Cinta di Atap SMA
Namaku Nur Fiyan aku
seorang siswi SMA yang memiliki kemampuan otak biasa saja. Kadang aku berfikir mengapa aku tidak bisa
seperti temanku Lissa, dia sahabatku
yang begitu cerdas, pintar, dan luar biasa. Tapi aku sadar aku tidak mungkin dapat sama seperti Lissa, karena yang
maha kuasa menciptakan manusia dengan kemampuan yang berbreda-beda.
Belakangan ini ada satu
hal yang tengah membuatku sangat
penasaran yaitu CINTA. Apa sebenarnya itu cinta? Dari yang pernah ku dengar cinta itu Rumit, Butuh pengertian, perhatian, kasih sayang,
kepercayaan. Dan yang tak kalah penting adalah kesetiaan. Kalimat itu yang
sering kubaca di sosial media, seolah-olah dunia telah berubah menjadi dunia
tak berwujud, tak ada lagi pembatasan dan rahasia, karena semua dapat dikupas
tuntas tak terbatas. Kadang aku
menjumpai penyair dadakan yang mencurhatkan semua isi hatinnya dan menganggap
semua yang ada di media sosial adalah keluarga, tapi menurutku itu bukanlah hal
yang benar, boleh saja berbagi dengan orang banyak, tapi apakah kalian rela
kehidupan kalian dijadikan sebagai tontonan
banyak orang bahkan kau tidak tahu siap saja diantara mereka yang tulus
bersimpati padamu dan mungkin saja tidak sedikit dari mereka yang mengolok
tanpa kamu ketahui.
Cinta , aku tak peduli
apa itu cinta. Karena menurutku hanya ada kasih sayang yang membuat seseorang
bahagia, begitu yang aku pahami sekarang.
Mungkin kelak aku akan mengerti apa arti cinta yang sebenarnya. Tapi kini
aku hanya akan menikmati masa SMA ku
dengan kebahagiaan bersama teman-temanku dan tanpa terlibat dengan persoalan
cinta, itu rencanaku saat ini.
Aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota ku. Aku berada di kelas 11 IPS 2. Aku
memiliki banyak teman dan sahabat di sekolah ini meskipun tidak satu kelas. Ada,
Lissa, Dewi dan Sandra, mereka adalah sahabat ku. Kami sering melewati jam-jam
di sekoah dengan kekonyolan, keceriaan , dan bahkan keharuan. Meskipun di kelas
11 kami memiliki kelas yang berbeda tapi
kami tetap sahabat yang manis. Kami akan saling bercerita satu sama lain jika
kami punya masalah, diantara mereka ada
beberapa yang memiliki kehidupan cinta yang berbeda, ada cinta yang
rumit, cinta moyet, cinta yang unik dan lainya, dan aku simpulakan semua cinta
itu menjadi satu yaitu... CINTA DI ATAP SMA...
Part 1
#Tertawa dan Persahabatan
Pagi begitu cerah sang
surya tersenyum pada dunia, langit biru bergambar kelembutan,burung-burung bersenandung
riang, angin membawa hidup sejuk penuh
kedamain. Hari ini di sekolah akan diadakan
rapat guru mengenai evaluasi bersama yang akan di selenggarakan beberapa minggu
lagi. Hari ini merupakan hari kebebasan bagi para siswa khususnya anak yang tak
suka ada pelajaran di kelas, emmm sepertinya aku salah satu dari mereka hehe,
karena hari ini adalah hari yang tidak
akan mungkin ada kegiatan belajar mengajar sebab semua guru dan karyawan disibukan
dengan rapat tersebut. Inilah waktunya bagi kami penikmat jam-jam kosong
beraksi. Aku, Lissa, Dewi, dan Sandra segera menuju ke tempat kami biasa nongkrong,
yaitu di kantin mbok Juariah, kami biasa
memanggilanya mbok Juary biar terkesan lebih gaul dan kekinian kan? Kami
berbondong-bondong ke kantin untuk
menikmati soto buatan mbok Juary, dan juga minuman segar di kantinya. Suasana
kantin Mbok Juary begitu ramai, dengan pelanggannya dan ditambah lagi dengan kedatangan
kami yang pastinya jauh dari keheningan.
Setelah perut kami
terisi kami kembali ke kelas, saat aku membuka pintu ruang kelas, kami melihat
kelas kami berubah seketika, menjadi tempat yang tampak menyenangkan. Terlihat
di pojok depan tampak sedang ada suatu pagelaran musik populer. Di pojok sebelah
kiri ada tempat nongkrong para cewe dengan berbagai aktivitas di
dalamnya. Ada yang sedang membuka salaon dengan lipstik apa adanya dan bedak
alakadarnya hehe dan berbagai canda yang mengundang gelak tawa bagi yang
mendengarnya. Sedangkan dibagian pojok
belakang ada karaoke lagu-lagu lawas dan
lagu terpopular akhir akhir ini mulai dari lagu lagu hits dalam negeri hinnga
luar negeri. Sungguh keadaan ini luar bisa menurutku. Tapi jelas tidak, dengan
pandangan para guru. Mereka benar -benar menganggap kelas kami adalah kelas
yang sangat menyedihkan, sampai-sampai setiap kali ada guru yang masuk ke kelas
kami sering kali mendadak terjangkit mulas. Hemmm entah virus apa penyebabnya,
apa mungkin energi tak kasat mata penyebanya? bahkan hanya beberapa guru saja
yang bertahan mengajar hingga jam
pelajaran usai. Jotomatis kami lebih banyak menghabiskan waktu kami di kelas
dengan menikmati jam-jam kosong seperti ini.
Meskipun begitu kami memang bahagia mendapatkan saat-saat seperti ini ,namun
kami akan menderita ketikan ujian di laksanakan. Karena kelas kami jarang
mendapatkan materi pelajaran, dan kami harus berjuang mencari materi dari berbagai
sumber. Dan sebelum ujian kami sering kali mengandalkan teori kebut semalam. Bener,
yaaaa kami sering melakukannya. Dan jika kalian adalah seorang pelajar, aku
yain kalian pasti tau apa yang aku maksud disini.
Hanya dengan
bermodalkan teori itu kami mau tidak mau harus siap menghadapi ujian. Jadi jika
kami mengingat apa yang kami pelajari
malam itu kami akan bersyukur dan jika tidak maka itu juga merupakan salah satu
ujian bagi kami. Bukan mereka saja aku juga ikut melaksanakan teori itu beberapa
kali hehehe.
Hari ini adalah hari
yang menegangkan soal-soal telah menanti untuk di kerjakan, tumpukan kertas
putih yang masih tertata rapih dalam sebuah amplop coklat yang tebal sebagai
kontrak peperangan, sungguh pemandangan menegangkan saat demikian dimana pertempuran
akan segera di mulai.
Suara lonceng peperangan
telah dibunyikan, semua telah siap berperang dengan bersenjatakan tombak bolpoint
hitam, tameng kartu ujian, dan pedang penggaris penyelamatan. KAMI SIAP
BERPERANG!!!!
Pintu benteng telah terbuka, kami akan saling
duduk berdampingan, tanpa memandang umur, kecerdasan, dan kekayaan. Kami akan
saling membantu jika di butuhkan. Karena adat ini takmungkin lenyap terbuang. Apakah
anda paham???” Baiklah, akan saya lanjutkan”.
Lembaran-lembaran soal
mulai dibagikan, Teka-teki soal terus melayang-layang, sebelum semua terkuak
perlahan. Lonceng berbunyi dua kali tanda kami mulai peperangan. Soal demi
soal kami lalui, jika merasa tak mampu
paham maka soal itu kami lewati,
dan jika sudah benar-benar mentok maka kami
akan berhenti mengerjakan dan menyusun rencana lajutan. Lonceng ke tiga telah
berbunyi itu pertanda waktu mengerjakan soal hanya tinggal 10 menit. Tanpa pikir
panjang rencana lanjutan diluncurkan, berburu jawaban pun jadi. Lonceng ke empat
berbunyi tanda perang telah usai. Wajah lelah lesu bagai di penuhi penyesalan,
pula wajah girang tanpa penyesalan pun menghiasi ruang yang bergantian keluar
dari medan peperangan.
Ya begituah proses
peperangan dalam evaluasi kali ini untuk
hari pertama. Aku yakin beberapa dari kalian pernah ada dalam situasi demikian
Emmm Aku pikir kalian sudah paham sekarang, mari lanjutkan cerita selanjutnya.
Setelah aku keluar dari
ruang ujian aku langsung menuuju ke ruang ujian Sandra dan Lissa. Aku menungu merekan
di kursi teras ruangan ujian mereka. Tiba-tiba Dewi datang dan duduk di
sebelahku, sambil tersenyum lebar dia
tiba tiba dia memeluk ku.
“ Kenapa sih kamu...
kesambet jin mana nih ? kok senyum senyum sendiri..?” tanya ku penasaran.
“ Ih kamu mah gitu Nur
... aku lagi seneng banget nih” kata Dewi
dengan wajah kegirangan.
“Tau lah aku kalo kamu
lagi seneng, keliatan dari mukamu” sahut ku
“Kamu peka banget deh”
kata Dewi kembali memeluku
“Ada apaan sih? soal-soal
nya gampang? guru yang jadi pengawas ganteng? atau ....?( terdiam sejenak
sambil berfikir) oh ya ya ya sekarang aku paham”.
“Tebak deh apa coba ?”
tanya Dewi padaku dengan wajah girangnya berharap tebakan ku benar.
“ Kamu pasti abis dapet
uang jajan banyak ya... uhuyy....” kata ku pada Dewi. Seketika wajah Dewi berubah seperti baju
kering yang baru diangkat dari jemuran. lalu
Dewi mendekatkan wajahnya kewajah
ku dan menatap sambil sedikit melotot dengan mulut melongo, seketika aku
langsung menarik kepalaku ke belakang
agar tidak berjedotan dengan wajah Dewi. Aku pun terdiam beberapa
detik dalam posisi itu karena melihat
ekspresi Dewi yang sangat konyol dengan matanya yang melotot dan mulutnya yang
masih melongo. Kemudia aku memalingkan wajahku dan tertawa, lalu kami pun
kembali ke posisi semula duduk bersebelahan.
“Aku kira kamu paham
dan peka Nur, tenyata kamu mengecewakan dan membuat hati ku hancur”. Kata Dewi padaku dengan mulutaya
bicara yang dibuat-buat seperti orang
yang sedih berat.
“Ini masalahnya lain Nur,
ini bukan masalah uang jajan lagi, tapi
ini masalah hati, kamu tau..hati. H.A.T.I” kata Dewi padaku berusaha
menerangkan. Aku hanya tersenyum sambil tertawa kecil mendengar penjelasan Dewi
yang sebelumnya aku tidak paham sama skali. Kemudian aku kembali bertanya
dengan sedikit serius.
“hati kamu kenapa wi..?
kamu sakit hati...? kenapa nggak ke dokter ajah kan bahaya wi?” Berusaha
memberi saran.
