (Nur.lihat ke jendela)”. Setelah aku membaca pesan itu aku segera bangun dan beranjak dari tempat tidur dan melihat ke jendela. aku melihat seseorang,dia adalah orang yang sangat  ku kenal, dia adalah Dika,Aku melihat Dika melambaikan tangn padaku , dia sudah berpakaian seragam rapih. Nada dering ponselku kembali berbunyi.
“(Kamu cepat bersiap ini udah jam  6 .20 aku tunggu kamu di depan)”. Dika.
Aku melihat kembali keluar jendela, Dika tersenyum
padaku,senyuman itu membuat hatiku berasa melayang. Aku segera mandi, dan bersiap, kira-kira itu memakan waktu sekitar 20 menit, dan semuanya sudah ku siapkan dan selesai. Lalu aku keluar menghampiri Dika yang menunggu di kursi depan rumahku di bawah pohon.      
“ Sorry Dik aku kelamaan.?”
“ Nggak papa kok, udah yuk kita berangkat?”. Kata Dika sambil tersenyum. Kami pun berangkat, kami juga harus menunggu bus untuk sampai di sekolah. Dika melihat jam tanganya.
“ Jam berapa dik?”. Tanyaku.
“ jam 7 kurang 15 menit”. Jawab Dika yang berada di sebelahku.
“ Aduh giman kita pasti telat Dik?”.
“ Aku tau gimana caranya biar kita ngga telat?”.kata Dika.
“Gimana ?”.
“ Kita ngga usah naik bus tapi kita jalan kaki, nggak papa kan?”.
“ Iya deh yang penting kita nggak telat”. Sahutku menyetujui.

Kami memotong jalan agar lebih cepat sampai di sekolah, Dika menggandeng tanganku dan kami berlari, kami melewati gang sempit di belakang kantorpos, lalu kami menyeberang rel kereta, dan akhirnya kami tiba di belakang sekolah, kami berlari ke pintu gerbang yang nyaris ditutup.
                        “ Sebentar pak satpam!” teriak Dika yang masih terengah-engah.
“ Tapi kalian udah telat 1 menit jadi kalian nggak boleh masuk”. Ujar pak satpam.
                        “ Gitu amat pak, kita kan cuman telat 1 menit bukan 1 jam”.
                        “ yang namanya telat ya telat. Kalian nggak boleh masuk”.
“ Lalu Dika memintaku mendekat padanya dan Dika membisikan rencana padaku”. Lalu aku mengacungkan jempol padaku.
“Pak tuh di panggil”. Kata Dika sambil menunjuk ke suatu arah, dan saat pak satpam itu menoleh kami segera lari dan masuk.  Pak satpam yang menyadari jika tidak ada sipapanun yang memanggil, sedangkan kami sudah berlari jauh.
“ Kalian !”. Ucap pak satpam berteriak pada kami, kami berhasil lolos dan masuk ke lingkungan sekolah.  Kami langsung menuju ke kelas. Saat kami sampai di kelas.
“ Cie....barengan”. kata teman-tema teman kelasku menyoraki kami.
Aku hanya tersenyum pada mereka dan sedikit malu. Semua perhatian terpusat pada kami.
“Apa kita cocok?”  Tanya Dika  pada teman-teman kami di kelas,sambil berdiri  di sebelahku dan meletakan lengannya di pundak ku..
“ ya 50% cocok”.
 “Engga cocok,Dika cocoknya sama aku”,
 “mereka cocok kok”,
“70 % deh”( Kata teman-teman di kelas)
“ Kalo menurut aku kalian tuh Cocok BGT. 100 %”. kata Dewi sambil meberikan 2 jepolnya. Dan aku melihat ke arah Lissa, Lissa tersenyum Dan juga memberikan jempolnya.
“ Oh  kalian semua bener banget, kita emang cocok karena sekarang Nur pacarku”. Kata Dika dengan Pedenya. Aku yang mendengar ucapan Dika barusan sangat terkejut, kenapa Dika secepat ini memberitahukan padaa semua orang tentang hubungan kami, seolah kami adalah pasangaan yang paling beruntung sedunia. Aku hanya tersenyum pada mereka semua dan menyingkirkan tangan Dika dari bahuku, lalu aku duduk di tempat duduk ku. Dan Dika mengikutiku.
“ lihat teman-teman ,pacarku wajahnya jadi memerah karena saking bahagianya dia jadi pacarkau”.  Ucap Dika terus pamer dan mengusiliku. “ Oh mungkin sekarang Dika lagi mengusiliku karena aku yang udah bikin dia jadi telat, tunggu ajah nanti kamu ya Dika.”.ujarku dalam hati. Aku terus berusaha tersenyum di depan teman temanku yang lain.
“ Kepedean amat nih anak, mau bikin masalah sama aku rupanya ya”. Kataku berbisik  ke Dika.
“ Jelas kan aku emang ganteng makanya kamu mau jadi pacarku... iya kan..?”. ucap Dika tersenyum menatapku.
“ Iya  deh pacarku ini emang ganteng”. Sahut ku balik tersenyum memujinya”. 
             Lalu Sandra Dewi,Rafi, Dan Menghampiri kami dan mengajak aku dan Dika untuk belajar  bersama untuk persiapan Evaluasi di minggu mendatang.
“ Belajar bareng yuk..?”. kata Rafi
“ Okeh bos”. Sahut Dika sambil mengangkat tangannya hormat.

Kami memulai dengan mengerjakabn contoh soal-soal yang ada di buku paket, kami mengerjakannya masing-masing setelah itu baru kami saling mencocokan jawaban kami.  Setelah beberapa lama kami mengerjakan soal.
“ Aku udah selesai”. Ucap Lissa
“ Aku juga udah”. Ucap Dika lanjut.
“Aku bentar lagi kurang 2 nomer kok”. Ucap Dewi nggak mau kalah.
“ Akhirnya selesai”. Ucap Rafi
“Aaargh ...aku tidak bisa soal ini”. Ucapku mengeluh.
“Oh..pacarku kesulitan...jangan. Kawatir kan kamu punya pacar yang nggak cuman  tampan, imut ,tapi dia  juga cukup pintar untuk masalah ini. Ucap Dika membangakan dirinya seolah dia tau segalanya.
“ Dasar sok pinter” Bilang ajah kalo kamu pengin aku yang ngajarin agar kamu bisa deket-deket terus sama aku kan..?”.
“Ih sotoy, emang beneran aku gak bisa”.
“ Aah pacarku juga imut ternyata kalo dia lagi marah?”. Ucap Dika lagi.  Tanpa pikir panjang aku langsung berdiri beranjak dari tempat duduku dan berjalan ke belakang Dika. Saat Dika akan berbicara aku langsung menyergapnya di posisi Dika yang duduk di tempat duduknya, dengan posisi lengan ku berada di leher Dika seakan aku akan mematahkanya.
“ Kok kamu diem ajah, kamu nggak takut kalo aku bisa mematahkan lehermu”. Kataku masih dalam posisi yang sama.
“ Aku nggak akan patah leher karena kamu Nur, tapi aku akan patah hati kalo kamu meninggalkan aku”. Ucap Dika sambil menoleh ke arah ku dimana  wajahku tepat disamping kepala Dika dan ketika Dika menoleh ke arah ku posisi wajahkami benar- benar dekat dan aku langsung terpaku dengan posisi itu.
“ Ehem, ehem...”. Sandra berdehem
“Panasnya hawa disini aku mau cuci muka dulu..muka ku sangat kering sepertinya aku harus ke toilet dulu”. Ucapku sambil mengipas ngipas wajahku dengan tanganku dan aku pergi keluar.
            “ Perasan hawanya biasa ajah nggak dingin kok”. Ucap Rafi.
            “ Karena hati seorang cewe itu Lebih peka”.kata Dika
“ Kenapa kamu juga jadi sepeka itu dengan urusan hati Dik?”. Ucap Lissa. Dika tidak menjawab pertanyaan Lissa dan hanya tersenyum.
            Hati seoranga perempuan memang sangatalah lembut, bahkan seorang perempuan bisa menangis hanya dengan sebuah kata-kata, dan tertawa, tersenyum bahagia karena sebuah kata- kata. Dan mungkin tidak semua orang memahami itu. Karena mereka hanya bisaa di pahami dengan cinta. Mungkin kadang mereka bersikap seolah mereka batu karang yang berdiri tegak tak goyah di gempur deburana ombak padahal mereka merasa tercabik . Memang seperti itulah perempuan, berusaha tegar kadang mereka menangis di balik ketegaran itu, dan menyimpan semuanya sendiri.
Part 4

# Akankah peringkatku naik?
Sekarang sudah hari minggu tanggal 17 september 2017 adalah H-1 pelaksanaan evaluasi bersama. Hari terakhir untuk mempersiapkan untuk mematangkan pelajaran mapel MTK yang akan di ujikan senin besok, obrolan group Whatsapp kelas sedikit sepi dari biasanya karena semua sedang sibuk belajar. Nada dering ponsel berbunyi. “Aku ada di depan rumah kamu”. Begitulah pesan yang ku baca. Lalu aku keluar untuk menemui Dika.
“ loh dik kok kamu palah kesini kan besok ada Evaluasi,kamu gak belajar?”. Tanyaku
“ Aku inget kemarin waktu kita belajar bersama, katanya ada soal Mtk yang susah yang nggak bisa kamu kerjakan, jadi aku ke sini”.
“ Terus kenapa..?”. tanyaku.
“Sini aku ajarin”.kata Dika  padaku.
“ Okeh..” sahutku , lalu aku pergi  untuk mengabil buku.
“ Soal ini dik yang  aku gak biasa” kataku sambil menunjukan soal itu pada Dika. Lalu Dika memintaku utuk mencobanya lagi dengan dengan cara yang berbeda, cara yang biasa Dika gunakan untuk menyelesaikan soal, cara yang Dika temukan sendiri. Dika mengajarkanya padaku dengan sabar,itu karena aku memang sedikit lama dalam memahami sesuatu apalagi yang berkaitan dengan mapel MTK.
Setelah aku mengenal Dika dan tau ternyata tentang dirinya, ternyata Dika dalah siswa terbaik  di sekolahnya sebelum Dika pindah ke sekolah ini. Alasan Dika pindah sekolah adalah karena pekerjaan ayahnya dulu Dika pernah pindah sekolah beberapa kali juga karena pekerjaan ayahnya. Entah siapa yang akan mendapat urutan pertama besok, apakah akan ada posisi peringkat yang tergeser karena kedatangan Dika. Dan aku akui Dika yang ku kenal selama ini dia pintar , dan tidak kalah pintar dengan Lissa sepertinya.  Tahun lalu saat kenaikan kelas yang menempati peringkat pertama adalah Lissa, peringkat ke ke dua Rafi daan peringkat ke tiganya Lena.
“ Aku nggak yakin besok aku akan naik peringkat,mengerjakan soal seperti ini saja aku kesulitan, aku akan senang sekali jika saja aku bisa naik satu peringkat saja dari peringkat yang sebelumnya”.
“ Itu bisa dilakukan ..”. ucap Dika
“ Itu sulit..?”. sahutku lagi.
“Itu bisa...”. ucap Dika lagi.
“ ya baiklah itu Bisa”. Ucapku mengalah.
“ aku akan melakukanya..”.
“ Maksud kamu..?” tanyaku tak paham.
“ aku akan buat kamu naik 1 peringkat seperti yang kamu inginkan”.
“Bagai mana caranya?” tanyaku lagi.
“ Tentusaja dengan Belajar”. Tegas Dika
“ Aku nggak suka belajar”. Ucap ku lagi.
“ Kamu harus suka?”.
“ Kalo aku tetap gagal gimana, bukanya naik peringkat tapi turun peringkat”. Keluhku lagi.
“ Kalo kamu bisa naik peringkat aku bakal ajak kamu ke suatu tempat kemanapun yang kamu inginkan”.
“ Kalo gagal gimana?”. Tanyaku lagi.
“ Kalo kamu gagal kamu harus traktir aku makan apapun yang aku mau”. Ujar Dika.
“ Okeh aku setuju”. Lalu kami berjanji kelingking seperti anak kecil. Dan Dika lanjut mengajariku soal yang lain. Kira kira kami belajar selam 2 jam lebih, jam sudah menunjukan pukul 16.00, dan sinar matahari sudah mulai tenggelam. Karena hari sudah semakin sore dan Dika juga harus pulang,  aku pun menyuruh Dika pualang.
“ Dik udahan belajarnya, udah sore aku harus bantuin ibu ku masak, dan kamu juga harus pulang udah sore soalnya. Kita lanjut besok ajah”.
“ Okeh.. selamat belajar nanti malam Nur. SEMANGAT!”. Ucap Dika menyemangatiku. Lalu Dika pun pergi, dan aku membereskan buku yang ku gunakan untuk belajar”.
“ Hati-hati Dik ?”. ucapku pada Dika.
“ Iya..pacarku sayang”. Ucap Dika tersenyum. Dan Dika pun pergi. aku melambaikan tangan pada Dika dan Dika membalasnya. Langkahnya begitu ringan Dika sudah tak terlihat mengilang di persimpangan jalan. Lalu aku pun masuk ke dalam rumah untuk membantu ibuku di dapur.

Hari ini adalah senin 18 september 2017, dimana  kami para siswa harus mengikuti Evaluasi bersama.  Mungkin menurut mereka yang siswa pintar bukan masalah, tapi bagi kami semua bentuk ujian sangatlah membuat pusing, kami harus belajar dengan keras, kami juga jadi tidur larut malam karena belajar, bahkan kadang kami belajar hingga tertidur. Aku tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Aku  langsung menuju ke kelasku, lalu Dika dan Rafi datang.
            “ Hai Nur?” sapa Rafi.
            “ Hai juga”. Sahutku
“ Tadi aku ke rumah kamu tapi kamu sudah berangkat duluan, tumben lebih awal,kenapa?”. Tanya Dika tersenyum.
“Nggak papa, aku tadi bangun lebih pagi, jadi berangkat sekolahnya juga jadi lebih pagi”.
“Oh...gitu,  pacarku harus semangat belajar oke..biar peringkatnya naik”. Ucap Dika sambil meletkan tas di tempat duduknya di sebelah mejaku dengan ekspresi yang di buat buat. Aku hanya tersenyum pada Dika, jam sudah menunjukan pukul 06.54 semua sudah ada di tempat duduk masing-masing. Suara bel masuk berbunyi
Seorang pengawas masuk dengan membawa amplop coklat yang berisi soal-soal.
            “ Selamat pagi anak -anak?”
            “ Pagi”. Jawab semua siswa.
“ Semua buku , kertas semuanya tidaak boleh ada yang di atas  meja keculai alat tulis dan kartu ujian”. Lalu semua siswa memasukan buku dan yang lainya ke dalam tas. Lembaran soal mulai di bagikan.
 Bel berbunyi dua kali “tet..tet..” tanda kita memulai mengerjakan soal. Kami mulai megerjakan soal satu persatu. Menit –menit terus berjalan. 80 menit telah berlalu. Bel berbunyi tiga kali “tet..tet.tet....”tanda waktu mengerjakan soal tinggal 10 menit. Terlihat semua siswa berusaha menyelesaikan soal-soal ujian dengan cepat, entah apa hasilnya yang jelas selesai tepat waktu. Bel berbunyi sekali lagi tanda ujian telah usai. Semua siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya.
“ Ya waktu sudah habis, tidak ada lagi yang mengerjakan, semua di kumpulkan”.  Ujian hari pertama selesai, masih ada 4 hari lagi ujian yang masih harus di selesaikan, kami masih harus berjuang di hari berikutnya. Rutinitas siswa di saat ada ujian,terus berjalan, belajar, belajar , dan belajar. Itulah yang biasa di lakukan. Apalagi siswa sepeertiku yang benar-benar harus berjuang dengan keras untuk mengkadapi ujia. Aku tidak mahir dalam bidang Akademik, bahkan aku tidak minat dengan les-les diluar seperti teman-teman yang lain. Aku berfikir mesipun aku les aku juga tidak yakin akan hasil yang didapatkan. 5 hari telah berlalu, begitupula ujianpun selesai. Ini adalah saat saat yang juga menegngkan, hasil ujian akan segera di umumkan. Ujian akan di umumkan pada pukul 10.00. jadi kami masih harus menunggu hingga pukul 10 untuk mengetahui berapa  hasil yang kami peroleh.
            Sekarang sudah tepat pukul 10 pak Andre sudah siap dengan kertas di tanganya sedang menuju ke kelas kami.
            “ liat..dong pak..., pak andre liat, liat lia”. Suara siswa siswa yang mengikutinya meminta agar dia memperlihatkannya. Lalu pak Andre masuk ke kelas, dan juga siswa kelas kami yang terus membuntutinya di belakang.
            “ Kalian mau apa?”. Tanya pak Andre.
            “ Mau lhiat itu pa..?”. jawab salah seoranag siswa.
              Tenang ajah, nanti juga di kasih tau kok”.  Ujar Anwar yang duduk  di bangkunya seolah dia tak khawatir dan tak peduli akan nilainya. Bahkan meskipun dia selalu berada di urutan terakhir dia terlihat sama sekali tak kawatir pada nilainya.
            “ Sipp , dua jempol buat kamu Anwar”. Sahut pak andre. Lalu semuanya duduk di tempat masing masing. Pak Andre mulai memanggil nama kami satu per satu, membacakan nilai hasil ujian kami.
“ Rafi”. Panggil pak Andre, lalu Rafi mengangkat tanganya.
“Selamat hasil  Evaluasi kamu cukup memeuaskan, kamu mendapat urutan ke tiga”. Semua siswa bertepuk tangan.
“ Siapa yang mendapatkan urutan ke dua dan pertama ya?”.
“ Kalo menuurut ku yang dapet peringkat pertama jelas lissa, kan dari dulu belum ada yang bisa ngalahin Lissa”.
“ Kalo menurut aku bukan lissa deh Tapi Lena dia kan juga pinter, kemarin dia kan peringkat 2, barangkali sekarang satu”. Ujar para siswa memperdebatkan masalah mengenai siapa peringkat satu dan dua di kelas mereka.
“ Lissa”. Sebut pak Andre. Wajah Lissa sudah berseri mendengar namanya di sebut.
“ Sayang sekali Lissa ada yang berhasil menggulingkan kamu dari posisimu, tapi tidak apapa kamu tetap mendapat peringkat, kamu masuk di peringkat 2..tepuk tangn semuanya”.
Lissa sedikit kecewa denga peringkatnya yang menurun. Lena yang merasa punya kesempatan dan yakin bahwa dirinya lah yang berhasil mengalahkan Lissa. Dan semua siswa di kelas itu juga berfikir hal yang sama pula.
“ Selamat. Dika. kamu jadi peringkat pertama”. Lena yang begitu berharap, bahkan dia tidak bisa masuk peringkat 3 besar. Aku percaya kalo Dika bisa mengalahkan Lissa, karena dulu ajah sebelum Dika pindah ke sekola ini Dika mendapat peringkat terbaik di sekolahnya. Sekolahnya yang dulu juga merupakan skolah favorit bahkan lebih bagus dari sekolah ini,karena sekolahnya yang dulu adalah sekolah termahal, terbaik, dan tentu saja Dika mudah untuk mendapatkan peringkat di sekolah ini.
“ Selamat ya Dik”. Ucapku memberi selamat. Semua siswa di kelas bertepuk tangan kagum pada pencapaiaan dika.
“ Dan  Anwar...”. sebut pak Andre.
“Sebaiknya kamu lebih bekerja keras lagi untuk belajar, agar nilaimu sedikit lebih baik”. ucap pak Andre menasehati. Anwar hanya mendengarkanya tanpa bergairah, seolah dia tidak ada hasrat untuk berhasil dalam setudinya. Tapi pak andre tidak marah dengan sikap Anwar yang begitu tak menghargainya, dan pak Andre setiap hari teteap berusaha menjadi teman untuk murid-muridnya.
                        “ Nur viyan”. Kata pak Andre menyebut namaku.
                        Dika mentap kearah ku dan tersenyum.
“ Kamu juga harus membagi waktu mu untuk belajar agar nilaimu naik, memang nilai kamu naik dari sebelumnya tapi peringkatmu masih sama. Jadi ,SEMANGT BELAJAR”. Ucap pak Andre agar aku tetap semangat belajar.