“Ya ampuan kamu masih
belum paham Nur ....? ini bukan masalah penyakit hati Nur! Tapi urusan hati
....urusan cinta...masalah perasaan”. Ucap Dewi yang sepertinya sedikit geregegetan
karena aku yang tidak peka dan gagal
paham mengenai perkataan Dewi. Tapi sepertinya kali ini aku paham dengan apa
yang di bicarakan Dewi. Dewi sedang jatuh cinta pada seseorang itu yang
sekarang otaku tengah pikirkan.
“Oooh... paham
sekarang”.
“Seharusnya emang gitu,
tapi aku ngomong dari tadi kamu nggak paham-paham malah jadi salah paham sampe
penyakit hati lagi hedeh”.
Lalu Sandra
dan Lissa datang dari belakang dan menghampiri kami.
“Hay, lagi ngomongin
apa sih. Kok kayaknya rame banget, gereget gitu?” tanya Lissa penasaran.
Lalu Dewi menjawab sambil mengelus kepalaku
seperti yang dia lakukan pada
adiknya yang masih kecil.
“ Ini anak emang belum cukup umur masa aku bilang
ini masalah hati...di malah nyuruh aku berobat ke dokter dia pikir aku kena
penyakit hati”. Mendengar perkataan Dewi itu,Lissa dan Sandra pun tertawa tanpa
henti, hingga suara tawa mereka memenuhi
tempat itu. tiba- tiba seseorang dengan tubuh besar dan kumis yang hitam
dan tebal berdiri tepat dibelakang kami.
“ehem...ehm...kalian
tau peraturan saat ini..? tanyanya nya dengan suara berat dan nada serius.
“Maaf pak kelepasan...hehehe”. jawab ku sedikit
tertawa kecil. Kami pun pergi turun ke bawah ke tempat parkiran dan segera
pulang.
Cinta ,aku mencintaimu ,aku
cinta kamu dan aku sayang kamu,potongan kalimat itu adalah potongan kalimat
yang Nur anggap bahwa itu hanya lah
kalimat bodoh,dan pedoman orang-orang alay.
Nur masih saja belum percaya mengenai kehadiran cinta yang tiba- tiba,
dan cinta yang mampu mengubah segalanya. Kini Nur masih mencari
kebenaran tentang cinta. Hari terus
berjalan satu minggu telah berlalu, ujian pun telah selesai, tapi kebersamaan
di antara kami akan tetap ada sampai kapanpun.
# Jangan Pernah Merasa Sendiri
Bintang malam gemerlap
diantara keheningan malam, keindahan hadir menyelimuti kalbu pemberi kehangatan
jiwa. Bunyi bip...bip...bip
terdengar memanggil, ku raih ponsel di
sebelah tubuh ku dan mebuka pesan dengan gesekan ibu jari.
“(Nur besok aku tunggu kamu di tempat biasa ya)”pesan ini di kirim oleh Sandra
padaku. Lalu aku membalasnya.
“(sippp Bosss)”.
Sekali lagi nada dering bip bip tanda pesan
mausk berbunyi.
“(selamat
tidur Nur, semoga mimpi indah...(;))”
“( iya selamat mimpi indah juga Sandra...)”balasku
Tiba –tiba aku teringat sepotong kata tadi
siang di sekolah tentang apa itu Cinta...?” dan pertanyaan ini mulai mneghantuiku . Benarkah cinta benar -benar dapat membuat seseorang
berubah?, benarkah cinta membuat orang rela melakukan apapun demi
cinta?,benarkah cinta itu indah? benarkah cinta itu segalanya?.
“ Apa yang terjadi pada diriku mengapa aku
memikirkan hal tidak berguna seperti ini, lebih baik aku tidur dan berman
dengan mimpi- mimpi indah ku saja hahh..”ku hembuskan nafas penuh kepenatan,
lalu ku tarik
selimutku hingga menutupi seluruh wajahku.
Tak lama kemudian aku
telah tertidur di blik hangatnya dekapan selimut, malam seolah berjalan begitu
cepat, serasa baru satu jam aku tertidur matahari sudah tersenyum menyambut pagi yang cerah.
“haaaaaaa” aku menguap sambil beranjak
turun dari tempat tidur,
lalu aku membuka jendela, ku rasakan ada senyum
keceriaan di antara hembusan angin pagi yang segar dengan sinar sag surya yang menerobos masuk
ke kamarku.
“ Aku
akan mandi lalu aku akan pergi menemui Sandra...tapi sebelum itu aku
akan beres-beres rumah dulu, baru
setelah selesai aku akan pergi, ya benar sepertinya ini ide bagus” aku
segera menyelesaikan semuanya dan mandi.
“ Ya semuanya sudah selesai sekaraang pukul
9.00 aku akan pergi sekarang...lalalala.la..hemhemhem hemhem.
Aku berjalan menyusuri gang untuk menemui Sandra
di tempat biasa kami sering bersama, di bawah pepohonan rindang di dekat persawahan.
Sesampainya aku disana aku melihat Sandra dan teman teman yang lain sudah ada di
sana. Lalu aku segera bergabung dengan mereka.
“Nur. Kamu dari mana..? udah di tungguin dari
tadi juga....?” tanya Sandra padaku.
“
Dari rumah lah, masa dari hongkong...? gila kali.”..jawabku .
“ Ya kali ajah kamu
dari hongkong jalan kesini Cuma buat dateng ke pinggir sawah...heheheh”.
celoteh Dewi meledek. Kehangatan seperti inilah yang membuatku bahagia bersama
mereka. Suatu saat pasti aku akan merindukan moment seperti ini ketika kita
tidak bisa berkumpul dan bercanda seperti ini.
“ Wi gimana kamu sama dia ....?” tanya Lissa
pada Dewi”.
“ Aku sih gitu deh...tapi dianya yang nggak
peka sama apa yang udah aku lakuin selama ini.
“ Emang apa yang udah kamu lakuin buat dia
wi..?” tanya ku penasaran.
“Ya jelas sesuatu yang bisa bikin Rafi jatuh
cinta lah...” jawab Sandra semangat sambil melirik ke arah Dewi.
“ Jangan gitu dong ...aku
kan jadi malu....”. ucap Dewi tersipu.
“Rafi. Rafi yang
mana...?”tanyaku mencari tau.
“Itu loh yang kemarin duduk bareng sama dia
waktu ujian, yang kemarin bikin dia kegirangan setelah keluar ruang evaluasi”.
kata Sandra menjelaskan.
“Oooh cowok yang tinggi itu...?”. Ucap ku menanggapi.
“ Menurut kamu ganteng
nggak Nur...?”. tanya Dewi pdaku.
“Kalo menurut ku sih ganteng tapi biasa
ajah...” jawabku dengan nada datar.
“Syukur deh kalo gitu...jadi nggak akan ada
yang ngeganggu hubungan kita nantinya...?”
“ Hubunagan siapa
wi...?” tanya Lissa pada Dewi.
“ Ya hubungan aku sama Rafi lah... masa sama
kamu nanti aku di kira nggak waras lagi...”
“Enak ajah siapa juga yang mau sama kamu...segila
gilanya aku aku nggak bakal kali suka sama cewe...gini-gini aku masih suka sama
cowo tau....amit-amit deh.....? ucap Lissa dan kami semua pun tertawa bersama.
“ Oh iya aku pengin cerita sesuatu sama
kalian...?” ucap Sandra pada kami semua.
“ Ada apaan sih
keliatanya serius banget....?” kata Dewi bersahabat.
“ Setelah lulus aku
akan di jodohkan dengan anak dari teman ayahku”.
“kok gitu ,apa kamu nggak pengin lanjut kuliah
...?”tanya ku pada Sandra.
“ Iya Sandra...apa kamu nggak pengin
kuliah...?”. ucap Lissa mendukungku.
“Sebenernya aku pengen banget kaya gitu, tapi
aku nggak berani nolak keinginan ayahku.
“Jika kamu nggak setuju sama perjodohan itu,
Kamu bicarakan baik-baik dengan kedua orang tuamu tentang perjodohan itu, kamu
katakan sejujurnya apa yang kamu inginkan, bahwa kamu masih ingin melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seseorang yang sukses”. Ucap Lissa
dengan kata-kata solusinya sebagai seseorang yang terpintar di antara kami.
“ Tapi aku nggak berani ngomong kemereka, gimana
jika gagal aku takut kalau mereka nanti akan marah”. Sahut Sandra khawatir.
“ Jangan pernah bilang nggak bisa sebelum kamau
mencoba, ketakutan yang disimpan nggak akan pernah bisa hilang jika kamu tidak
membongkarnya”. Ujar Lisa terus memotivasi.
“Semua keputusan ada di tangan kamu
Sandra...apapun keputusan yang kamu ambil kami semua akan selalu mendukungmau,
jadi kamu jangan pernah merasa sendiri....OK..! Kata Dewi menyemangati.
“ Bener tuh kata Dewi kami selalu mendukung
kamu, jadi jangan pernah merasa sendiri dan semua masalah pati adaa jalan
keluarnya jadi kamu harus tetap semangat..semangat!”. kataku menyemangati.
“ Sandra, kita kan sahabat kita harus saling
berbagi satu sama lain agar masalah yang kita hadapi tidak terasa begitu berat” kataku memotivasinya.
“Aku beruntung punya temen seperti kalian,kalian
sungguh sahabat terbiku. Kami pun saling berpelukan.
Sebuah masalah yang membingkungkan seringkali
membuat seseorang berlinag arimata yang tak berujung, terasa sangat
menyakitkan. Tapi kebenaran harus tetap ada dan tak boleh tumbang karena
setetes airmata.
#Sedikit Melodi Cinta
Waktu terus berlalu,
hari terus berganti, 1 tahun kelas 11 pun berlalu, dan selamat datang kelas 12,
kelas baru dan teman baru, serta semua hal yang baru.
Tak ,tak, tak bunyi
langkah kaki yang ringan semakin mendekat, membawa pandangan tertarik mencari
keberadan. Seseorang yang tinggi ,keren, dengan gaya rambut khas bak
model tampan tengah berjalan, dia terlihat asing bagi ku, dia membuatku terdiam
sejenak.
Sepertinya aku tidak
pernah melihat dia sebelumnya,apa dia siswa baru, aku jadi penasaran. Mendingan
aku tanya langsung ajah, ah.Engga ah. Dikira nanti aku genit lagi nanya- nanya,
bukan urusan aku juga. Tapi aku
penasaran....ngga papa deh aku tanya ajah . lalu aku menghampirinya.
“ Hai...”. Sapa ku
sambil melambaikan tangan.
“ Hallo...” jawabnya
sambil tersnyum.
“Kamu anak baru ya?”
“ Iya.aku siswa baru
disini”.
“ Ooh...siwa baru, Selamat bergabung di sekolah
ini ya...nama kamu siapa?”.
“ Panggil ajah Dika,
nama kamun siapa..?”( Tanya dia balik).
“Nama ku Nur ”.
Tiba-tiba aku melihat Sandra,Dewi,dan Lissa,
tapi kenapa mereka masuk ke kelas ini, apa ada sesuatu yang terjadi.
“ Hay Nur...?”. Sapa Lissa
pada ku.