“ Nggak papa nur, ini baru awal”. Kata Dika Menghiburku.
Aku sudah yakin ini yang akan aku dapatkan karena aku memang tidak menyukai matapelajaran apapun selain olahraga. Bahkan kadang aku merasa malu dengan diriku sendiri. Itu yang ada dalam pikiranku saat ini.
“Sekian untuk pertemuan hari ini, selamat pagi”. Lalu pak Andre keluar meniggalkan ruang kelas.
Memang kecawa jika mengharapka sesuatu dan sesuatu itu tidak ada. Semua orang pasti menginginkan sesuatu yang baik, tak lain dengaan aku, aku sangat berharap suatu saat aku bisa mendapatkan nilai yang baik, seperti yang diharapkan semua pelajar.
Semua pelajaaran hari ini telah usai. Di depan lobi kami berjalan bersama, aku dan Dika. Kami berjalalan bersebelahan.
“Udah aku duga sebelumnya kalo nilaiku bakal menurun”. Ucapku kecewa.
“ Nggak papa, seperti yang aku bilang pagi tadi ini baru awal dan belum berakhir masih ada waktu untuk memperbaiki nilaimu, dan aku akan membantu kamu untuk mewujudkan semua itu”. kata dika menyemangatiku.
“ Udahan sedihnya, kamu masih inget perjanjian kita sebelumnya kan..?”. Tanya Dika.
“ Iya aku inget kok, sekarang aku emang gak bisa tapi ujian selanjutnya aku bisa, liat ajah nanti”. Ucapku memotivasi didriku sendiri untuk bisa berhasil dengan keinginanku.
“ Aku tau tempat makan yang enak”. Kata Dika padaku.
“ Dimana..?”. Tanya ku balik. Dika tidak menjawab pertanyaan ku. Kami berjalan menuju tempat yang Dika maksud.
“Ini tempatnya”. Ucap Dika ketika kami tiba di tempat yang Dika maksud.
“ Tapi tempat ini kan sangat mahal Dik..”. kataku
“ sesuai perjanjian kemarin aku mau makan yang aku mau, dan aku ingin makan disini, jadi kamu yang harus membayar”.
“ Baiklah..”. sahutku. Dika tersenum padaku.
“Kamu terlihat bahagia saat mengerjaiku, tapi lihat saja besok aku yang akan mengerjaimu”. Ucapku lagi.
Dika hanya tersemum padaku, lalu dika memesan makannanya.  Satu pesanan makanan sudah datang.
“ Wah ini terlihat sangat enak, aromanya saja sangat menggugah”. Ucap Dika. Lalu dia mulai memakanya dengan begitu semringah seolah dia tak mau membaginya dengan siapaun.
“ Kamu makan seperti orang yang kelaparan selama seminggu nggak makan”. Ucapku sedikit heran.
“ Ini enak loh.. apa kamu nggak mau..?”.
“ Enggak,belum tentu uangku cukup untuk membayar makanan yang kamu pesen, apalagi kalo aku ikut makan”.
“ Emang kamu bawa uang berapa..?” tanya dika.
“ Kenapa..?”.tanyaku.
“ Ini udah abis, aku mau nambah ayam bakar”.
“ Ta..”. sebelum aku menyelesikan ucaapaknu, Dika memesan makanan lagi.
“ Mbak ayam bakar 1 porsi”. Dika memesan.
“ Kamu yakin akan memakan semua itu...?”. lalu pesanan Dika datang. Dan Dika memakan semuanya tanpa sisa.  Dan mesanan selanjutnya juga datang.
“Wow ini terlihat luar bisa bukan..”. ucap dika.
“ Kamu yakin akan makan semuanya..?”. tanyaku pada Dika sekali lagi, karena Dika memang sudah makan terlalu banyak.
“ Tentu aku akan makan semuanya, aku setuju dengan ucapan mu barusan kau juga memperkirakan berapa total yang harus kamu bayar. Ucap dika seolah dia akan mengerjaiku, itu feeling ku.
“ Aku sudah selesai ayo kita pulang?” Kata Dika dengan suapan terkakhir, dan dia mengelap mulutnya dengan tisu”. Lalu kami ke kasir untuk membayarnya.
“ Berapa semua mba..?” tanyaku.
“ Totalnya...60.500 Mba”. Kata mbak-embak di kasir. Aku yang kaget dengan total yang harus di bayar. Aku melirik ke arah Dika dan  dia hanya meringis ke arahku. Lalu aku mengambil uang di dompetku. Saat aku membuka dompet hanya terlihat lembaran berwarna Biru senilai 50.000 ribu. Dan 1 lembar uang berwarna ungu senilai 10.000 rupiah,semua berjumlah 60.000 ribu dan jumlah itu masih kurang 500 rupiah. Aku mencari  sisa uang recehan yang terselip di dompet.  Total harga makanan yang Dika pesan seolah sudah direncanakan, sampai menyapu bersih uang  di dompetku bahkan recehan 500 sisa beli gorengan di kantin mbok Juary juga ikut terseret, lalu aku memberikan uangnya ke kasir.
“ Terimakasih,jangan lupa datang kembali”. Kata si Embak kasir. Setelah membayar kami pun pergi.
“ Gimana?aku tadi berhasil memakan habis semuanya kan..?”. ucap Dika dengan bangganya.
“Bukan cuman ngabisin makaanan ajah, tapi kamu juga udah nguras bersih dompet ku, termasuk uang saku ku hari ini”. Sahutku. Dika hanya tersenyum dengan sedikit meringis memperlihatkan giginya,seperti orang tak punya salah.
“ Aku makan sesuai perjanjian kemarin kan...?”. tanya Dika.
“Oh iya kamu hebat... kamu makan sesuai perjanjian kok..”. ucap ku sedikit geregetan.
“ Kan emang aku makan sesuai perjanjian, kemarin kan perjanjiannya kamu mau tlaktir makan apapun yang aku mau”.
“ Setidaknya sebelum makan di restaurant itu seharusnya kamu bilang dulu, coba ajah.. kalo tadi uang ku nggak cukup, masa aku ngutang di restaurant, kan nggak banget.
“ hihihi...”. dika tertawa seolah dia sangat puas dan bahagia mengerjaiku.
“ Awas ya nanti kalo aku berhasil naik peringkat di ujian selanjutnya kamu harus tepatin janji kamu, buat ngajak aku pergi kemanapun yang aku mau”. Ucap ku menantang diriku sendiri untuk lebih berkerja keras untuk belajar agar peringkatku bisa naik.
“ Tentu pacar ku yang imut...”. Ucap Dika menatapku.


Kami berjalan berdua bergandengan tangan menyusuri jalan dengan di temani tiupan angin yang terus mengelus pucuk pucuk pohon, yang membuatnya berayun lembut,membawa daun kering yang melayanng bersamanya.



# Apa dia akan meningglkanku?
Matahari bersinar melewati awan,menerobos sela-sela ranting pohon mengirim cahaya kehidupan untuk semua mahluk yang membutuhkanya. Hari ini adalah genap 3 bulan kami berpacaran, dan selama ini Dika selalu ada Disaat aku membutuhkan seseorang yang mau mendengarku, disaat aku membutuhkan seorang teman, seorang guru, dan seseorang yang mau memberikan tanganya ketika aku terjatuh. Aku selalu berharap agar semuanya tetap seperti itu.Hari ini aku merasa sangat merindukan Dika, meskipun kami setiap hari selalu bertemu. Tiba –tiba  Suara dering tanda pesan berbunyi “ Nur aku tunggu kamu di taman...”. pesan ini dari Dika, aku segera bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan Dika.

Terlihat seseorang dengan jaket abu-abu tengah duduk di bangku taman sendirian. Dari jauh aku telah mengenalinya, Dika, ya dia adalah Dika yang selalu tampil keren berwibawa ,baik, dan apa adanya.  Lalu aku menghampiri Dika. Dika yang menyadari kehadiranku dia melihat ke arahku dan tersenyum. Lalu aku duduk di sebelahnya.
“ Udah lama nunggu..?”. kataku membuka bicara.
“Enggak kok , aku juga baru nyampe ..”. sahut Dika.
“ Aku ada sesuatu buat kamu ”.  Ucap dika lanjut.
“Sesuatu apa..?”. tanyaku penasaran. Lalu dika mengambil sesuatu dari belakang kursi yang kami duduki.
“ Buat kamu, ”. Ucap Dika  sambil memberikan seikat karanggan bunga padaku.
“ Makasih...ini indah sekali Dik”.
“ Kamu suka .?”.
“ hem m m”. Jawabku dengan mengangguk.
“Aku tau kamu mau bicara sesuatu kan”. Kataku lagi.
   Udah keliatan dari ekspresi kamu, pasti ada sesuatu yang mau kamu omongin sama aku kan?”. Kataku smbil melihat karangan bunga yang Dika berikan padaku.
“ Masa sih..”. kata Dika sambil menaruh tangannya di pundaku sambil menatapku dan tersenyum.
            Aku melihat ada sesuatu yang begitu berat untuk Dika ungkapkan.
“ Kalo emang kamu  nggak mau kamu cerita sekarang nggak papa”. Ucap ku pada Dika yang terlihat tengah bingung akan sesuatu. Dan Dika mengangguk, Dika membelai rambutku yang terurai.
“ Kamu inget nggak waktu kita pertama jadian..?”. tanya Dika.
“ Iya aku inget semuanya, waktu itu kamu bikin banyak banget kejutan, kamu bilang Nur I Love You, ...”. ucapku. Dika yang melihat ku memperagakan dirinya saat menyatakan cintanya padaku diapun tertawa.
“ Nur jangan pernah lupakan aku ya...?”.
“ Kenapa aku Bisa melupakan kamu, kan kamu selalu ada di sisihku”. Dika juga hanya membalas ucapanku dengan senyumannya.
Kami duduk berdua di kursi ini berjam-jam, mengingat kenangan kenangan yang telah lalu, mulai dari saat mulai saling menyatakan perasaan , hingga sekarang ini. Di taman inilah kami saling menyatakan perasaan dan di tempat inilah kami sering menghabiskan waktu bersama.  Nada dering panggilan berbunyi, itu berasal dari ponsel milik Dika.

“ Bentar  aku angkat telfon dulu”. Kata Dika.
“ Aku akan segera pulang ”.Ucap Dika pada orang yang menelfon Dika.
“ Maaf Nur aku harus pulang sekarang...?”
“ Apa tadi ayahmu yang menelfon?”. Tanyaku
“ Iya .. ayakhu memintaku untuk segera pulang.
“ Okeh, hati-hati ..”.
“Aku anterin kamu ya..”.
“Okeh..” jawabku. Lalu Dika mengantarku pulang sampai rumah.



Malam telah tiba, dingin angin malam mulai terasa. Biasanya sebelum Tidur Dika selalu mengirimkan Pesan” selamat malam selamat mimpi indah”. Aku menunggu  pesan itu. menit menit terus berlalu dan pesan itu juga belum masuk. Aku teruss menunggunya, malam semakin larut dan pesan itu pun tak ada, mungkin kali ini dika tengah sibuk sehingga membuat di lupa untuk mengirim pesan padaku.
“ Lebih baik aku tidur toh besok akan ketemu di sekolahan”. Lalu aku tertidur dengan menunggu pesan Dika.
Malam telah berlalu dan tergantikan oleh pagi, aku sudah
rapih dengan seragam ku, dan aku menunggu Dika di depan rumah, karena biasanya Dika selau datang untung mengajaku berangkat ke sekolah bersama. Sudah beberapa lama aku menunggu Dika tapi kenapa Dika belum juga datang. Apa Dika udah berangkat duluan ?, jam sudah menunjukan pukul 06.35 tapi Dika belum juga datang.  Aku berfikir mungkin Dika Berangkat lebih awal dan ada keperluan jadi Dika tidak sempat menjemputku. Lalu aku memutus kan untuk berangkat ke sekolah sendiri saja. 
           
Sesampainya di sekolah aku masuk ke kelas, di kelas Dika juga nggak ada. “ sebenarnya Dika kemana? Kenapa dia tidak mengirimi ku pesan dan dia tidak datang ke rumahku tadi pagi, dan di sekolah juga nggak ada,kemana sebenarnya Dika pergi”. kataku terus bertanya dalam hati. Tiba-tiba Rafi datang.
“ Rafi..”.panggilku.
“Iya ada apa Nur..?”.
“ Rafi kamu tau Dika keman nggak..?”. tanyaku pada rafi.
“ Kok aku dari tadi nggak liat Dika, Dika kemana ya..?”.
“ Oh iya Semalem Dika kerumah ku, dia minta tolong ke aku, kalo Dika pagi  ini akan terbang ke singaphore, Dika akan pindah sekolah” Ucap rafi menjelaskan.
“ Singaphore?..pindah sekolah..?” maksud kamu apa?”. Tanyaku menginginkan penjelasan dari Rafi. Aku sangat kaget mendengar ucapan Rafi tentang kepindahan Dika yang begitu mendadak.
  Kenapa  Dika sebelumnya nggak bilang apapun sama aku..? aku chat nggak di bales, di telfon gak di angkat”.
“ Kamu tenang dulu Nur, semalem ponsel Dika Rusak sedangkan ayahnya menyuruhnya untuk cepat -cepat berkemas, karena pagi ini mereka akan terbang ke singaphore, jadi dia tidak punya waktu untuk memperbaiki ponselnya”.
“ Untuk apa Dika harus pindah ke Singaphore?”. Tanyaku lagi.
“ Itu karena pekerjaan ayahnya, mau nggak mau Dika harus ikut ayahnya, Dan Dika juga sebenarnya mau bilang ini semua waktu kalian di Taman. Tapi karena Dika nggak mau kamu sedih jadi Dika nggak mengatakan apapun”. Ucap Rafi terus berusaha menjelaskan.

“ Dika berangkat jam berapa...?”. tanyaku.
“ Jam 7.30, kamu mau kemana?”. Setelah aku mendengar jam keberangkatan dika jam 7.30 aku langsung pergi ke rumah Dika dan membolos sekolah.
Aku berharap Dika belum berangkat karena aku ingin bertemu dengannya. Aku berlari ketempat memberhentian bus . Aku menunggu bus yang searah ke Rumah Dika. Setelah beberapa menit akhirnya busnya datang,Lalu aku naik bus dan menuju rumah Dika. Setelah aku tiba tepat di depan Rumah Dika. Rumahnya terlihat sepi.
“ Dik...dika ..” kataku terus memanggil Dika.
“ Maaf neng  cari siapa..?”. tanya satpam penjaga rumah .
“ Pak satpam Dika udah berangkat belum ya..?” tanyaku.
“ Den Dika sama Bapak udah berangkat dari tadi, neng ada keperluan apa .?”.
“ Aku terlambat...Dika udah pergi, terimakasih pak”.
lalu aku pun pergi dari rumah Dika dengan perasaan kecewa, seolah hubungan yang selama ini kami jalin tidak berarti, bagaimana mungkin seseorang yang begitu kucintai pergi meninggalakan ke tempat yang jauh,tanpa sapatah katapun.
“Dika udah pergi dan tanpa mengabari aku sama sekali, apa segitu nggak pentingnya aku sampe-sampe dika lupa sama aku”.
Rasanya dada ini begitu sakit, bahkan airmataku tak bisa lagi ku tahan.
Aku terus berjalan tanpa tau arah kemana kakiku melangkah. Aku hanya berjalan mengikuti jalan berlawanan dari arah menuju rumah Dika, aku terus berjalan dan berjalan hingga aku sampai di taman tempat aku dan Dika sering menghabiskan waktu bersama. Aku berhenti di taman itu. Aku melihat banyak kenangan di sini bersama Dika sebelumnya, Dan satu hari sebelumnya aku dan Dika juga  bersama di sisni. Rasanya begitu sakit melihat taman ini karena mengingtakan semua tentang Dika. Dan baru kemarin Dika mengatakan agar aku tidak melupakannya,dan itu karena dia akan pergi.  “Apakah Dika akan melupakan aku? Apakah Dika tidak peduli padaku, Apakah dika akan meninggalkan aku, dan apakah cinta Dika tulus padaku..?. aku tidak tau semua itu. aku tidak mengerti”. Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja muncul di benakku. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, karena di taman ini aku hanya bisa melihat kenangan ku dan Dika yang membuatku semakin pilu. Aku berjalan sendiri,terdiam di setiap langkah, air mataku yang terus menetes, tersapu angin dan perlahan mengering.

Sudah satu minggu sejak kepergian Dika dan tak ada juga kabar darinya, mungkin Dika telah  benar-benar melupakan aku. Sebuah harapan ini apakah akan pupus sampai disini. Kekecewaan yang ku rasakan, masih terasa begitu dalam dan menyayat. Mungkinkah semua sudah berakhir di sini dan selesai sudah semua kisah ini? Ketika hati ini mulai belajar tentang cinta, mengapa cinta yang ku miliki pergi ?. Dan aku juga merasakan rindu yang menyakitkan dimana dulu aku tak percaya akan semua rasa itu.
Terlihat foto seseorang dalam sebuah bingkai di ujuang meja belajar, saat melihat foto itu hatiku tersayat. Aku tak bisa mengatakan semua ini pada sipapun, dulu aku selalu berbagi cerita dengan Dika, tapi sekarang dia telah pergi, dia telah menghilang tanpa kabar, tapi seandinya dika tau aku masih menunggunya disisni.  foto itu yang membuat ku merindukanya setiap saat, membuatku meneteskan airmata mengenang semuanya, semua tentang Dika. Aku tak sedikitpun memindahkanya, dia masih tetap berada di tempatnya bahkan sejauh ini dia pun masih ada di hatiku yang terdalam.
Ku goreskan kerinduanku dalam diary ku. Ku tuliskan di lembaran ini sebagai tempat ku menumpahkan kesesakan yang terasa pilu.
Aku sungguh merindukannya, aku merindukan kamu yang selalu ada di saping ku Dik , selalu ada untuk ku, kau yang menghapus airmataku ketika aku menangis kini kau tak ada lagi bersamaku. Apakah kamu  merindukanku sekarang? Apa kamu tau aku menangis di sini?, apa kamu tau aku merindukanmu disini?, apa kamu tau aku masih mencintaimu?,dan apakah kamu  tau aku menunggumu Dik ?, seandainya kau mendengar ku saat ini, ku mohon kembalilah Dika aku sungguh merindukanmu.
Aku membiarkan tulisanku dengan semua pertanyaan tanpa jawaban  itu mengisi lembaran di halaman ini dan berharap suatu saat akan hadir semua jawaban akan pertanyaan itu. Tiba tiba suara pintu kamarku terbuka. Aku melihat seseorang yang sangat bersahabat berdiri membuka pintu,rupanya  dia adalah Lissa .

“ Hay ... kamu lagi ngapain nur?”.
“ Lagi nunggu kamu...” jawbku sambil tersenyum.
“ Eleh dasar tukang bohong...kamu lagi tulis-tulis apaan kasih tau dong ?”. 
“ Nggak mau ah...pengin tau ajah ...kepo!” sahut ku.
“ OH sekarang main rahasia rahasiaan nih...”. Tiba tiba
 Lissa merebut buku diary miliku dia terus berusaha membacanya, tapi aku pun terus menghalang halanginnya agar dia tidak bisa membaca apa isi diarynya. Dan akhirnya akau berhasil merebutnya kembali dari Lissa lalu memasukannya ke dalam lemariku agar Lissa tidak membacanya.
“ kamu bikin aku penasaran ajah, tadi isinya apa sih?”. Tanya Lisa semakin penasaran.
“ Udah ah jangan bahas buku diary ku lagi, sekarang dia udah aman hehehe”. Kataku yang merasa lega.
“ Iya deh...biarin ajah si buku tenang di lemari sana...oh iya ,udah ada kabar dari Dika belum Nur?”
“ Sampai saat ini Belum”. Jawabku singkat.
“ Mungkin Dika lagi berusaha buat hubungin kamu nur, kan sebelum dika pergi Dika ngasih tau Rafi katanya ponselnya rusak jadi nggak bisa hubungin kamu”.  Aku hanya mengangguk mendengar ucapan Lissa.
“ Tapi kamu juga jangan terlalu sedih karena semua ini kamu harus tetap bersemangat Okeh..”.
Lissa adalah teman sekaligus sahabat, dia yang sering memotivasi dan selalu memberikan suportnya agar aku tetap bersemangat. Dan dulu Lissa juga sempat suka sama Dika bahkan Lissa sudah mengutarakan perasaanya pada Dika tapi Dika tidak menerima cinta Lissa dan menganggap lissa adalah sebatas sahabatnya, meskipun begitu tapi Lissa bukan tipe cewe yang  mau bersaing untuk mendapatkan cowok yang dia suka dengan sahabatnya. Jadi Lissa merelakan agar aku dan Dika bisa bersama. Tapi pada nyatanya sekarang tak bersamaku.
“ Nur aku hanya bisa mendoakan yang terbik untuk kalian berdua, jika Dika bener-bener cinta kamu, suatu saat Bakalan kembali sama kamu kok”. Ucap lissa padaku, Lissa berharap harapanku tidak pupus begitu saja dan dia selalu menyemangatiku.
“ Ya Lis aku juga berharap seperti itu, tapi nyatanya sampai sekarang Dika sama sekali gak ada kabar kan..?”. jawabku melemahkan harapanku sendiri.
“ Apapun yang terjadi kamu nggak boleh larut dalam kesedihan Nur Okeh..?”. ucap Lissa sambil mengacungkan kedua jempolnya menyemangatiku. Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.
“ Eh aku punya filem Baru nih..kamu mau nonton nggak..?” tanyaku pada Lissa.
“Filem apa...tapi jangn bilang itu Film horor ya...?”
“ Iya horor banget. lagi...”. jawabku
“ Ah enggak ah kamu kan tau aku nggak suka sama gituan..”. kata Lissa merengak menolak.
“ Enggak ...bukn horor kok...ini filem Komedi...tenang ajah ..kita bakal ngakak ketawa ngeliat tingkah bodoh para aktor ganteng di film nya”.
“ Yang bener..?:
“ iya beneran kok”. Jawabku sambil menyalakan laptop.
“ Awas ajah nanti kalo bohong...”. kata Lissa mengancam.
“ Nih anak gak percayaan banget sih.. nih liat ya... ”. kataku sambil memutar film nya”.
“ Tuh kan aku enggak bohong lis..?”
“ Iya deh...”. lalu kami menonton bersama, kami  tertawa bersama menonton filem itu, kami menghabiskan berjam jam untuk menonton film filem komedi yang ku ambil dari internet.
“ hahaha..film nya emang lucu banget Nur...tapi sekarang udah sore ,aku harus pulang nur?”. Ucap lissa.
“ Iya gak papa Kita bisa nonton lagi lain waktu”. lissa beranjak dari tempat kami duduk dan pergi. Lalu aku mngantar Lissa saampai ke depan Rumah.
“Hati-hati di jalan Lis?”
“Iya ...Dah Nur..?”
“ Dah..”. lalu setelah lissa pergi aku pun masuk ke dala rumah.
Manisnya sebuah hubungan takkan pernah jauh dari kepahitan. Hubungan dalam cinta yang dulu tak ku percaya adanya, aku merasaka betapa menyakitkan ditinggalkan orang yang begitu dicintai. Mungkin semua ini akan sedikit sulit untuk dilupakan atau bahkan tidak bisa ku lupakan. Akan tetap terasa dan membekas kenangan yang indah dan kenangan yang penuh luka ini.