“Hay juaga...”. Dan
mereka semua menghanpiriku.
“ Nur kamu tau nggak sekarang kita satu kelas
lohh....?”. Kata Sandra memberi kejutan.
“ Wow yang bener....?”
ucap ku tak percya.
“ Ya bener lah masa bohongan..,.ngomong-ngomong
itu siapa Nur?”. Tanya Dewi sambil lirik-lirik ke arah Dika.
“ Oh iya dia teman baru kita namanya Dika, Dika
kenalin ini temen -temen aku..yang ini Lissa , ini Sandra, dan yang satu lagi Dewi”. Kataku memperkenalkan
mereka.
“ Hay...?”Sapa Dika
sambil tersenyum.
“ohhhh...senyumnya itu loooh bikin aku
meleleh....”. kata Dewi terpesona.
“ Oh jadi gituuuu...kasihan banget yah Rafi
baru jadian 2 minggu udah pindah ke lain hati...” ucap Sandra dengan ekspresi prihatin yang di buat-buat.
“ Engga dong my love Rafi tetap nomer satu buat aku”. Ucap Dewi membela diri.
“ Iya deh percaya...”.
kata ku meng iyakan perkatakan Dewi.
Kami pun duduk di kursi
masing masing,Dewi duduk di meja depan,
meja sampingnya Lissa , aku duduk di bangku nomor dua setelah Dewi dan Dika
duduk di meja sebelahkananku sedangkan Sandra duduk di meja belakang ku.
Jam pertama di muali,
hari ini hari pertama masuk sekolah jadi kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan
efektif, baru pengenalan guru,serta sedikit materi pengenalan yang akan di
bahas di pertemuan yang akan datang.
Guru Bahasa Indonesia pun masuk ke kelas. Seperti biasanya perkenalan
dan sebagainya.
“ Nur,Dika ganteng yah?”. Tanya Sandra berbisik
di belakang ku.
“Emang kenapa...?”.
“ Dia pinter nggak yah...?”. Tanya Sandra
lanjut.
“ Mana aku tau...bukan urusanku”.
“ Emang kamu sejak kapan kenal sama Dika
..?”.
“ Baru tadi pagi...”.
“ Dia duluan yang minta kenalan sama kamu?”.Tanya
Sandra lagi.
“ Bukan...aku yang minta kenalan duluan”.
Jawabku.
“ WHAT....!” Ucap Sandra terkejut dengan nada
tinggi dan volume yang cukup keras.
Semua pandanga tertuju
pada kami akibat suara Sandra barusan, aku hanya tersenyum pada mereka yang
menatap kami.
“Sandra ada apa?”. Tanya Ibu guru yang tengah
menjelaskan materi.
“ Ini bu tadi
keselek...iya kan Nur?”. Ucap Sandra konyol, sambil batuk yang di buat-buat dan
berkedip- kedip meminta bantun padaku.
“ Keselek. Ya bener bu keselek”. Jawabku
mengikuti jawaban konyol Sandra.
“ Kamu makan di
kelas?”. Tanya Bu guru mengintrogasi.
“ Engga bu. Bukan”.
Ucap Sandra gugup.
“ Bukan bu...Angin”.
Kata ku mencari alasan.
“ Angin
...maksudnya...?”. Tanya Ibu Guru Bingung.
“e...ee...itu ...keselek angin maksudnya”. Jawabku sambil cengar cengir dengan jawaban
bodoh.
“ Yang lain perhatikan
ya..?”. Kata Ibu guru pada yang lain.
“Selamet..selamet..untung ajah Ibu guru percaya
kalo nggak abis kita di hukum.Nur”. Ucap Sandra dengan nada pelan.
“Lagian apa-apan sih
kamu teriak-teriak”.
“ Ya maaf kelepasan Nur...”.
“ Udah ah...nanti kena
marah lagi”. Kata ku pada Sandra.
“iya...iya bawel”.
Jam pelajaran pun berakhir semua siswa meninggalkan
rung kelas. Aku , Sandra, Lissa dan Dewi pulang bersama .Di jalan yang tidak
jauh dari sekolah.
“ Nur, tadi kalian ngapain di kelas kok Sandra
sampe kaget gitu...?”. Tanya Lissa penasaran.
“ Siapa lagi orang yang bisa bikin aku shok
tingkat tinggi coba.?”. Tanya sandra.
“Shok kenapa..?”. tanya Dewi.
“ Kalian kalo denger pasti juga bakal shok”. Lanjut Dewi.
“ Shok apan sih ...kamu ajah yang berlebihan”.
Ucap ku dengan nada datar.
“ Biasanya cewe
kan yang di ajak kenalan tuh, sama cowo...lah kali ini beda , bukan
cowonya yang ngajak kenlan,tapi sebaliknya, cewenya duluan yang minta kenalan”.
Kata Sandra menjelaskan.
“ Ya nggak papa sih...
kalo cowonya ganteng”. Kata Dewi.
“ Emang siapa yang kaya
gitu...?”. Tanya Lissa tertawa kecil.
“ siapa lagi ...kalo
bukan Nur”. Ucapan Sandra
“ WHAT...!!! Lissa dan Dewi
terkejut.
“Hehehe...” aku hanya
tertawa kecil.
“ Seorang Nur minta kenalan sama Cowo. Nggak
papa sih, aku nggak heran emang Nur kan ratunya nggak bisa di tebak”. Kata Lissa
sambil menengok ke arahku.
“Emang apa salahnya sih...kan Cuma pengin
kenal ajah?”.
“ Dasar ,jadi orang tuh jangan terlalu polos kenapa sih, kalo cewe
yang minta kenalan sama cowo kesannya tuh kamu cewe genit bangt tau...”. kata Sandra
menjelaskan.
“ Nggak tau”. Ucap ku
tanpa ekspresi apapun.
“ Makanya aku kasih
tau...Nur”. Ucap Sandra geregetan
“ Oh ya aku baru tau”.
“Udah lah terserah kamu
ajah...pusing aku jelasin nya, tuh rumah kamu udah deket mendingan kamu balik
duluan okeh..?”.kata Sandra memberi saran.
“Bye... bye temen-temen
sampe ketemu besok”. kataku melambaikan tangan.
“ Iya sayang...”. jawab
Sandra
Sandra, Lissa dan Dewi pun
tertawa bersama dan kami pulang ke rumah masing masing.
Malam telah datang ku tulis sesuatu di diary kesayangan ku mengenai
sesuatu tentang sahabatku , tiba- tiba seseorang muncul di benat ku,senyuman
yang begitu meneduhkan dari seorang siswa baru.
Seperti ada sesuatu pada anak baru itu “Dika” , dialah oranganya.
Lalu ku tuliskan
sesuatu tentang dia, seseorang yang
tinggi,tampan, baik, dan mungkin menyenangkan. Wajahnya dan senyumannya hadir
begitu saja ketika mataku terpejam, aku berusaha menghapus senyuman itu hingga
aku akhirnya terlelap bersama senyuman itu.
Tak
terasa pagi telah datang,mandi, bersiap, sarapan pagi, semuanya selesai ,Sekarang
pukul 06.15 saatnya berangkat, dan jika aku berangkat sekarang maka aku akan
sampai di sekolah Pukul 06.45 . Aku tiba
di sekolah tepat waktu, aku segera masuk ke ruang kelas.
Tet. .tet tet ...Jam
pelajaran akhirnya selesai semua siswa keluar
dari kelas ,saat aku selesai berkemas Dika
menghampiriku.
“ Nur ...?”
“ Iya ada apa...?”
“ Aku mau minta tolong
sama kamu?”
“Minta tolong apa....?”
“Sebenernya aku mau beli buku tapi aku nggak tau tempat toko buku nya, kamu mau
nggak temenen aku beli buku..?”. tanyanya padaku.
“Hem....gimana ya?”.
“ Enggak lama kok”. Ucap Dika.
“Iya deh nanti aku temenin, tapi cuma beli buku
ajah ya”.
“ Oke. Yaudah langsung berangkat sekarang ajah
gimana?”.
“ Ayo”. Kami pun bejalan bersama ke toko buku,
di perjalanan kami berjalan bersebelahan.
Di sepanjang perjalanan kami sesekali saling
melihat dan tersenyum satu sama lain.
Saat dia tersenyum padaku , senyuman itu mebuat ku gugup dan salah
tingkah. Suhu hangat tanganku mulai
berganti dingin. Dan aku memegang tanganku berulangkali agar suhu dinginya berubah dan tetap normal.
Saat sudah di depan toko, Dika pun
segera masuk.
“Nur kamu nggak masuk?”.
“Masuk...Oh iya aku masuk”. Jawabku gugup, dengan jawaban bodoh.
Kami pun masuk , aku
berjalan di belakang Dika yang sedang
mencari buku. Saat aku melihat-lihat buku buku di rak yang tertata rapih, ada
sebuh buku yang menarik perhatianku ,lalu aku berhenti untuk melihatnya tapi
buku itu berada di rak paling atas karena tinggi badanku yang pas pasan aku
melompat lompat berusaha meraihnya, tapi rak buku itu memang terlalu tinggi
untuk ku. Aku mengambil kursi plastik di
pojok rak lalu aku naik ke atas kursi itu dan mengambil buku
itu. Dan aku mendapatkannya. Judulnya ROMEO dan JULIET. Lalu tiba-tiba Dika muncul
dari belakang.
“
Kamu ngapain Nur, nanti kamu jatuh...”( ucap Dika khawatir)
“
Iya bentar....” aku pun turun dengan buku di tanganku.
“
Itu buku apa Nur...?”
“
Mana ...?”. Tanyaku mencari buku yang Dika maksud.
“ Maksudku, buku yang di tangan kamu”. Menunjuk
buku yag ku pegang.
“ Oh ini... kirain buku yang mana, ini buku
cerita Romeo dan Juliet”.
“
Kamu suka...?”. tanya Dika padaku.
“ he eh...soalnya cerita di sini bagus banget,
romantis dramatis tentang perjuangan cinta sejati ”.
“ Emang kamu percaya sama yang namanya
Cinta?,seperti kisah cinta sejati romeo dan juliet?”.
“Aku percaya adanya cinta sejati..., percaya bahwa cinta sejati
hanya ada dalam buku seperti kisah romeo dan juliet ini”. Kataku sambil
menujukan buku yang ku pegang.
“Tapi bagaimana jiaka cinta sejati itu benar
benar ada di dunia nyata..?”
“ Nggak mungkin lah karena itu cuman ada dalam
cerita, dan nggak di dunia nyata”.
“ Iya deh terserah kamu ajah...”. kata Dika
sambil tersenyum, dan aku membalas senyumannya itu.
Kami pun pulang ,di
jalan kami jalan bersebelahan, kami saling bercerita tentang diri kita
masing-masing. Kami sedikit tertawa, karena hari semakin sore Dika meminta
untuk mengantrku sampai ke rumah. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya
sampai di depan rumahku.
“Makasih ya udah di
anterin...
“ Sama –sama ...masuk
gih.
“Kamu nggak mau mampir dulu...?
“Makasih nur ...lain kali ajah,udah sore nih aku
juga harus pulang, lain kali ajah..”.Kata Dika sambil tersenyum. Lau aku masuk
dan Dika juga segera pulang.
#Mungkin hanya hal
kecil
Hari –hari ku berjalan
sedikit berbeda dari sebelumnya,kebiasaan berkumpul kami yang tadinya hanya
aku, Sandra ,Lissa, Dewi,dan Rafi kini anggota kami bertambah satu lagi,
sekarang Dika bergabung dengan kami. Kami hampir setiap hari berkumpul besama,
tertawa bersama, sedih, dan melakukan kesenangan kecil lainya, meskipun hanya
mengikuti lomba makan kerupuk, balap karung, pecah air pada saat 17 Agustus
tapi itu sangat berkesan bagiku. Pada saat lomba balap karung yang biasanya
hanya di isi 1 orang per karung,di babak ke 2 tiap karung harus di isi 2 orang .
Kelompok kami
memenangkan pertandingan pada babak pertama, pada babak ke 2 kami saling beradu
kekompakan dan kekuatan, Sandra berpasangan denga Dewi, Aku dengan Lisaa dan
Rafi dengan Dika, kami sangat bersemangat saat itu, semanagat 45, ya itu yang
ada dalam jiwaku dalam pertandingan.Wasit pertandingan mulai menghitung “
5...4...3...2...1...priiiiit”. kami segera berjuang,kami saling meneriakan
“Satu, dua.satu,dua” untuk menjaga keserasian lompatan kami, kami terus
melompat Sandra dan Dewi tertinggal di belakang, karena mereka saling tarik
menarik karung sehingga merka terjatuh, sekarang tinggal Aku dengan Lissa dan
Rafi denagn Dika. Kami hampir sampai di
garis finish Wasit meneriakan “ Ayo....semangat 45”. Itu semakin mengobarkan
semangat kami. Persaingan begitu ketat, Ada sedikit masalah sepertinya loncatan
ku dan Lissa mulai beradu,aku merasa akan terjadi sesuatu yang memalukan, oh
tidak!. Jangan!,jangn jatuh sekarang!.
“Lissa...!wa!.wa!.wa...!tidak...!tidak! jangan
sekarang....” Teriak ku panik.
GE BRAKK ! oh tidak, suaranya terdengar begitu menyakitkan ,tapi
tidak semenyakitkan malu ini,seharusnya jika kami bisa menjaga kekompakan kami
pasti bisa menang.” Hore..yeah..yeah...” suara terikana penonton pada pemenang.
Yah aku dan Lissa gagal mencapai garis finish
padahal tinggal beberapa meter lagi.”
Melihat kemenangan Rafi
dan juga Dika, seperti terkesan begitu luar biasa, apa yang istimewa...?ada
yang berteriak sangat histeris, menurutku ini bukan lomba Olimpiade atau
pertandingan sepak bolayang luar biasa, tapi kenapa mereka berteriak seperti
itu?” uajrku dalam hati.
“ Hey kamu lagi ngliatin apaan sih?” kata lisa
menegur ku yang tengah melihat ke arah Dika dan Rafi.
“ Liat deh itu”. Ucap ku
sambil menunjuk kearah Dika dan Rafi.
“ Kenapa emang ?”
“ Perasaan, mereka cuman menang balap karung
deh,bukan abis menang kejuaraan Olimpiade atau pertandinagn sepak bola ,kenapa
segitunya yah...?”
“ Segitunya gimana?”
tanya lissa tak paham.
“ Itu sampe di Krubutin
kaya gitu”.
“ Oh itu...ngga heran sih kalo Rafi sama Dika
banyak yang suka, di rebutin sama cewe-cewe aku akui, mereka emang lumayan tampan.
Liat tuh rata-rata yang cewe kan ada yang minta foto juga tuhkan.
Wajah mereka cukup lumayan dan penampilannya juga cukup keren, kamu ajah yang
aneh, Dika tuh emang ganteng beneran tau, kayaknya dia suka sama kamu deh tapi
kamunya nggak peka siih”.
“ Suka gimana ,orang
aku sama Dika bisa ajah nggak ada rasa”.
“ Biasa ajah kan menurut kamu, kalo buat Dika
tuh engga biasa, tapi ada rasa”. Kata lissa tersenyum jahil.
“ Eleh kamu mah ada-ada
ajah”. Jawab ku membalas senyum.
Aku dan lissa
menghampiri yang lainya, Setelah begitu penatnya kami berlomba dari hasil
kemenagan Dika dan Rafi kami mendapatakan satu kardus minuman dingin, dan 3
bungkus permen karet. Itu lah hadiah juara lomba 17an.
Dibawah pohon rindang
di dekat lapangan kami merebahkan badan di atar rerumputan yang hijau dan
menikmati hadiah dari hasil perlombaan kami, kami tertwa bersama ketika mengingat
perlombaan barusan, di saat Sandra dan dewi berebut karung , bahkan mereka
saling menertawaiku dan Lissa yang hampir sampai di Garis finish dan terjatuh
karena Lissa yang menginjak kaki ku sehingga lompstan kami beradu.
Walaupun hanya hal kecil tapi itu mampu
membuat kami tertawa bersama, dan kami menyukai itu.
Part 2
# Ketika perasaan
takbisa di ungkapkan
Lima bulan suadah aku berada di kelas XII, ini teraasa
luar biasa menurutku. Aku berada di kelas yang sama denga sahabat-sahabatku dan
mendapatkan 2 teman yang tak kalah baik dari sahabat-sahabatku itu dia adalah
Rafi dan Dika. Rafi itu pangeran negeri sebrang pujaan hati Dewi, Rafi juga
berteman baik dengan Dika. Tapi beberapa hari terakhir semenjak aku semakin
dekat dengan Dika aku sering merasa seperti ada sesuatu yang baru dalam muncul
di hatiku, Dika selalu ada untuk ku ketika aku membutuhkan bantuan, kami sering
makan bersama,bercanda dan tertawa, dia sangat baik padaku. Apa ini yang
namanya Cinta seperti yang di katakan orang-orang?, ataukah hanya rasa nyaman
dan kasih sayang seorang teman?.
Aku belum bisa
menyimpulkan ini semua. Benarkah yang di katakan Dika Bagaimana jika cinta
sejati memang benar-benar ada?. Itu yang pernah Dika katakan padaku di toko
buku. Dan sebuah rasa yang di katakan Lissa saat lomba balap karung. Jika memang
ini adalah Cinta maka aku akan mengakui dan percaya bahwa cinta sejati memang
benar adanya bukan hanya cinta sejati dalam cerita Romeo dan Juliet tapi aku
kurang menyukai akhir dari kisah romeo dan juliet yang cintanya berakhir tragis.
Cahaya langit hari
minggu ini begitu cerah, akankah hari ini menjadi indah?. Aku akan melakukan
sesutu sesuai dengan kata hatiku. Hari ini ada acara kerja bakti membersihkan
lingkungan di sekolah, jadi semua siswa harus berangkat ke sekolah meskipun
hari ini adalah hari minggu. Aku tak sabar ingin bertemu dengan seseorang di
sana. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 08.00 aku harus segera bersiap untuk
ke sekolah dan bertemu dengan seseorang.
Setibanya aku di sekolah
aku meihat teman-teman ku sudah mulai bersih-bersih,sepertinya aku datang
sedikit terlambat. Aku segera menaruh tas ku di depan kelas bersama dengan tas
yang lainya. Dan aku juga melihat seseorang. Orang itu Dika, dia terlihat
tengah menggotong pot bunga dan menatanya, di sebelah Dika ada Lissa, aku
segera menghampiri mereka.
“Hai kemana yang lain... kok cuman kalian
berdua...? tanyaku pada mereka.
“Sandra, Dewi, sama Rafi dapet jatah
bersih-bersih dekat lapangan”. Jawab lissa sambil tersenyum.
“Aku bersih-bersih
disini ajah ya...boleh kan?” .
“ Iya kamu mau bersih
bersih dimana ajah boleh..terserah”. kata Dika sambil tersenyum. Aku hanya
membalas senyumannya yang begitu meneduhkan.
Kamipun membersihkan
wilayah taman dan menyirami bunga-bunga di sana setelah semuanya selesai kami
duduk di bawah pohon dan beisirahat.
“ Oh iya ...kalian haus kan?,kebetulan aku bawa
minum, bentar ya aku ambil dulu”. Aku pergi untuk mengabil minum di tas yang ku
letakan di depan kelas.
Saat aku
tiba di belakang mereka langkahku
terhenti, aku melihat lissa tengah menangis.
“ Aku suka sama kamu Dik, sebenarnya aku mau
bilang ini dari dulu aku tau ini emang nggak bener, dan aku juga tau kalo kamu
cuman suka sama Nur. Dan aku juga tau kalau Nur juga suka sama kamu
meskipun dia nggak pernah bilang sama
siapapun”.
Aku sangat terkejut
mendengar ucapan Lissa, dan aku tidak mau menyakiti perasaan sahabatku sendiri
. Entah kenapa ketika aku mendengar Lissa mengatakan dia mencintai Dika hatiku
terasa begitu sakit. Dan air mata ini terus saja menetes meski sudah berusaha
ku bendung, setelah aku mendengan ucapan Lissa aku pergi meninggalkan mereka.
Aku kembali ke depan kelas dan duduk sendiri
disana, tapi air mata ini terus saja menetes aku tak bisa menahanya, ucapan
mungkin akan sanggup berbohong, tapi perasaan tak perah bisa berbohong,
kesendirian adalah sesuatu yang menjadi teman ketika kesedihan hadir.
Tiba –tiba Dika dan
Lissa berda di depan ku, aku terkejut melihat mereka yang tiba-tiba .
“ Nur kamu kenapa ?” tanya Dika perhatian, lalu
dia duduk di sebelahku.
“ Ini tadi keilipan semut”. Jawabku .Entah yang
ku lakukan benar atau salah, aku berbohong pada mereka berdua aku tidak ingin
menyakiti siapapun.
“Kemari biar ku tiup Nur”. Ucap Lissa padaku.
Lalu kubiarkan Lissa meniup mataku yang sebenarnya tidak ada masalah apapun.
“ Mendingan kamu pulang ajah Nanti di anterin Dika”.
Ucap Lissa menyarankan.
Lalu aku pulang dan Dika mengantarku. Dika
berjalan di belakangku dan kami berjalan tanpa bicara. Lalu aku membuka bicara.
“ Dika aku laper pengin
makan”.
“ Oh..kebetulan , aku juga laper,gimana kalo
kita makan bakso,tuh depan ada tukang bakso kusus hari ini aku yang tlaktir...
Okeh..?”. kami pun pergi untuk makan bakso.
Bakso panas sudah siap,
dua mangkuk bakso dengan dua gelas es teh manis. Kami pun memulai menyantap
bakso yang uapnya masih mengepul, aku yang biasanya nggak suka makan pedas kali
ini aku menambahkan 1 sendok sambal ke mangkuk bakso milik ku. Aku mulai
menyendok bakso ke mulutku, aku tak bisa berbuat apapun untuk menyembunyikan
kesedihanku. Melalui cara ini aku punya alasan untuk menangis.