Part 5

# Dia  terlihat  tak berperasaan karena dia begitu terluka.
Aku sudah siap dengan seragam sekolah, tinggal memakai sepatu dan setelah itu berangkat sekolah. Aku berangkat dengan bus ke sekolah, semenjak Dika pergi aku masih berharap Dika akan kembali. Setelah beberapa menit aku tiba di depan sekolah. Lalu aku turun ,Jalanan terlihat sedikit ramai hari ini sehingga aku harus menunggu untuk bisa menyebrang jalan. Aku menoleh kekanan dan kekiri untuk memastikan aman untuk menyeberang. Saat ku rasa kendaraan tidak begitu ramai aku memutuskan langsung menyebrang. Sebelum aku menyeberang aku memastikan sekali lagi dengan menoleh kekanan dan kiri. Lalu aku segera menyebrang. Setelah aku sampai di sebrang jalan dan berada tepat di dekat gerbang sekolah aku melihat seseorang yang terluka. Aku melihatnya berjalan sedikit pincang masuk melewati gerbang. Dia adalah Anwar dia teman sekelasku, lalu aku menghampirinya.
“ Anwar lenganmu terluka” Ucapku.
“ Lalu apa masalahmu..?”. Ucapnya begitu dingin. Aku tidak menanyakan apapun lagi padanya. Sepertinya dia habis berkelahi karena di wajahnya ada memar seperti bekas  pukulan. Anwar  tanpa peduli dengan pertanyaanku dia terus berjalan sedikit pincang di depan ku. Bagaimanapun dia adalah temanku aku tahu dia tidak memiliki teman di sekolah ini aku harus membantunya.
“ Luka mu perlu di obati Anwar”. Ucapku sekalilagi sambil berjalan di sampingnya.
“ Udah aku bilang ini bukan urusan kamu, jadi lebih baik  kamu pergi”. kata Anwar menghentikan langkahnya.
“Okeh aku akan pergi, tapi sebelumnya biar aku obatin dulu luka kamu”. Kataku sambil menarik tanganya dan membuatnya duduk di kursi yang ada di bawah pohon di halaman sekolah, meskipun awalnya dia menolak lukanya di obati.
“ Tunggu di sini aku ambil kotak P3K di ukas sebentar”. Aku dengan cepat pergi ke UKS untuk mengambil obat. Lalu aku duduk di sebelahnya.
“ Ulurkan lengan mu” Ucapk ku.
“ Tidak usah ini akan sembuh sendiri” Ucap Anwar menolak.
“ Aish..” aku menarik lengannya dengan paksa. Lalu memberikan beberapa tetes obat luka pada lukanya.
“ Maaf ya mungkin ini akan sedikit perih”. Kata ku sambil meneteskan obat luka itu.
“ Aw...cairan apa itu?, apa kamu  mau membakar lukaku”. Oceh  Anwar .
“ Sudah ku bilang ini akan sedikit perih, tenang ajah aku gak akan bunuh kamu dengan obat ini, jadi mendingan kamu diem biar aku menyelesaikan ini”. Kataku sambil memasang perban pada lukany.
“ Apa ini akan mengobati?”. Tanya Anwar tak percaya.
“ Aku ikut Organisasi PMR di sekolah ini, paling tidak aku tau cara mengobati luka seperti ini”. Sahutku.
“ Apa kamu pernah mengobati luka seperti ini...?”. Tanya Anwar yang masih tidak percaya padaku.
“ Belum...Ibarat dokter muda Kamu adalah pasien pertama ku”. Jawabku selesai memperbaan lukanya.
“Maksud kamu aku jadi bahan uji coba  kamu..?”. tanya lagi sambil menarik lengannya yang baru saja selesai ku perban.
“ Awas ajah kalo nanti luka ku bukanya membaik tapi semakin parah ...?, aku bakal cari kamu”. Ujar Anwar sambil pergi meninggal kan aku.
“ Nih orang udah di bantuin juga.. bukannya terimakasih..malah marah marah, tapi  lucu sih liat dia gitu... tapi kali masa aku bunuh orang pake Obat merah?” ujarku tertawa kecil. Lalu aku menata kemabali kotak P3K mengembalikan ke UKS. Lalu akau pergi ke kelas.
 Proses pembelajaran berjalan seperti biasanya hingga jam pelajaran selesai. Lalu semua siswa pulang ke rumah masing-masing. Sekarang keadaan berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi yang mengantar ku pulang sampai ke rumah seperti yang Dika lakukan. Aku pulang naik bus seperti biasanya. Aku duduk di tempat duduk di deretan sebelah kiri kursi bus. Tiba- tiba seorang  laki laki bertato duduk di sampingku. Sebenarnya aku merasa tidaknyaman dia ada di sebelahku tapi aku juga tidak bisa mengusir dia karena ini angkutan umum, jadi siapapun boleh naik dan duduk dimanapun selagi ada kursi yang kosong. Tapi aku merasa posisi duduknya terlalu dekat denganku. Aku berusaha bersikap biasa saja dengan melihat ke arah jendela. tapi aku benar-benar merasa tidak nyaman dengan suasana ini.
“Maaf mas boleh saya duduk di sebelah Pacar saya..?”. ucap seseorang dengan suara yang tak asing. Lalu aku menoleh ke arah suara itu. “ Dia adalah Anwar,  tapi kenapa dia bilang aku pacarnya?”. Tanyaku dalam hati.
“Oh pacranya ya....”. jawab lelaki itu dengan ekspresi tidak senang.  Lalu Anwar bertukar tempat duduk dengan lelaki bertato itu.
“ Kok kamu bilang kalo kamu pacarku sama orang itu?” kata ku berbisik di dekat Anwar”.
“Gak usah banyak tanya udah diem ajah, aku nggak ada maksud apa-apa kok?”.
Mendengaar  ucapan Anwar, aku putuskan lebih baik aku tidak bertanya. Daripada aku harus bertengkar dengan Anwar. Tapi aku emang sangat penasaran sih tapi biarlah. Bus yang kami tumpangi terus melaju dan rumah Anwar ada di depan sana. Lalu bus kami berhenti di tempat pemberhentian bus, semua orang yang akan turun segera turun.
“ Tuh udah nyampe...” kataku.
“ Terus kenapa..?”sahut Anwar Seolah dia lupa akan rumahnya.
Lalu bus yang kami tumpangi melaju kembali, penumpang terus berkurang turun satu per satu. Dan tinggal beberapa orang di dalam bus termasuk aku,Anwar, lelaki bertato itu dan beberapa penumpang lainya. Bus terus melaju dan akhirnya sampai di pemberhentian  bus di dekat rumahku. Lalu aku turun dan Anwar juga ikut turun.
“ Loh kok kamu turun juga?” tanyaku
“Emang kenapa aku ingin turun di sini?”
“ Nggak papa sih” sahutku dan aku berjalan pulang, tapi Anwar terus di belakangku, kenapa Anwar terus mengikutiku? Tanyaku dalam hati. Sampai di depan rumahku Anwar kembali ke arah sebelumnya.
“ Anwar”. Panggilku
“ Sebenarnya kamu mau kemana, kok bailik lagi?”
“ Nganterin kamu” jawab Anwar singkat
“ Gak usah berpikir macam- macam aku nggak ada maksud kok, sory soal tadi di bus yang aku bilang kamu pacarku, aku gak bermaksud apapun, tadi aku liat laki- laki bertato itu diam-diam buka tas kamu, jadi aku pura-pura jadi pacar kamu, biar dia mau tukeran tempat duduk dan biar gak terjadi keributan”. kata Anwar menjelaskan.
“ Oh...gitu..tapi kenapa kamu harus nganterin aku segala”.
“ Iya sih kamu bener... buat apa juga aku nganterin kamu, toh kalo kamu kecopetan, aku juga gak bakal rugi diapun langsung pergi. Jawabnya lagi seolah dia tak perduli. Ya meskipun dia bersikap sangat dingin pada semua orang tapi dia sebenernya adalah orang yang   baik aku tau itu.
Hari ini aku melihat sisi lain dari seorang Anwar, dia yang sikapnya begitu dingin dan seperti orang yang tak berperasaan itu, peduli pada orang lain. Tapi aku bisa melihat bahwa sebenarnya dia adalah orang yang baik, tapi semua orang tidak ada yang mau melihat sisi itu dari Anwar, mereka hanya melihat Anwar hanyalah seorang pengacau.
Seandainya saja orang lain ada yang mau memehami dirinya. Dia pasti tidak menjadi seorang pengacau seperti yang semua orang katakan. Aku tidak hanya sekali melihat Anwar terluka, ini adalah ke 3 kalinya aku melihat dia terluka. Tapi aku tidak tau apa yang membuatnya terluka seperti itu. dia tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya dan keluarganya pada siapapun. Yang aku tahu dia hanya seorang anak laki-laki yang berhati dingin dan tak berpeasaan. Tapi tidak setelah apa yang sudah ku lihat hari ini.

“Hari minggu ini terasa sangat membosankan seandainya Dika ada di  sini dia pasti mengajaku pergi”. jam sudah menunjukan pukul lima sore aku tengah duduk di kursi kamar dekat jendela, aku membayangkan saat dika masih bersama ku, setiap pagi Dika selalu datang ke rumahku dan kami berangkat bersama ke sekolah tapi sekarang tidak lagi seperti itu. seandainya dia tau aku sangat merindukanya. Aku trus memikirkan tentang Dika aku masih berharap dia akan kembali.
“ Nur bisa tolong ibu anterin kue pesenan nggak?”. Suara ibuku  dari balik pintu.  Lalu aku membuka pintu.
“ Ibu bikin kue...kan tokonya udah tutup?”