“ Kamu kenapa Nur...?
“ Baksonya pedas ...”.
jawab ku sambil
mengusap airmata yang terus mengalir. Memang bakso ini terasa benar-benar pedas
dan membuat ku menangis tapi tidak seutuhnya menangis karena rasa pedas dari
sambal ini, tapi karena hatiku yang memang tengah terluka.
“ Kunaon nangis
atuh neng, di apain sama pacarnya ?”. Tanya mamang tukang bakso kepo.
“Bakso mamang pedes..”.
kata ku sambil bercucuran airmata.
“ Waduh...!,”
“ Baksonya beneran Pedes mang....temen saya
nggak mungkin bohong” .
“Ahh seriusan neng? Masa sihh??”
“Oh....pedes,pedesan bakso mamang apa di
putusin pacar..?”.ujar mamang tukang bakso menggoda.
“ Ih apaan sih mang”.
Sahut ku sedikit terisak.
“Jelas baksonya pedas, soalnya
kamu kasih sambel banyak banget, nih
minum dulu mungkin bisa ngurangin pedesnya”. Kata Dika sambil menyodorkan
segelas es teh.
Sepertinya ada sesuatu
yang ingin Dika katakan,atau mau menanyakan sesuatu padaku, tapi munggkin Dika
belum mau mengataanya karena Dika tau mungkin suasana hatiku saat ini sedang
tidak baik.Aku juga lagi nggak mut buat nanya ke dia jadi aku biarkan saja,
mungkin Dika akan menanyakan lain waktu.Aku hanya memakan sebagian baksonya,
dan kami pun pulang.
“ Berapa
semua mang?”.
“ E..es
dua , bakso dua berarti 24.000 ajah, lamun
bakso mamang mah nteu larang-larang”.
“ Sebenernya bakso mamang nggak pedes tau
mang...tapi enak banget...”.
“Ah jangan muji seperti itu atuh..mamang kan
jadi malu”.
“Buktinya bisa
bikin orang terharu sampe nangis, saking enaknya bakso mamang jempolan
deh”. Melihat ekspresi mamang tukang bakso itu yang sangat senang dipuji-puji ,
sepertinya Dika mau ngerjain si mamang.
“Kalo mamang nggak percaya cicipin ajah sisa
bakso temen saya...jamin deh mamang juga ikutan nangis karena saking enaknya”.
Kata Dika berbisik sembari memberikan uangnya.
“ Enak banget ya?.”lalu mamang penjual bakso
itu karena penasaran mencicipi sisa kuah bakso yang barusan ku makan.
“Wadduh....ini mah bukan nikmat! ...tapi tamat!
... ini teh pedes pisan ”. Oceh
mamang tukang bakso sambil mengipas ngipas
Mulutnya dengan tangan,
gelagepan karena kepedesan. Dika yang melihatnya hanya cekikikan.
Kami pun pergi dan Dika mengantarku pulang
sampe ke rumah.
Memang benar kata orang
bahwa setiap orang pasti memiliki perasaan cinta. Bahkan persaan cinta itu
tidak di sadari, karena cinta datang tanpa di rencanakan. Dan hati yang baru
merasakan kehadiran cinta ini harus menangis karena cinta itu. sekaarang aku
percaya bahwa cinta itu menyakitkan dan egois, setelah aku mengetahui perasan
lissa yang selama ini dia pendam terhadap Dika aku ingin mengubah bahwa cinta
itu tidak harus egois, aku memutuskan aku tidak akan merusak ikatan cinta
persahabatan yang sudah lama terjaalin rusak karena cinta yang egois.
Aku tidak bisa
mengungkapkan pada siapapun tentang apa yang tengah aku rasakan, aku
mencurahkan semua perasaanku di lembaran kertas putih yang selalu menjadi
penenang dalam suka dukakau. Dan goresan tinta hitam menjadi jejak yang
tertinggal dan tersimpan dalam lembaran itu.
#Terluka demi
cinta yang tidak EGOIS,
Aku berjalan menaiki
anak tangga satu persatu, melewati
teras-teras ruangan kelas yang berderet. Terlihat semangat pagi dari para
siswa, senyum ceria, dan tawa bahagia yang menghiasi. Aku berjalah hingga aku
sampai di kelaas ku, aku melihat Sandra dan Dewi tengah berbincang. Tapi aku
tidak melihat Lissa ada bersama mereka dan kursinya juga terlihat kosong.
“ Hai teman-teman...ngomong-ngomong Lissa di
mana kok nggak sama kalian”.
“ Kami juga nungguin dari tadi tapi kita disini
nggak liat Lissa, kesiangan kali” jawab dewi yang juga sedang menunggu Lissa.
Saat kami tengah berbincang –bincang
tiba-tiba Lissa datang.
“ Hai Lis...tumben kamu berangkatnya
siangan...”. sapa Dewi Dengan senyum ramahnya. Tapi Lisa hanya membalas dengan senyum seperlunya.
“M...m..aku bangun kesiangan tadi...”. Lissa
terlihat sedikit Berbeda setelah kejadian hari minggu kemarin, Lissa tidak
terlihat baik-baik saja hari ini, dan karena kejadian hari minggu lalau aku
juga sedikit merasa canggung. Lissa tersenum padaku,Tapi aku berusaha untuk
menyembunyikanya seolah tidak pernah terjadi apaun aku membalasnya dengan
senyum juga.
Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti
ini ada jarak diantara sahabat sendiri. Aku pergi ke tempat duduk ku.
“ Kamu mau kemana
Nur?”. Tanya Sandra
“ Mau duduk,cape berdiri kayak patung pancoran
heheh”. Sahutku sambil tertawa kecil. Dan Lissa juga duduk di tempat duduknya,
Lissa sesekali meliat ke arah ku,seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku
meraasa tidak nyaman dengan tatapan Lissa.
“Sandra temenin aku ke Perpus yuk? Aku mau
minjem buku seni musik”. Kataku pada sandra.
“ Tumben kamu ngajak aku, kenapa nih bukanya
kamu juga tau aku ngga suka ke perpus?”.
“ Makanya aku ngajak
kamu biar kamu suka ke perpus Tau.....”.
“ Enggak ah males...”
“ Ya udah kalo nggak
mau ...” timpal ku dengan eksprei wajah cemberut. Wajar sih kalo Sandra ngga
mau, karena biasanya aku ke perpus selalu ngajak Lissa tapi aku agak nggak srek
ajah untuk sekarang. Jadi mendingan aku ajak Sandra ajah.
“ Iya..iya deh tapi jangan cemberut gitu kali...tambah jelek tau”
ucap Sandra mengiyakan.
“Nah gitu baru namanya friend....”. lalu akau Sandra pun pergi ke perpustakaan.
Saat aku tengah sibuk
mencari buku , Sandra terlihat sedang duduk dan hanya melihat ku yang nggak nemukan buku yang ku cari.
“Tolong cariin kenapa
...jangan duduk ajah..?”.
“ Katanya tadi cuman suruh nemenin kan ,bukan
nyariin buku jadi aku duduk ajah oke...”. sahut Sandra sambil mengedipkan sebelah
matanya.
“Terserah”. Jawabku geregetan. Tapi Sandra
bukan tipe sahabat yang setega itu, dia mencarikan bukunya.
“ Bukunya warna apa
Nur?”
“Mana tau, kalo tau
udah aku ambil dari tadi”.
“ Judulnya apa nur?”
“Panduan Musik ku”.
“ Tebel apa enggk Nur”.
“ Tebel”
“Berapa senti nur?”.
“ Nih anak bikin geregetan ajah, mau bantuin nyari apa lagi ngintrogasi pelaku
krimial di kepolosian”.
“ hehehe biar kamu
nggak ngantuk”
“ Gimana mau nganutuk kalo ada orang yang
ngoceh kaya bebek gituh...”. ujarku sambil terus membaca deretan judul buku
seni di rak buku
“ Slowww bro jagan
emosi”.
“ Ini dia ketemu..”
“ Sebenernya tadi aku yang liat duluan mau aku
ambil eh keduluan kamu heheh”.
“ Idih gayanya ...”. Sandra hanya meringis dan
sedikit tertawa. Lalu Kami kembali ke kelas. Dika menghampiriku seperti kebiaaan nya
mengajak ku dan teman teman yang lain ke kantin.
“Nur ke kantin..tanang
ajah nanti aku yang traktir deh..”
“Sorry Dik aku masih kenyanng, sama yang lain
ajah,aku lagi males”.
“Ooouh...ya udah, kamu
mau ke katin nggak Wi..?”
“ Ayo lah Nur,Aku laper Nur belum sarapan ke kantin yuk?”. Bujuk
Dewi.
“ Males ah..aku masih kenyang”. Kataku tetap
dengan pendirianku.
“Sandra kamu laper ? Aku juga laper ke kantin
bareng yuk, kamu mau ikut Nur?”.tanya Lissa mengajak.
“Enggak makasih aku masih keyang”. Jawabku dengan
jawaban yang sama ,tanpa menetap Lissa. Lalu mereka semua pergi.
Susasana hatiku kali
ini tengah tak baik, teringat semua yang telah terjadi. Tak pernah aku
sekalipun terfikir ingin menyakiti sahabatku ataupun siapapun yang ada di
kelilngku. Tapi kondisi ini sangat membuatku merasa canggung pada lissa.
Susana
jalan tersa sedikit sepi dari biasanya, aku berjalan sendiri keluar dari
lingkungan sekolah. Terlihat seseorang yang tak asing bagiku, dia tinggi dengan
rambit panjang yang terurai, dia menatapku, sinar matahari senja terpancar
mengenai rambutanya yang tertiup angin.
“Nur. Maafin aku nur, aku nggak bisa kita kayak
gini, aku nggak bermaksud seperti itu, aku tau kamu menangis di dipan kelas itu
bukan karena kamu kelilipan, aku melihat
semuanya Nur aku meliht di matamu saat kamu menangis, kamu nggak bisa
sembinyikan semua itu dari aku, dan kamu tiba tiba jauhin Dika Karena kamu
fikir itu akan membuat aku Bahagia, Ya
kamu bener Nur aku emang suka sama Dika Tapi aku juga ngga mau orang yang aku
cinta engga bahagia, dia suka sama kamu dan Dika bahagia kalo sama kamu.” Jawab
lissa sambil meneteskan air mata, ku ahanya terdiam mendengar semua penjelasaan
Lissa aku tidak, mengucapkan sepatahkatapun.
“Aku mohon Nur, aku ngga mau di hantui rasa
bersalah seperti ini, aku nggak mau persahabatan kita hancur karena hal seperti
ini”.
“ kamu beusaha bersikap seolah tidak pernah
terjadi appapun di antara kita , tapi semua itu malah terlihat begitu nyata dan jelas, kalu kamu
memang benar benar terluka”. Aku tidak menyangka, ternyata sahabatku juga
mengkhawatirkan aku. Aku menegakan
kepalaku dan menatap mata Lissa yang basah dan berlinang airmata.
“ Bukan kamu yang bersalah karena keadaan ini
Lis, dan kamu juga nggak seharusya
meminta maaf karena ini bukan salah kamu atau salah siapapun, karena aku yang
nggak percaya tentang adanya cinta, sekarang aku tau kalau cinta emang bener -bener
ada dan aku sudah merasakanya”. Lisa tersenyum dengan airmata yang masih
mengalir di pipinya.
“ Iya Nur cinta emang benar- benar ada dan
cinta itu tak bisa bicara , karena cinta hanya bisa dilihat dengan perasaan
bukan dengan yang lain.”.
“ Aku juga minta maaf Lis, aku nggak bermaksud jauhin kamu...dan..”.
“Nggak papa Nur aku paham kok mungkin aku juga
akan melakukan hal yang sama jika aku ada di posisi kamu”. Sahut Lissa sebelum
aku menyelesaikan ucapanku, di sini di jalan ini adalah saksi kisah
persahabatan yang terikat semakin kuat.
Kami pulang bersama kami kembali menjadi
seorang sahabat yang saling pengertian, kami pulang bersama dengan
bergandengan tangan, menyusuri jalan-jalan gang yang sempit.
Ketika seseorang berusaha menyembunyikan
sesuatu tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman, meskipun itu demi kebahagiaan
oranglain, tapi aku akui perasaan memang tak pernah bisa berbohong, dan antara
cinta dan sahabat , perselisihnan kecil memang sering hadir, mungkin salahpaham
yang saling menyakiti. Tapi sahabat bukanlah sesuatu yang dapat di tukar karena
sahabat membuat kita tertawa dan menangis bersama.
Part 3
# Mengungkapkan
Suara bel masuk
berbunyi, menit terus berlalu suasana kelas ini begitu ramai mirip seperti
pasar dekat setasiun yang ada di persimpangan jalan menuju sekolah ini.
“ Perhatian...semuanya..., Tolong diam
sebentar”. Kata Lena dengan membawa selembar kertas di tangannya.
“ Bu Mega lagi ada di solo dan nggak bisa
mengajar kita....”.
“Horeee...”. gemuruh teriakan siswa ber sorak
sorai.
“Diam dulu dong...” pinta Lena sambil berteriak
agar semua mendengarkanya, kami berhenti bersorak dan memperhatikan Lena yang
sedang berbicara di depan.
“Kita di beri tugas mandiri mengerjakan latihan
soal yang ada di buku paket di kerjakan di kertas folio dan di kumpulkan Hari
ini juga”.
Mereka yang lebih rajin
dan pintar segera mengerjakan tugas, dan kami yang ingin menikmati jam kosong
tanpa peduli tugas kami pergi ke kantin, seperti biasa kantin mbok Juary.
“ Lissa mau ikut nggak..?”. Tanya
Dewi mengajak.
“ Nanti aku nyusul kalian duluan ajah, aku mau
ngerjain tugas dulu”.
“ Okeh ...”. Sahut dewi.
Ngga heran sih kalu
Lissa jadi siswa terpintar dia sangat rajin, lain dengan kami yang lebih suka
bersenang-senang ketimbang belajar.
Aroma soto,
bakso,gorengan, semuanya membuatku
semakin lapar. Kami tidak harus mengantri seperti biasanya. Sekarang
kantin sepi karena belum jam istirahat. Jadi kami lebih leluasa menikmati
makanaan di tempat mbok Juary. Aku ,Dewi,Sandra pergi ke kantin.
“ Go....serbu” kami langsung menuju
ke kantin.
“ Mbok...soto 3 mbok, yang satu enggak pedes”.
Ucap ku memesan.
“ Sipp nduk...embok buatin langsung...” kata si
mbok Juary dengan logat khasnya. Sambil menunggu sotonya siap kami makan
gorengan. Setelah beberapa menit kami menunggu akhirnya sotonya siap.
“ Ini nduk, ini yang nggak pedes yang dua ini
yang pedes,”. Kata mbok Juary sambil meberikan soto dari nampan yang di
pegangnya.
“Makasih Mbok...oh iya mbok sama es lemonnya
satu ya”. Lanjutku
“ Okeh ...”. jawab mbok Juary. Kami pun
langsung menyantap soto pesanan kami.
Memeang benar soto di sisni enak banget jadi itu yang bikin kami jadi
pelanggan di kantin mbok Juary. Rasanya Khas sama kaya cara bicara mbok juary
yang khas banget.
“ Ini es lemonnya nduk”. Ucap mbok Juary
menyodorkan segelas es lemon pesanan ku.
“ Makasih Mbok, es lemon embok emang yang
paling seger deh T.O.P pokoknya”. Mbok
juary hanya tersenyum padaku. Setelah kami selesai makan kami kekembali ke kelas.
“kok Lissa ngga ke sini ya?, apa saking
sulitnya soal yang buat tungas.
Sampe-sampe ngga sempet makan”.
“ Aku juga nggak tau udahan yuk ke kelas, kita
belum ngerjan tugas kan, ayo kita selesaikan secepat kilat ”.(hahahaha) tertawa
bersama
Saat kami akan kembali
ke kelas Dika dan Rafi datang.
“ Hay,kok kalian udahan? kita baru dateng
kalian udah pergi, jadi ngga nafsu makan
kalo kayak gini, aku ngga jadi ke kantin, aku mau ke kelas ajah”. Kata Rafi
dengan ekspresi kecewa.
“Ih jangan dong nanti kamu kurus gimana, nanti
pacarku ngga ganteng lagi, ya udah aku temenin makan deh”. kata Dewi sabil
menarik tangan Rafi dan memesan makanan di kantin”.
“ Aku duluan ke kelas
ya?”. Kataku pada Dika.
“ Oh iya nggak papa...” jawab Dika sambil
tersenyum padaku”.lalu kami pun pergi. Rasanya jantungku berdegup kencang saat Dika
terrsenyum padaku.
“ Cie.... yang lagi
berbunga-bunga”. menggodaku
“ Apaan sih kamu..” . jawabu sambil menggandeng
menggandeng tangan Sandra yang terus meledeku.
“ Oh iya emang sekarang kamu sama Lissa udah
baikan..,?” tanya Sandra mencari tahu.
“ Maksud kamu?”
“ Dari sikap kamu kemarin itu udah nunjukin
kalo kamu lagi ada masalah sama Lissa , tapi aku ngga berani nanya sama kamu,takutnya bikin situasi tambah
runyam.
“ Jadi aku gagal ya nutupin semuanya?”. Ucapku
miris denga diriku sendiri. Dan Sandra meng iya kan kemirisan yang terjadi padaku.
“Tadinya sih iya aku emang ada sedikit masalah
sama Lissa,tapi sekarang semuanya sudah kembali seperti semula, dan di antara
kami sudah nggak ada masalah apapun, kita sudah baikan kok”. Kataku menjelaskan.
“ Emang masalah apan sih yang bikin kalian jadi
nggak akur?”. Ucap Sandra yang terus berusaha menggali informasi sedalam
–dalamnya.
Aku yakin setelaah pertanyaan ini aku jawab dia bakalan heboh
dan ngomong ke semua orang, kalo aku sekarang , bukan lagi cewek yang ngga
percaya cinta, bahkan aku adalah orang yang karena cinta, bermasalah dengan
sahabatku sendiri. Jadi apa yang harus ku jawab sekarang. Ujar ku dalam batin
sambil memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Sandra.
“ cuman masalah kecil
kok”. Jawabku singakat.
“ Iya tapi masalah apa”. Ucap Sandra terus bertanya.”
Ya ampun aku terjebak di pertanyaan Sandra
apa aku harus menjawabnya atau tidak..?” aku terus bertanya pada diriku
sendiri, “ ah ngga usah aku jawab ajah nanti juga sandra tau dengan sendirinya.
“Ah udah ah cepet ke kelas ayo...jawabku sambil
mendorong pundak Sandra dari belakang
agar Sandra mau ke kelas.
“ ih apa aku kan jadi
kepo..”
“ nanti kamu juga tau sendiri.” Jawabku
menyembunyikan dari Sandra. Ya memang tak semua hal bisa di ungkapkan pada
seorang sahabat, dan aku juga malu akan hal itu untuk ku katakan bahkan pada
sahabatku sendiri, lebih baik mereka tau dengan sedirinya .
Suara bel masuk telah
berbunyi tanda jam pelajaran akan segera di mulai. Pak Andre dia adalah
walikelas kami dia sangat memperhatikan para siswanya tapi kami selalu merepotkanya,
dia selalu berusaha keras untuk mengajari siswa seperti kami, dia tergolong
guru termuda di sekolah kami dan dia juga belum menikah. Karena itulah kami
merasa nyaman dengan pak Andre, tentu dia lebih memahami kami dibandingkan guru
yang lain.
“ Selamat pagi
anak-anak”.
“Pagi!. Pagi! .pagi!”.
“ sepertinya kalian
semangat sekali hari ini”.
“Jika kalian tetap semangat seperti ini untuk
belajar Bapak yakin kalian akan lulus ujian dengan nilai memuaskan. ”.
“ Aaaaah bapak bisa
saja....”. kami tertawa bersama.
“Bapak akan menyampaikan pengumuman bahwa 2
minggu lagi kita akan ada Evaluasi bersama, jadi persiapkan diri kalian dan
belajarlah dengan baik”.
“Aaaaah itu sangat mengerikan sekali...kenapa
di sekolah harus ada ujian,aku jadi tidak ingin sekoalah jika seperti ini”.
Ujar beberapa murid mengeluh.
Suasana dikelas penuh
dengan suaara siswa yang mengeluh soal ujian yang akan di lakanakan 2 minggu
lagi.
“Ya silahkan kalian persiapkan semuanya dan
belajarlah yang giat, bapak ada urusan mendadak jadi kalian belajar mandiri,
bapak tinggal dulu. Selamat siang”. Kata pak andre sambail meninggalkan ruang
kelas.
“
Siang”.jawab semua siwa dengan nada malas.
Bagi sebagian anak
ujian adalah hal yang menakutkan, tapi bagi mereka yang pintar mereka tidak
masalah dengan itu. mereka sudah menyiapkan diri jauh- jauh hari.
Aku sebenarnya tidak
tertarik akan pelajaran, aku lebih suka berolahraga, seandainya di sekolah ini
tidak ada mapel lain selain mapel
olahraga, pasti hidupku akan serasa di surga. Tapi aku telah memilih sekolah
ini dengan kemauanku sendiri dan aku sudah disini selama hampir 3 tahun, dan
tinggal menyelesaikan beberapa waktu lagi.
Bel pulang berbunyi
tanda selesainya jam pelajaran, semua
siswa keluar dari ruang kelas.
“ 2 minggu lagi kita ujian, apa yang harus aku
lakukan?”.
“Tentu saja belajar, memeng apa lagi yang bisa
di lakukan selain belajar”. Jawab Lissa menatapku, dengan ekspresi tenang tanpa
khawatir apapun. Aku yakin Lissa sudah belajar dengan giat dan besok pasti
lissa akan mendapatkan nilai terbaik seperti biasanya.
“Bagai mana bisa ?aku
tidak suka belajar”. Ucapku mengeluh
“Ya aku juga setuju dengan kamu Nur”. Kata
Sandra mengiyakan ucapanku.