“ Iya soalnya ada yang pesen minta di buatin kue tapi berhubung tokonya udah ibu tutup jadi mendingan ibu buat di rumah ajah”.
“ Oh .. Emang rumahnya di mana bu...?”.
“ Ini alamatnya..ibu nggak bisa nganterin soalnya ibu harus pergi ke  ke rumah sakit nengok temen ibu yang lagi sakit.
“ Ya udah gak papah bu aku ajah yang anterin”. Lalu aku berjalan mengikuti ibuku ke dapur untuk mengabil kue yang akan ku antar. Lalu aku segera pergi mengantarkan pesanan kuenya.
“ Bu, aku berangkat”. Kataku berpamitan
“ Iya. hati-hati dijalan Nur”. Kata ibuku. Lalu aku pergi mengantarkan kue. setelah aku melihat alamatnya sepertinya aku tau dengan alamat ini, jadi aku segera pergi ke alamat itu. Rumah itu ada di komplek perumahan mewah dan aku sampai di alamat itu.
“ Apa ini berner rumahnya..?, tadi dimana alamatnyanya?” kataku merogoh saku mengambil  kertas yang berisi alamat itu untuk memastikan aku tidak salah alamat.
“ Ini memeng benar rumahnya”. Lalu aku menekan tombol bell. Tak lama kemudia seseorang membuka gerbang. Tampak seseorang wanita  dia terlihat seperti pemilik rumah ini.
“ Ini pesanan bu”. Kataku sambil memberikan kue itu.
“ Terimakasih. Ini uangnya, ambil ajah kembalianya ..”. jawab wanita itu sambil pergi membawa kuenya.
“ Ini ada kembalianya kok bu”. Kataku pada wanita itu, saat aku akan memerikan kemabalianya orang itu sudah menutup gerbangnya dan masuk ke dalam rumah.
“ Apa segitu nggak berharganya uang kembalian bagi merka sampe-sampe mereka memberikan uang dengan Cuma-Cuma, padahal harga kuenya kan cuman 115 ribu, dan wanita itu memberikan uang 200 ribu padahal sisaanya kan masih 85 ribu, tapi dia memintaku mengambil kembaliaanya. Ah bodo amat, buat apa susah susah mikirin duwit orang kaya, pasti duwit segitu nggak ada artinya bagi mereka. Tapi sering sering ajah kaya gitu “ Ambil ajah kembaliannya hehehe lumayan”.
Lalu aku pun pergi dari rumah itu dan berjalan pulang. Belum jau dari komplek ruamah mewah itu Saat aku berjalan aku melihat ada penjual sosis bakar di sebrang jalan, aku berniat membelinya.
 sepertinya sore-sore gini makan sosis bakar enak deh” lalu aku  memutuskan untuk membelinya. Saat aku akan menyebrang jalan tanpa aku sadari tiba-tiba motor  melintas dengan kecepatan tinggi hampir menyerempetku. Seseorang datang dari belakang memanggil namaku “ Nur” dan dia menarik tanganku dan aku terjatuh ke tepi jalan GEBRAK. Dan orang yang menarik ku juga ikut terjatuh.
“ Aww...”. kataku kesakitan.
“ Kamu nggak papa Nur... apa ada yang luka?”. Tanyanya sabil membantuku berdiri. Lalu aku melihat kearahnya, ternyata dia adalah Anwar sekalilagi dia menyelamatkanku.
“ Nggak papa kok cuman lecet dikit, a..aw”. aku kesulitan untuk bangun, rasanya kakiku sakit sekali.
“ Coba aku Lihat ?” ucap Anwar padaku.
“ Ini nggak papa kok Cuma lecet dikit nanti juga sembuh”. Ucapku pada Anwar.
“ Ini bisa infeksi kalo di biarin, kita duduk di sana ajah ya, kamu tunggu sini  bentar ?”. Anwar membantu ku berdidri dan duduk di tepi jalan. Anwarpun pergi untuk membeli plester dan obat luka di apotek seberang jalan. Tak lama kemudian Anwar datang dengan membawa obat luka di tangannya.
“ Nih”. Ucap Anwar sambil menyodorkan plastik berwarna putih yang berisi obat luka yang dia beli dari apotek.
“ Kan aku udah bilang ini Cuma luka kecil, nanti juga sembuh sendiri”.
“ Nih anak ngeyel banget”. Kata Anwar dengan menarik tangan ku dan meletak bungkusan obat itu di tangnku.
“ Udah nggak usah banyak protes, cepet obatin luka
kamu”. Perintah Anwar lagi.
“ Iya iya...”. Sahutku sambil membuka plastik yang berisi obat itu dan meneteskannya ke luka di lutut ku.
“ Satu lagi tuh”. Kata Anwar sambil  melirik ke arah lenganku yang terluka.
“ Nggak usah di kasih tau juga udah tau..”. sahutku , dan aku mengobati luka di lenganku,sedikit sulit untukku mengobati luka di belakang lengan ku dengan tangan kiri.
“ Berikan lenganmu”. Kata Anwar yang sedang duduk di sebelahku.
“ Nggak, aku bisa sendiri” sahutku menolak.
Anwar gak peduli dengan perkataanku, dia menarik lenganku dan membantuku memberi obat pada lenganku.
“ Udah selesai ...”. ucapnya sambil berdiri, dan dia berjalan lebih dulu meninggalkan aku.
“ Terimakasih “. Ucapku padanya yang sudah beranjak ,dan aku juga pulang,  berjalan perlahan dengan kakiku yang jadi sedikit pincang karena lututku yang terluka. Setelah berjalan beberapa meter rasanya kakiku sakit sekali.
“ Ibuuu..kenapa rasanya sakit sekali, padahal aku baru jalan beberapa meter”. Rengek ku sambil melihat tempat awal aku berjalan.
“ Seandainya aku punya merpati cantik yang bisa ku tunggangi,  aku akan minta dia mengantarku pulang, aku akan naik di punggungnya, dan aku nggak perlu berjalan jauh seperti ini.. oh ..Ibuuuu..”. kataku terus merengek dan melanjutkan berjalan. Setelah beberapa meter aku berjalan aku di kejutkan oleh sesorang yang tiba-tiba berdiri di depanku, dan aku menabraknya tanpa sengaja.
“ Aduh...”. Teriak ku yang terjatuh.
“ Maaf...maaf aku gak sengaja”. Kataku meminta maaf. Lalu aku melihat ke arah orang itu. Ternyata itu Anwar.
“ Anwar..! kau membutku jatuh lagi”. Teriaku padanya.
“ Itu bukan salahku kan kamu yang nabrak sendiri”. Sahutnya tanpa rasa bersalah.
“ Salah kamu lah, kanapa kamu berdiri di situ”. Ucapku terus memperotes.
“ Suka-suka aku dong mau berdiri di mana...”. ucap Anwar.
“ Nggak bisa lah ini kan jalan, tempat orang jalan bukan tempat berdiri”. Ucapku lagi dengan ekspresi kesal.
“ Loh kan orang jalan sambil berdiri, emang ada orang jalan sambil tengkurep,kalo sambil tengkurep namanya merangkak bukan jalan”. Jawab Anwar tak mau kalah.
“ Terserah kamu...aku nggak peduli, mau jalan berdiri mau tengkurep yang penting jalan”. Jawabku kesal.
“ Tadi sih niatnya aku mau bantuin kamu, tapi keliatannya kamu nggak mau di bantuin mending aku pulang  ajah”. Ucapnya pada ku.
“ Aku nggk butuh bantuan kamu, pulang ajah sana” ucapku padanya.
“Oke...”sahutnya dan diapun berjalan meninggalkan aku. Lalu aku berjalan lagi.
“ Kenapa hari ini aku harus bertemu orang seperti dia, ooh yaampun, baru ajah dapet uang geratisan, eh  keserempet motor,udah jalannya pincang, beli sosis bakar ilang, mana perut laper banget... Ibuuu...”. Kataku  sambil  berjalan.
“ Kenapa kamu berhenti lagi...sana pulang”. Ucapku pada Anwar.
“ Aku nggak tega ninggalin Cewe pincang yang kelaperan jalan sendirian”. aku hanya melirik kearahnya tanpa mengucapkan sepath katapun. Tiba-tiba Anwar membungkuk.
“ Mau ngapain kamu?”. Tanyaku
“ Udah naik mau aku anterin nggak..?”. Tanya Anwar.
Kalo aku nggak mau aku bakal jalan sendirian , mana rumahku masih jauh lagi. Apa mendingan aku ikut ajah?, nggak papa lah daripada aku harus jalan, lagian kakiku juga sakit banget.
“ Ya udah deh”. Kataku menyetujui, lalu aku naik ke punggungnya. Dan Anwar menggendongku. Anwar hanya tersenyum. Kami sudah berjalan cukup jauh.
“ Apa rumahmu sudah dekat..?”. Tanya Anwar.
“ Ya lumayan...?”. jawabku.
“ Apa kita sebaiknya istirahat duliu?”. Tanyaku pada Anwar.
“ Udah deket kan rumah kamu?”. Tanya Anwar balik tanpa menjawab pertanyaanku.
“ Iya..udah deket”. Jawabku. “Aduh aku laper banget lagi, kira-kira kalo Anwar aku ajak makan mau nggak yah..kalo dia nggak mau terus dia marah, lalu dia turunin aku di sini masa aku harus jalan lagi. Mending nggak usah bilang ajah, daripada aku harus jalan lagi”. Kataku dalam hati.
“ Nanti ada gang belok kanan”. Kataku memberi tau.
“ Oke”. Sahut Anwar.
“ Terus ini kemana...nur?”.
“ Ke Kanan lagi”. Sahut ku.
“ Terus setelah ini ke mana...?”. tanya Anwar lagi
“ Aku butuh istirahat... kamu duduk sisni dulu”. Kata Anwar sambil menurunkan aku. Anwar terlihat sangat leleah.
“ Maaf ya ngrepotin War...?”.
“ Masih berapa meter nyampe di rumah kamu..?”. tanya Anwar.
“ Kira-kira 1 km lagi dari sini”. Jawabku.
“ 1 kim...lagi”. Kata Anwar meneln ludah.
“ Kamu kenapa..?”. tanyaku.
“Oh..nggak papa..”.
“ Mending aku jalan ajah deh War...kamu kelihatanya cape banget”.
“ kalo kamu maunya gitu, jalan ajah”.
“ Tapi..”.
“ Tapi kenapa?”.sambil meluruskan punggungnya.
“ Udah naik...ke buru malem lagi”. Kata Anwar sebelum aku menyelesaikan ucapanku.
“ Baik lah..”. lalu kami melanjutakan berjalan  hingga akhirnya saampai di depan rumahku.
“ Tolong turunkan aku War..”.
“O oh ya baik”. lalu Anwar menurunkan aku, dan ibuku membuka pintu.
“ Kamu kenapa Nur...?”.tanya ibuku kawatir melihat ku yang terluka.
“ Jangan kawatir bu, Nur nggak papa ini cuman lecet ajah  tadi jatuh di jalan”. Kataku pada ibu yang terlihat sangat kawatir.
“Beneran nggak papa kan..?”. aku mengangguk mengiyakan ucapan ibuku.
“ Oh iya bu kenalin ini Anwar  temen Nur”.
 “Selamat sore Bu..?”.Ucap Anwar menyapa ibuku.
“ Sore...makasih nak udah nganterin Nur, ayo masuk dulu nanti ibu buatkan minum”. Kata ibuku.
“ Terimakasih sekali bu... saya harus pulang udah sore soalnya”.
“ Terimakasih sudah mengantar Nur...”
“ Ya sama –sama bu saya permisi”.
“ Terimakasih”. Kataku pada Anwar sambil Tersenyum. Setelah itu Anwar pergi, aku dan ibu ku masuk ke dalam rumah.

Hari sudah semakin gelap, suasana semakin hening,
hanya terdengar suara angin yang terus menggoyangkan dedaunan perlahan. Ketika aku terdiam menatap sebuah foto, kenangan tentang Dika menyelinap masuk, ku raih ponsel ku menunggu sesorang menghubungiku, hampir setiap malam aku melakukan ini, menunggunya memberikan kabar padaku. Aku sangat merindukannya aku belum bisa melupakan Dika aku masih berharap dia akan kembali lagi. Sesaat kemudian aku teringat kejadian sore tadi. Aku semakin percaya jika sebenarnya Anwar adalah orang yang baik, ini yang kedua kalinya dia menolongku. Dan kami memperdebatkan hal bodoh tentang bagaimana orang berjalan, jalan berdiri dan jalan tengkurep, ini perdebatan yang paling bodoh selama hidupku, tapi menurutku itu lucu, seandainya orang lain yang berdebat dengan ku pasti akan biasa saja. tapi seorang Anwar yang kasar dan tak punya hati yang berdebat denganku dan itu hanya hal sepele dan bodoh,Bahkan dia mau peduli padaku, dia mebelikan obat luka untuku, menggendong ku sampai kerumah,bukankah itu sangat jauh..?, apa dia baik baik saja ya..?. Tapi dia tidak mengeluh sama sekali, padahal aku lihat dengan jelas dia kelelahan. Apa aku hubungi dia saja ya..?. tapi bagaimana caranya, aku kan nggak punya nomernya. Ahaa.. group kelas, pasti di group kelas ada. Setelah aku mencarinya aku menemukanya dan aku menyimpan nomornya.
“ Anwar apa kamu baik-baik saja?”. Lalu tanpa sadar aku menekan tombol kirim. setelah beberapa saat ponselku berdering.
“ Ini siapa?”.
“Astaga apa yang aku pikirkan, kenapa aku mengirim pesan padanya, apa yang harus ku jawab, oh baiklah aku akan membalas ini saja “  Maaf salah kirim”. ah sudah beres. Tak beberapa lama Ponselku berdering.
“ Kau tau nama ku manamungkin salah kirim”. pesan dari Anwar. Benarkah aku menyebut namanya di pesan itu?”. tanyaku dalam hati. Lalu aku memeriksa pesan yang kukirim untuk mesastikanya.
“ Oh wo tenyata aku benar-benar menyebut namanya, bagaimana ini, kenapa aku sebodoh ini”. Ah aku tulis ini saja.
(Saya kira saya benar benar salah kirim...maaf). aku membalas pesannya. Semoga di nggak berfikir itu aku. Ponselku berdering lagi. Satulagi pesan masuk, ini dari Anwar, aku baca atau tidak ya. Aku baca ajah deh”.
( Nur).  Anwar
“ O o oh dia tau itu aku yang mengirim pesan,apa dia tau nomer ku, darimana dia mendapatkannya, aduh mati aku...apa yang sudah aku lakukan, besok dia pastia akan mengejek ku”.
( Jangan kamu pikir aku perhatian sama kamu, tadi salah kirim). kataku membalan pesannya.Tiba-tiba Ponselku berbunyi lagi.
( Aku tidak bertanya soal itu) balas Anwar
(Aku baik-baik saja Nur, aku ada di depan rumah mu, apa kamu bisa keluar). Anwar
“ Apa dia gila... manamungkin dia ada di depan rumahku”. Kataku tanpa membalas pesan itu.
( Sekarang kamu buka jendela kamar kamu).Anwar
“Aku penasaran apa bener Anwar ada di luar, tapi aku harus memastikannya, dia membuatku gila. Sebaiknya kupastikan dulu”. Lalau aku membuka jendela kamar ku. Mataku menelusuri tiap sudut halaman rumahku , dan dia beneran ada di luar. Oh dia benar-benar membuatku gila. Apa yang dia rencanakan sebenarnya. Lalu aku keluar menghampiri Anwar.
“ Apa yang kamu lakukan disini”.
“ Jangan berfikir macam-macam,aku ke sini cumana mau balikin jam tangn kamu yang jatuh dijalan, kacanya pecah dan jangan kawatir aku sudah memperbaikinya”. Ujar Anwar menjelaskan maksud kedatangannya dan memberikan jam tangannya padaku.
“ Tapi ini Udah malem besok di seolah juga bisa kan”. Kataku pada Anwar.
“ Aku akan pulang, selamat malam”. Kata anwar tanpa menjawap pertanyaanku dan pergi. dia selalu seperti itu tidak mau menjawab pertannyaan ku dan dia selalu pergi sebelum aku menyelesaiakna ucapanku.
Tapi aku belum juga tau apa alasannya dia menjadi seorang yang sangat tertutup pada semua orang,  mungkin suatu saat aku akan mengetahuinya.