“ Besok kita akan belajar bersama bagaimana?” .
kata Lissa menyemangati.
“ Itu ide bagus Lis, kita belajar di rumahku
ajah gimana?”.Kata Rafi menyarankan penuh semangat.
“Oh boleh tuh ide bagus, sekalian ...?”. ucap Dika
tanpa menyelesaikan ucapanya.
“Sekalian apa
sekalian...”. ledek Rafi sambil melirik ke arahku”.
“Sekarang udah mulai
terang -terangan nih yee...?”. Ucap
Dewi.
“Apaan sih kamu Wi...”
sahutku.
“ Loh,kok wajah kamu
jadi memerah...cieee..”.
“ Apaan sih kalian...udah ah aku jalan duluan
ajah”. Kataku sambil berjalan lebih cepat meninggalkan mereka.
“Aku juga mau duluan...”. kata Dika sambil
berlari menyusul ku dan berjalan di sampingku.
“Semoga berhasil..”.
kata Rafi dari belakng.
Suara teman temanku terdengar dari belakang
terus meneriaki kami “Ciee...”. aku yang terus berjalan tanpa menoleh ke
belakang.
Dika yang berjalan di
sampingku dia tersenyum padaku, senyumannya begitu meneduhkan, dan membuat
hatiku semakin yakin akan cinta ini. Aku sih yankin kalo Rafi tau semuanya
tentang Dika, mulai dari hoby bahkan tentang perasaan Dika padaku. Aku baru
sadar kalu perhatian yang Dika berikan padaku karena Dika ingin menjagaku dan
melindungiku, dan Dika yang selalu menghapus airmataku ketika aku menangis ,
dia yang mendengarkanku ketika tak ada yang mau mendengarku, aku baru menyadari
bahwa aku mncintainya setelah aku
meneteskan airmata saat sahabatku menyatakan cintanya pada Dika. Disitu aku
baru tau dimana cinta yang ku anggap tak pernah ada namun cinta itu benar benar
ada.
Aku yakin Pasti Dika
sudah menceritakan semuanya pada Rafi karena akhir-akhir ini mereka benar benar
sulit dipisahkan persahabatan mereka berdua lebih dari sekedar sahabat tapi
mereka sudah menganggap persahabatan mereka menjadi seorang saudara yang saling
pengertian.
“Nur..?”. Kata Dika
memanggilku.
“Iya ...”. sahutku
sambil melihat kearah Dika
“ Ikut yu...?”.
“ Kemana ...?” Tanyaku.
“ Udah ikut ajah...”.
kata Dika sambil menggandeng tanganku. Setelah beberapa menit kami berjalan
kami sampai di tempat yang Dika maksud, kami ada di sebuah taman.
“ Nur sini bentar
Deh...aku ada sesuatu buat kamu, tapi kamu tutup mata dulu, bentar ajah?”. Lalu
Dika menutup matakau dengan selebar kain penutup mata. Dika menuntunku ke
berjalan ke suatu tempat di taman itu, aku terus berjalan perlahan dengan
mataku yang masih tertutup kain. Dika menyuruhku duduk di sebuah bangku, aku
juga penasaran kejutan apa yang sebenarnya yang ingin Dika berikan padaku.
“Udah sampe?” tanyaku
pada Dika.
“ udah sekarang kamu
boleh buka mata”. Ucap Dika.
Saat aku membuka mata
aku melihat sebuah pohon di taman yang dimana pohon itu ada foto ku dan Dika
yang tergantung di ranting rantingnya, kata kata cinta, dan sebuah balon udara
yang Dika ikatkan di tanah.
“
Wow Dik Ini bagus banget ...kamu yang buat..?”
“
Hem mmm...sekarang aku mau kamu pecahkan salah satu balon itu”. Kata Dika
sambil menunjuk kearah balon-balon yang berjejer di tanah.
“
Yang mana..?” tanyaku.
“
Terserah kamu...pilih ajah..”
“ Aku mau yang warna biru muda..”. Dan Dika
hanya mengangguk menyaatakan iya.
“Ini di pecah?”.
Tanyaku. Dan Dika juga Hanya mengangguk. Lalu aku menusuk balon itu dengan ranting
pohon kering. Setelah balon itu meletus dan aku melihat ada sesuatu di dalam
balon itu yang terjatuh, lalu aku mengambilnya, itu adalah sebuah kertas yang
berisi tulisan. Lalu aku membacanya.
“
Ambil bunga di belakang pohon”. Kataku membaca tulisan di kertas itu dan
melihat ke arah Dika dan Dika juga hanya mengangguk. Aku mencari Bunga sesuai
petunjuk kertas itu dan aku mememukanya, lalu aku mengambilnya. Saat aku
mencabut Bunga yang menempel di pohon sesuatu meluncur dari atas pohon tepat di
depanku yang membuatku terkejut. Itu sebuah poster mini tergantung yang
terdapat sebuah tulisan I LOVE YOU. Sekalilagi aku dikejutkan oleh Kejutan yang
di buat Dika. Sekali lagi aku menatap Dika yang ada di sebelhku dan Dika
tersenyum menunggu jawabakku. Aku sedikit meikirkanya lagi untuk menjawabnya.
Lalu Aku hanya menjawabnya dengan
mengangguk.
“ I love you”. Kata Dika sekalilagi sambil menatapku dan tersenyum.
“ I love you to0”. Balas ku pada Dika. Dika
menggandeng tanganku dan duduk di kursi taman. Dika duduk di sebelahku.
“Sekarang kamu udah percaya kalo cinta itu ada
dan bukan hanya ada di buku cerita?”.
“Dulu memang aku ngga percaya kalo cinta itu
ada, cinta itu rumit, cinta itu indah, dan cinta itu bisa bikin seseorang
menangis. Sekarang aku percaya semua itu”.
“
Apa yang bikin kamu percaya Nur?”
“Kamu...”.
kataku sambil menatap Dika.
“Aku ... kenapa aku..?”. tanya Dika.
“ Kamu Dik, yang bikin aku percaya, tentang
semua cinta itu, karena aku pernah menangis karena cinta itu,dan aku juga
bahagia karena cinta itu, seperti sekarang”.
“ Seorang cewe yang begitu nggak percaya sama
cinta sekarang luluh oleh cinta itu, karena kekuatan cinta itu begitu besar
kan..?”.
“hem..m.mm”. jawab ku pelan. Aku menyandarkan kepalaku ke
bahu Dika.
“ Bagaimana dengan cinta Romeo dan Juliet itu
apa kamu percaya?”.
“Ya aku percaya tentang cinta sejati itu,
tapi aku tidak suka dengan endding ceritanya,
kenapa mereka harus terpisah oleh kematian setragis itu?”.
“ Sungguh memang betapa tak beruntung pasangan
cinta itu, cintanya tak bisa bersatu, ada lagu yang sering aku dengarkan saat
aku menyimpan cinta ini untukmu”. Kata Dika sambil memasangkan headshet ke
telingaku. Lagunya begitu menyentuh di hatiku aku tau ini ini adaalah lagu dari
sammy simorangkir kaulah segalanya. Liriknya sangat menyentuh dan semua itu
pernah kurasakan juga aku terhanyut mendengarkan lagu itu. hingga aku tertidur
di bahu Dika. Aku merasa damai dekat dengan Dika, setelah aku terlelap beberapa
lama rintik- rintik gerimis berjatuhan, Dika berusaha melindungiku agar tidak
basah karena rintikan gerimis dengan
tanganya. Aku yang tersadar dari tidur segera
bangun dan Dika mengajak ku berteduh di bawah pohon besar di depan kami. Dika yang melihatku basah kuyup dan
kedinginan melepaskan jaketnya dan memberikan padaku.
“ Nih pake jaknya...?”. kata Dika memberikan
jaketnya. Setelah hujannya cukup reda kami pulang dan Dika mengantarku sampai
ke rumah.
“ Masuk gih nanti masuk
angin”.
“ Iya kamu juga hati hati di jalan”. Lau aku
masuk dan Dika pulang .
Suara rintikan hujan
masih terdengar pelan, agin malam di luar jendela bertiup pelan menjatuhkan
sisa- sisa gerimis, terdengar nada dering ponsel tanda pesan masuk.
“(Kamu udaah tidur belum...)?”. Pesan singkat
dari seseorang yang tengah ku rindukan. Jari jariku mulai beraksi di layar hp,
membalas pesan itu.
“(Belum...aku
belum ngantuk....?)”. Balasku
“(
Jangan tidur terlalu malam...)”. Dika
“
(Terimakasih semuanya Dik...)” balasku lagi.
“(Sama –sama sekarang
kamu tidur udah mlem besok sekolah)”.
“( Aku akan tidur,
Selamat mimpi indah Dik)?”
“(selamat mimpi indah
juga)”.
Obrolan kami berhenti
disitu, meskipun hanya obrolan singkat tapi itu sudah mengobati rasa rindu ini.
Aku pun tertidur bersama ucapan selamat malam Dika.
Alarm berdering, angin
pagi berhembus menbawa embun basah,
rintikan sisa air hujan semalam tersapu angin berjatuhan menampar
dedaunan, dingin pun masih terasa menusuk tulang, membuatku semakain malas
untuk beranjak dari tempat tidur, dan pelukan selimut yang begitu hangat. Ku
raih dengan tangnku alarm yang masih berdering dan menambahkan lagi waktu 10
menit untuk melanjutkan tidur. Tak butuh waktu lama akupun terlelap kembali.
“ tut.tut” nada dering
pesan berbunyi”. Belum 10 menit aku
tertidur,aku kembali terbangun, dengan mata sayup ku baca pesan yang masuk.
“ (Nur.lihat ke jendela)”.
Setelah aku membaca pesan itu aku segera bangun dan beranjak dari tempat tidur
dan melihat ke jendela. aku melihat seseorang,dia adalah orang yang sangat ku kenal, dia adalah Dika,Aku melihat Dika
melambaikan tangn padaku , dia sudah berpakaian seragam rapih. Nada dering ponselku
kembali berbunyi.
“(Kamu cepat bersiap
ini udah jam 6 .20 aku tunggu kamu di
depan)”. Dika.
Aku melihat kembali
keluar jendela, Dika tersenyum
padaku,senyuman itu membuat hatiku berasa melayang.
Aku segera mandi, dan bersiap, kira-kira itu memakan waktu sekitar 20 menit,
dan semuanya sudah ku siapkan dan selesai. Lalu aku keluar menghampiri Dika
yang menunggu di kursi depan rumahku di bawah pohon.
“ Sorry Dik aku
kelamaan.?”
“ Nggak papa kok, udah
yuk kita berangkat?”. Kata Dika sambil tersenyum. Kami pun berangkat, kami juga
harus menunggu bus untuk sampai di sekolah. Dika melihat jam tanganya.
“ Jam berapa dik?”.
Tanyaku.
“ jam 7 kurang 15
menit”. Jawab Dika yang berada di sebelahku.
“ Aduh giman kita pasti
telat Dik?”.
“ Aku tau gimana
caranya biar kita ngga telat?”.kata Dika.