Part 6

#Aku tak bisa mendapatkan cintaku karena cintamu telah kembali

Waktu terus berjalan satu bulan sudah, Tak sedikitpun kabar darimu datang padaku. Aku sungguh masih menunggumu, tapi sendainya kau masih belum melupanakan aku, setidaknya jika kamu ingin mengakhiri semua ini, kembalilah dan katakan kata perpisahan padaku. Setidaknya aku akan berhenti berharap tentang mu.
            “ DOR”. Anwar membuat Nur terkejut.
            “ Astaga”.
“ Apa kamu terkejut?”.
“ Nggak biasa ajah!”. Jawabku saambil menata ekpresiku yang terkejut.
“ Bneran nggak terkejut, nih?”. Tanya Anwar tertawa kecil.
“ Ngapain disini?”. Tanya Anwar.
“ Kamu tau ini tempat apa?”. Tanya ku.
“ Kantin, terus kenapa?”. Tanya nya lagi.
“ Kamu nggak lihat aku lagi ngapain.?”
“ Pegang garpu,sama sendok”. Jawab Anwar.
“ Kamu tau ini untuk apa?” tanyaku lagi sambail menggesekan garpu dan sendok.
“ Kalo sama aku sih buat makan, tapi kalo sama kamu, mana tahu mau buat apa?” Jawab Anwar mengangkat bahunya.
“ Anwar ,si bodoh ,gila ,Sekarang aku akan makan jadi kumohon berhenti bicara”. Kata ku sambil menaikan volume suaraku.
“ Ya baiklah aku akan diam,kamu memang benar bahwa kamu sedikit lebih pintar dari aku tapi sepertinya peringkat kita tidah berjarak terlalu jauh”. Kata Anwar sambil tersenyum.
“ Terserah”. Jawabku singkat.
“ Tapi itu adalah kebenarannya, kebenaran bahwa kita setara, kita di kelas yang sama, kita ke kantin yang sama dan kita memilki guru sama” Dia terus mengoceh dan menguji kesabaraku.
“Brak” suara aku memukul meja
“ Okeh”. Sahut Anwar mengangukan kepala tanpa komentar apapun. Lalu aku melanjutkan makan.
“ Jangan menatapku, itu mengganggu”. Ucapku.
“ O,o,oke.” Sahut Anwar sedikit terbata.
“ Kau bilang kamu mau makan, tapi dari tadi yang kulihat kamu hanya menganduk-aduk maknan mu, jika tidak dimakan aku yang akan makan”. Anwar menarik piring makananku.
“ Hey. Itu miliku”
“ Ini untuku”. Sahut Anwar
“ Kamu selalu saja mengabil makananku”
 “ Aku punya sesuatu buat kamu”. Kata Anwar.
“ Aku nggak mau”.
“ Ih belum juga di kasih tahu, kalo nggak mau ya udah”. Anwar memasukan kemabli ke dalam tasnya. Anwar yakin sekarang Nur yang akan memohon untuk hadiah itu. Nur yang sempat melihat 2 lembar tiket nonton menggigit bibirnya.
“ Hem hem mmm?”.
“ Ngapain kamu kamu senyum-senyum gitu”
“ Bukankah tadi itu untuk ku?” tanya ku.
“ Tadinya sih iya, tapi aku berubah pikiran. Karena kamu sudah menolak aku akan membuangnya”. Anwar semakin yakin bahwa Nur akan memohon untuk memberikan tiket nonton itu pada Nur karena dia sangat suka tergila-gila noton.  Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi, tiba-tiba nur berdiri dan mendekati Anwar. Nur menarik paksa tas Anwar dan mengambi tiket itu. Anwar pun hanya menggigit sendok di mulutnya, seharusnya Anwar tahu bahwa seorang Nur tidak akan pernah memohon.
“ Seharusnya aku tidak lupa dengan kebiasaanmu itu”.
“ Tentu saja kamu tidak boleh melupakannya”. Aku tersenyum bahagia dengan 2 tiket di tanganku.
“ Jangn kawatir aku akan mebagi ini denganmu” aku memberikan satu tiket pada Anwar. Dan Anwarpun tersenyum, dan Anwar menghabiskan makanan ku.

Terkadang seseorang bisa benar-benar berubah, tapi entah sesuatu alasan apa yang membuat itu brubah, Anwar menjadi begitu baik,humoris dan menyenangkan. Selama sebualan ini aku benar benar melihat Anwar yang berbeda, dia lebih sering tertawa dibandingkan sebelumnya yang selalu diam tertutup pada semua orang, sekarang dia lebih ceria dan terbuka meskipun belum pada semua orang. Anggap saja ini awal yang baik dari kisah yang baru.

Akhir pekan adalah hari yang cocok untuk bersama sahabat dan menikmati akhir pekan dangan mereka. Tapi mungkin akhir pekan kali ini akan jauh berbeda dari bisaanya. Akan terasa sepi. Sandra pergi ke rumah neneknya bersama keluarganya, Dewi pergi jalan dengan Rafi,  Sedangkan Lissa, dia dan keluarganya tengah pergi ke acara pernikahan saudaranya.
 Hari ini sangat membosankan, apa yang harus ku lakukan dirumah sepanjang hari.  Dering tanda pesan berbunyi.
“( Nur. Hari ini kita perggi ke pantai bagaimana?)”pesan dari Anwar.  Sebaikanya aku pergi apa engga ya...? kalau aku pergi apa nggak masalah. Ah entahlah,daripada aku bosen dirumah seharian, nggak papa deh.
“(Oke)”. Balas ku singkat. Aku segera bersiap-siap menunggu Anwar datang menjemputku. Setelah aku selesai berkemas aku menunggu Anwar datang menjemptku.
“( Aku kerumah kamu sekarang)”. Pesan dari Anwar.
“(Oke. Aku tunggu)”. Balas ku.
Beberapa lama kemudia sseseorang datang dengan motor . Dia terlihat keren,dia melambaikan tangan padaku. Rupanya dia adalah Anwar. Lalu aku menghampirinya.
“ Wow ini motor siapa, jangan bilang kamu nyuri, Aaaaa aku tau. Kamu pasti minjem kan...?” tanyaku berturut-turut karena setauku Anwar bukan berasal dari keluarga yang berada jadi mustahil baginya punya motor sebagus itu.
“ Udah naik ajah ”. Jawab Anwar tanpa menghiraukan pertanyaan ku, ya itu seperti biasanya dia mengabaikan pertanyaan ku.
Lalu kami pergi ke pantai dengan naik motor. Setelah kami tiba di pantai. Aku sangat tak sabar ingin menikmatai keindahan pemandangan pantai. Lalu aku turun dari motor dan menarik tangan Anwar dan kami berlari mendekati air. Angin seolah menerbangkan semua beban, kesedihan yang ku rasakan. Aku begitu menikmatinya, dan Anwar hanya tersenyum melihatku yang asik bermain air.
Anwar hari ini tampak berbeda dari bisanya, dia terlihat lebih rapih,dan keren. Lalu aku berlari mendekati Anwar.
“ Ayo turun ke air, lepas sepatu kamu”. Ucapku .
“Enggak aku disini saja, aku nggak mau main air”. Ucap Anwar menolak.
“ Enggak pokoknya kamu harus turun”. Lalu aku memaksa Anwar untuk main air. Aku mendorong punggungnya dari belakang sampai ombak pantai menyapa kami. Setelah puas bermain air kami duduk di bawah pohon kelapa di tepi pantai.
“Aku boleh tanya nggak?”. Kataku pada Anwar.
“ Tanya ajah”. Sahut Anwar.
“ Engga ah nggak jadi”. Ucapku, merasa tak enak pada Anwar.
“ Udah tanya tanya ajah daripada kamu penasaran?”. Ucap Anwar.
“Beneran?”. Tanyaku lagi. Anwar  tersenyaum sambi mengangguk.
“ Nggak jadi ah”. Ucapku benar benar mengurungkan pertanyaan ku.
“ Aku tau kamu penasaran kan? Karena penampilanku hari  ini?”.Dika seolah tau yang ku pikirkan.
“Ini kehidupanku yang sebenarnya, aku tidak tinggal bersama oang tuaku, mereka hanya peduli dengan kedudukan, uang dan uang. Mereka tak peduli dengan ku, mereka pikir dengan memberi banyak uang itu membuatku bahagia, dan saat aku pergi dari rumah ayah dan ibukupun tidak mencriku arena mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dan mulai saat itu aku benar-benar menganggap mereka memang tak perduli denganku. Sebagai orang tua mereka takpernah bertanya tentang diriku yang mereka tanyakan apakah aku berbuat ulah yang akan mencemarkan nama baik mereka atau tidak. Dan mereka tak pernah bertanyaapakah sekolahmu baik?, apakah kau makan teratur?, apakah kau tidur cukup?. Bahkan oarng tuaku tak peduli bagaimana caraku hidup, setiap kali aku membuat masalah ayahku akan membayar dengan uang , dan mungkin bila aku melakukan kejahatan yang membuatnya malu, hingga mungkin bila aku di bawa ke kantor polisi ayahku pasti juga dengan mudah mengatasiya menyewa pengacara dan aku akan keluar dengan mudah. Bukankah aku terlihat seperti berandalan bodoh, dan pengecut”. Ucap Anwar mata yang sedikit berkaca-kaca. Ternyata itu yang membuat dirinya begitu keras tak peduli. Aku terus mendengarkan cerita Anwar.
“ Aku berharap mereka mengatakan padaku, jadilah orang yang bertanggung jawab,  bukankan itu yang seharusnya mereka katakan?”. Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Anwar, ternyata itu yang selama ini Anwar rasakan, Baru kali ini aku melihat anwar menangis, Dia begitu menginginkan kasih sayang dari orang tuanya.  Lalu aku memeluknya dan menepuk punggungnya untuk membuatnya lebih tenang. Hari ini dia  benar-benar berbeda dari Anwar yang ku kenal.  Setelah beberapa lama Anwar terlihat semakin tenang.
“ beli minum yuk, aku haus nih?”.
“ Biar aku ajah yang beli”. Kata Anwar.
“ Udah biar aku, kamu tunggu disini”. Ucapku lagi.
Lalu aku pergi unutuk membeli minum. Aku membeli air mineral dingin.
“ Nih ”. Ucapku memberinya minum .
“ Aku nggak suka air mineral, Aku mau minuman soda ajah”.
“ Aku tau itu, makannya aku beli ini karena kamu pasti jarang minum air putih dan itu tidak baik untuk kesehatanmu, Udah minum ini jangan banyak protes”. Ucapku.
Lalu anwar pun tak menolak dan meminumnnya.
 “ Sebenarnya aku ngajak kamu kesini karena aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu Nur”. Aku hanya menatap ke arah Anwar dan mendengarkan setiap kata yang  di ucapkan Anwar.
“ Aku merasa nyaman dekat sama kamu Nur , dan aku rasa. Aku...aku”. sebelum Anwar menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Rafi memangil kami.
“ Hai kawan kalian disini juga?” Sapa Rafi yang datang bersama Dewi.
“ Kalo kita tau kamu juga mau kesini tadi kita berangkat bareng”.Kata Dewi.
“ Mumpung kita lagi di pantai main pasir yuk?” ajak Dewi.  “Aku pikir bermain pasir dan membuat istana pasir tidak terlalu buruk”. Lalu kaami mulai membangun istana pasir. Setelah puas bermain main di pantai kami memutuskan pulang karena hari sudah sore. Dan Anwar mengantarku pulang.
“Makasih Anwar untuk hari ini” dan Anwar hanya tersenyum.
“ Aku puang dulu”. Ucap Anwar dan dia pergi.

“Hari semakin gelap, tadi saat di pantai pasti Anwar ingin mengatakan sesuatu, aku yakin,  tapi apa ya..?” aku terus bertanya-tenya pada diriku sendiri. Entahlah aku akan sakit kepala jika memikirkannya. Aku akan tau jika dia mngatakanya jadi aku tidak  perlu memikirkan hal semacam itu. Akhir-akhir ini aku dan Anwar sering bersama dan menghabiskan waktu bersama. Dia benar- benar baik padaku dan dia selalu ada untuk menghiburku ketika aku sedih dan butuh teman.


Hari semakin malam , Anwar tengah mendengarkan musik. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu.
 “ Permisi..”
“ Rafi ... apa kamu ada di rumah...?”. Panggil Dika smbail mengetuk pintu rumah Rafi. Lalu mendengar suara sahabatnya itu  Rafi segera membukakan pintu. Setelah beberapa lama Dika pergi tanpa kabar, akhirnya dia kembali, dia datang ke rumah Rafi.
“ Dik ini beneran kamu..?” Tanya Rafi tak percaya.
“ Sebagai tuan rumah yang baik,seharusnya kamu mempersilahkanku masuk”. Dan Rafi mengajak Dika masuk.
 “ Sepertinya aku akan menginap di sini beberapa hari”. Ucap Dika sambil merebahkan tubuhnya ke kasur milik Rafi.
“ Oh kau harus membayar sewa, berhubung tuan tanah baik hati kamu cukup memberi banyak makanan padaku”
“ Itu bisa diurus”
“ Kau masih sama seperti dulu tidak ada yang berubah. Oh iya bagaimana kabar teman-teman yang lain...?”. tanya Dika.
“ Kabar mereka baik”. Jawab Rafi.
“ Kalau Nur bagai mana..?”. tanya Dika.
“ Dia juga baik-baik saja,semenjak kepergian kamu yang tanpa kabar  Nur sangat sedih, dia terus menunggmu mugkin hingga saat ini dia juga masih menunggu kamu, tapi sekarang dia sepertinya lagi deket sama orang lain”.
“ Apakah dia orang baik..?”. tanya Dika.
“ Ya, sepertinya begitu, dia sering membuat Nur tertawa ketika Nur lagi sedih.
“ Syukurlah jika memang begitu”  mereka banyak bericara dan hari semakin malam.
“ Kamu lagi ndengerin musik apaan sih?”
“ Raf, apa kamu tidur” lalu Dika menoleh ke arah Rafi dan Rafi terlihat sudah tertidur sangat pulas.
“ Sejak tadi rupanya kamu tertidur pulas, dan ceritaku adalah penghantar tidur untukmu”.
Dika tak bisa tidur, dia terigat ucapan  Rafi tentang Nur yang sudah memiliki pengganti nya. Lalu Dika pergi keluar untuk menghirup udara segar. Dia kembali ke indonesia karena dia sangat merindukan kekasihnya tapi kekasihnya telah bersama dengan orang lain. Dia berfikir jika seseorang yang tengah dekat dengan Nur adalah orang yang bisa membuat Nur bahagia maka Dika pun akan merelakan Nur bersama orang lain. Mungkin itu terasa berat dan menyakitkan bagi Dika  tapi itu plihan yang Dika ambil.

 Pagi pun datang Dika bangun lebih awal dari Rafi dan rafi juga sudah terbangun, Diaka sudaah siap  dan rapih seperti akan pergi.
“ Kamu mau kemana?”. Tanya Rafi.
“ Aku harus kembali ke Singaphore hari ini?” jawab Dika.
“ Semalam kamu bilang. Kamu akan menginap di tempatku untuk beberapa malam. Kenapa kau harus kembali secepat ini?, apa kamu nggak mau ketemu sama yang lain?”.
“ Tolong saampaikan salamku pada mereka saja,aku akan pergi pagi ini”. Jawab Dika.
“Ayo kita beli sarapan dulu sebelum aku pergi”. Ajak Dika.
“ OKE, tunggu aku, aku akan mandi sebentar”.
 Setelah Rafi selesai mandi mereka pergi untuk sarapan. Saat Rafi dan Dika tengah sarapan tiba-tiba  Nur datang bersama Anwar dan Dika melihatnya. Ternyata orang yang dimaksud Rafi tengah dekat dengan Nur adalah Anwar temaan satukelasnya dulu, dan Dika berusaha bersikap biasa pada mereka.  Nur  yang sangat terkejut melihat Dika yang tiba-tiba ada di hadapanya, dia sangat tidak percaya, bahwa itu benar-benar Dika, orang yang sangat dirindukannya selama ini, orang yang ia tunggu-tunggu. Nur sangat bahagia melihat Dika yang telah kembali. Lain halnya dengan Dika dia yang terus berusaha merelakan orang  yang di cintainya bersama orang lain dan  orang itu sekarang berada tepat di hadaapannya.

“ Apa kabar Nur?” sapa Dika berusaha bersikap biasa saja. Nur hanya menatap Dika tanpa  sepatah katapun, hanya terlihat matnya yang mulai  berkaca-kaca seolah dia ingn mengungkapkan semua kerinduannya.
“ Apakabar War, Kamu terlihat lebih baik dari sebelumnya” Ucap Dika ternsenyum. Dan Anwar juga hanya membalas sapaan Dika dengan tersenyum.
Setelah selesai sarapan Dika harus segera pergi ke
bandara Dika keluar lebih dulu bersama Rafi.
“ Dika”. Panggil Anwar. Dika menghentikan langkahnya. Lalu Anwar menghampiri Dika.
“ Bisa kita bicara sebentar?”. Tanya Anwar.
“ Tentu. Raf kamu  duluan ajah”. Kata Dika.
“Okeh...” Jawab Rafi, yang paham dengan situasi yang tengah terjadi. Lalu Rafi pun pergi. lalu mereka berdua berbicara di luar.
“ Kamu mau bicara apa?”. Tanya Dika.
“ Ini soal Nur”. Sahut Anwar.
“ Aku udah tau kok, tentang kedekatan kalian. Dan aku gak akan ganggu hubungan kalian, aku juga akan segera kembali ke Singaphore”
“ Aku memang menyukai Nur, Tapi asal kamu tau yang ada dalam hatinya hanya kamu, jika kamu benar-benar  mencintai dia dan peduli padanya ,  tetaplah bersamanya”. Kata Anwar sambil memandang kearah  Nur yang sedang membayar makananya di kasir.
“ Lalu bagaimana denagnmu?, apa kamu rela orang yang kamu cintai bersama orang lain?”. Tanya Dika .
  Tentu. Aku akan jauh lebih baik jika orang yang aku cintai bahagia”. Sahut Anwar  menguatkan dirinya.
“ Dan asal kamu tahu, dia tidak bisa dan takan pernah menyukaiku, karena Nur terus menunggumu, jadi kembali padanya itu akan lebih baik, bagiku menjadi teman dan bisa membuatnya tersenyum sebagai seorang teman itu sudah lebih dari cukup untuk ku”
“ Lalu bagaimana dengan mu?” tanya Dika
“ Mungkin ini akan sangat menyakitkan untuku tapi lebih baik daripada melihat orang yang aku cintai tak pernah bahagia”
“ Aku harus pergi sekarang, tolong jaga dia baik-baik”. Kata Anwar menepuk Pundak Dika, lalu diapun pergi. Dika menunggu Nur di depan pintu.
“ Anwar kemana Dik?” tanya Nur.
“ Dia bilang Dia harus pergi, dan aku yang akan mengantarmu pulang”. Dan mengantar Nur pulang.
Mereka berjalan bersama seperti sebelumnya saat seperti dulu mereka masih bersama. Menyusuri memori dan kenangan indah diantara mereka.
“ Apa masih ada ruang di hatimu untuk ku?” tanya Dika.
“ Kenapa kamu menanyakan itu?”tanya  Nur balik.
“ Aku berharap masih tersisa untuku”. Ucap Dika.
Sekali lagi matanya terlihat berkaca-kaca,air mata mengalir di pipinya, Nur tak bisa menahan air matanya. Langkah mereka terhenti.
“ Aku sangat merindukan mu”. Ucap Nur. Dia tak bisa menahan tangisnya.
“ Aku tau itu, meski kamu tidak mengatakannya, matamu sudah mengungkapkan segalanya”. Dika pun memeluk Nur dengan pelukan itu rindu yang selama ini terobati saat mereka berpelukan, Dika memandang wajah Nur yang basah oleh airmata, Dika menyeka airmata  yang mengalir deras. Akhirnya kerinduan yang selama ini dirasakan terbalas. Dan cinta yang pergi telah kembali.
“Jangan pergi lagi?”
“Tentu saja”. Jawab Dika.
“Apa kamu juga merindukan ku?”
“ Lebih dari itu, aku begitu merindukanmu”
“Benarkah?” tanya nur meyakinkan kata yang dia dengar. Dan Dika mengangguk dan kembali memeluk Nur dengan erat.
“ Kamu tidak ingin menemui teman – teman kita?” tanya Nur sambil menyeka airmatanya.
“ Tentu saja” Lalu Dika menggandeng tangan Nur dan mereka berjalan bersama.


Epilog

Terkadang sesuatu terasa begitu sulit untuk di mengerti. Mencintai seseorang yang di hatinya telah ada oranng lain. Menyakitkan memang, harus merelakan orang yang di cintai bersama orang lain. Tapi cinta tak seharusnya egois dengaan memaksakan cintanya pada orang lain karena cinta telah memiliki jalanya sendiri. Seseorang terus berkata baik-baik saja  meskipun dia terluka, dia tersenyum padahal hatinya tengah menangis, dia terlihat begitu tegar padahal dia begitu rapuh. Tapi percayalah bahwa semua akan jadi indah pada waktunya.
Akhirnya Dika daan Nur kembali bersama , tapi Dika harus menyelesaikan pendidikannya di Singaphore . tapi meski begitu  Nur dan Dika terus berhubungan dan saling mengabari.

 Begitupun teman -teman yang lain. Dan Anwar juga terlihat sudah benar-benar merelakan Nur, kini semuanya telah dalam keadaan baik.
 Kami  melakukan video call,untuk menyapa Dika yang berada di Singaphore. Dan kami merencanakan akan bertemu di akhir tahun Ajaran. Tepatnya setelah kami lulus sekolah. Dika akan kembali ke Indonesia dan kami akan membuat pesta saat kami bertemu nanti.

Selesai

CONTOH CV LAMARAN PEKERJAAN/ CV DIKETIK/ CV SEDERHANA

Hai sobat, jumpa lagi di postingan kali ini. Kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang apa itu CV (Curriculum Vitae) atau dalam bahas...