“Gimana ?”.
“ Kita ngga usah naik
bus tapi kita jalan kaki, nggak papa kan?”.
“ Iya deh yang penting
kita nggak telat”. Sahutku menyetujui.
Kami memotong jalan agar
lebih cepat sampai di sekolah, Dika menggandeng tanganku dan kami berlari, kami
melewati gang sempit di belakang kantorpos, lalu kami menyeberang rel kereta,
dan akhirnya kami tiba di belakang sekolah, kami berlari ke pintu gerbang yang
nyaris ditutup.
“ Sebentar pak satpam!” teriak Dika
yang masih terengah-engah.
“ Tapi kalian udah telat 1 menit jadi kalian
nggak boleh masuk”. Ujar pak satpam.
“ Gitu amat pak, kita kan cuman
telat 1 menit bukan 1 jam”.
“ yang namanya telat ya telat.
Kalian nggak boleh masuk”.
“ Lalu Dika memintaku mendekat padanya dan Dika
membisikan rencana padaku”. Lalu aku mengacungkan jempol padaku.
“Pak tuh di panggil”. Kata Dika sambil menunjuk
ke suatu arah, dan saat pak satpam itu menoleh kami segera lari dan masuk. Pak satpam yang menyadari jika tidak ada
sipapanun yang memanggil, sedangkan kami sudah berlari jauh.
“ Kalian !”. Ucap pak satpam berteriak pada
kami, kami berhasil lolos dan masuk ke lingkungan sekolah. Kami langsung menuju ke kelas. Saat kami
sampai di kelas.
“ Cie....barengan”. kata teman-tema teman
kelasku menyoraki kami.
Aku hanya tersenyum pada mereka dan sedikit
malu. Semua perhatian terpusat pada kami.
“Apa kita cocok?” Tanya Dika pada teman-teman kami di kelas,sambil
berdiri di sebelahku dan meletakan
lengannya di pundak ku..
“ ya 50% cocok”.
“Engga
cocok,Dika cocoknya sama aku”,
“mereka
cocok kok”,
“70 % deh”( Kata teman-teman di kelas)
“ Kalo menurut aku kalian tuh Cocok BGT. 100 %”.
kata Dewi sambil meberikan 2 jepolnya. Dan aku melihat ke arah Lissa, Lissa
tersenyum Dan juga memberikan jempolnya.
“ Oh
kalian semua bener banget, kita emang cocok karena sekarang Nur
pacarku”. Kata Dika dengan Pedenya. Aku yang mendengar ucapan Dika barusan
sangat terkejut, kenapa Dika secepat ini memberitahukan padaa semua orang
tentang hubungan kami, seolah kami adalah pasangaan yang paling beruntung
sedunia. Aku hanya tersenyum pada mereka semua dan menyingkirkan tangan Dika
dari bahuku, lalu aku duduk di tempat duduk ku. Dan Dika mengikutiku.
“ lihat teman-teman ,pacarku wajahnya jadi
memerah karena saking bahagianya dia jadi pacarkau”. Ucap Dika terus pamer dan mengusiliku. “ Oh
mungkin sekarang Dika lagi mengusiliku karena aku yang udah bikin dia jadi
telat, tunggu ajah nanti kamu ya Dika.”.ujarku dalam hati. Aku terus berusaha
tersenyum di depan teman temanku yang lain.
“ Kepedean amat nih anak, mau bikin masalah
sama aku rupanya ya”. Kataku berbisik ke
Dika.
“ Jelas kan aku emang ganteng makanya kamu mau
jadi pacarku... iya kan..?”. ucap Dika tersenyum menatapku.
“ Iya
deh pacarku ini emang ganteng”. Sahut ku balik tersenyum memujinya”.
Lalu Sandra Dewi,Rafi, Dan Menghampiri kami
dan mengajak aku dan Dika untuk belajar
bersama untuk persiapan Evaluasi di minggu mendatang.
“ Belajar bareng yuk..?”. kata Rafi
“ Okeh bos”. Sahut Dika sambil mengangkat
tangannya hormat.
Kami memulai dengan
mengerjakabn contoh soal-soal yang ada di buku paket, kami mengerjakannya masing-masing
setelah itu baru kami saling mencocokan jawaban kami. Setelah beberapa lama kami mengerjakan soal.
“ Aku udah selesai”. Ucap Lissa
“ Aku juga udah”. Ucap Dika lanjut.
“Aku bentar lagi kurang 2 nomer kok”. Ucap Dewi
nggak mau kalah.
“ Akhirnya selesai”. Ucap Rafi
“Aaargh ...aku tidak bisa soal ini”. Ucapku
mengeluh.
“Oh..pacarku kesulitan...jangan. Kawatir kan
kamu punya pacar yang nggak cuman
tampan, imut ,tapi dia juga cukup
pintar untuk masalah ini. Ucap Dika membangakan dirinya seolah dia tau
segalanya.
“ Dasar sok pinter” Bilang ajah kalo kamu
pengin aku yang ngajarin agar kamu bisa deket-deket terus sama aku kan..?”.
“Ih sotoy, emang beneran aku gak bisa”.
“ Aah pacarku juga imut ternyata kalo dia lagi marah?”.
Ucap Dika lagi. Tanpa pikir panjang aku
langsung berdiri beranjak dari tempat duduku dan berjalan ke belakang Dika.
Saat Dika akan berbicara aku langsung menyergapnya di posisi Dika yang duduk di
tempat duduknya, dengan posisi lengan ku berada di leher Dika seakan aku akan
mematahkanya.
“ Kok kamu diem ajah, kamu nggak takut kalo aku
bisa mematahkan lehermu”. Kataku masih dalam posisi yang sama.
“ Aku nggak akan patah leher karena kamu Nur,
tapi aku akan patah hati kalo kamu meninggalkan aku”. Ucap Dika sambil menoleh
ke arah ku dimana wajahku tepat
disamping kepala Dika dan ketika Dika menoleh ke arah ku posisi wajahkami
benar- benar dekat dan aku langsung terpaku dengan posisi itu.
“ Ehem, ehem...”. Sandra berdehem
“Panasnya hawa disini aku mau cuci muka
dulu..muka ku sangat kering sepertinya aku harus ke toilet dulu”. Ucapku sambil
mengipas ngipas wajahku dengan tanganku dan aku pergi keluar.
“
Perasan hawanya biasa ajah nggak dingin kok”. Ucap Rafi.
“
Karena hati seorang cewe itu Lebih peka”.kata Dika
“ Kenapa kamu juga jadi sepeka itu dengan
urusan hati Dik?”. Ucap Lissa. Dika tidak menjawab pertanyaan Lissa dan hanya
tersenyum.
Hati
seoranga perempuan memang sangatalah lembut, bahkan seorang perempuan bisa
menangis hanya dengan sebuah kata-kata, dan tertawa, tersenyum bahagia karena
sebuah kata- kata. Dan mungkin tidak semua orang memahami itu. Karena mereka
hanya bisaa di pahami dengan cinta. Mungkin kadang mereka bersikap seolah
mereka batu karang yang berdiri tegak tak goyah di gempur deburana ombak
padahal mereka merasa tercabik . Memang seperti itulah perempuan, berusaha
tegar kadang mereka menangis di balik ketegaran itu, dan menyimpan semuanya
sendiri.
Part 4
# Akankah peringkatku naik?
Sekarang sudah hari
minggu tanggal 17 september 2017 adalah H-1 pelaksanaan evaluasi bersama. Hari
terakhir untuk mempersiapkan untuk mematangkan pelajaran mapel MTK yang akan di
ujikan senin besok, obrolan group Whatsapp kelas sedikit sepi dari biasanya
karena semua sedang sibuk belajar. Nada dering ponsel berbunyi. “Aku ada di
depan rumah kamu”. Begitulah pesan yang ku baca. Lalu aku keluar untuk menemui Dika.
“ loh dik kok kamu palah kesini kan besok ada
Evaluasi,kamu gak belajar?”. Tanyaku
“ Aku inget kemarin waktu kita belajar bersama,
katanya ada soal Mtk yang susah yang nggak bisa kamu kerjakan, jadi aku ke
sini”.
“ Terus kenapa..?”. tanyaku.
“Sini aku ajarin”.kata Dika padaku.
“ Okeh..” sahutku , lalu aku pergi untuk mengabil buku.
“ Soal ini dik yang aku gak biasa” kataku sambil menunjukan soal
itu pada Dika. Lalu Dika memintaku utuk mencobanya lagi dengan dengan cara yang
berbeda, cara yang biasa Dika gunakan untuk menyelesaikan soal, cara yang Dika
temukan sendiri. Dika mengajarkanya padaku dengan sabar,itu karena aku memang
sedikit lama dalam memahami sesuatu apalagi yang berkaitan dengan mapel MTK.
Setelah aku mengenal Dika
dan tau ternyata tentang dirinya, ternyata Dika dalah siswa terbaik di sekolahnya sebelum Dika pindah ke sekolah
ini. Alasan Dika pindah sekolah adalah karena pekerjaan ayahnya dulu Dika
pernah pindah sekolah beberapa kali juga karena pekerjaan ayahnya. Entah siapa
yang akan mendapat urutan pertama besok, apakah akan ada posisi peringkat yang
tergeser karena kedatangan Dika. Dan aku akui Dika yang ku kenal selama ini dia
pintar , dan tidak kalah pintar dengan Lissa sepertinya. Tahun lalu saat kenaikan kelas yang menempati
peringkat pertama adalah Lissa, peringkat ke ke dua Rafi daan peringkat ke
tiganya Lena.
“ Aku nggak yakin besok aku akan naik peringkat,mengerjakan
soal seperti ini saja aku kesulitan, aku akan senang sekali jika saja aku bisa
naik satu peringkat saja dari peringkat yang sebelumnya”.
“ Itu bisa dilakukan ..”. ucap Dika
“ Itu sulit..?”. sahutku lagi.
“Itu bisa...”. ucap Dika lagi.
“ ya baiklah itu Bisa”. Ucapku mengalah.
“ aku akan melakukanya..”.
“ Maksud kamu..?” tanyaku tak paham.
“ aku akan buat kamu naik 1 peringkat seperti
yang kamu inginkan”.
“Bagai mana caranya?” tanyaku lagi.
“ Tentusaja dengan Belajar”. Tegas Dika
“ Aku nggak suka belajar”. Ucap ku lagi.
“ Kamu harus suka?”.
“ Kalo aku tetap gagal gimana, bukanya naik
peringkat tapi turun peringkat”. Keluhku lagi.
“ Kalo kamu bisa naik peringkat aku bakal ajak
kamu ke suatu tempat kemanapun yang kamu inginkan”.
“ Kalo gagal gimana?”. Tanyaku lagi.
“ Kalo kamu gagal kamu harus traktir aku makan
apapun yang aku mau”. Ujar Dika.
“ Okeh aku setuju”. Lalu kami berjanji
kelingking seperti anak kecil. Dan Dika lanjut mengajariku soal yang lain. Kira
kira kami belajar selam 2 jam lebih, jam sudah menunjukan pukul 16.00, dan
sinar matahari sudah mulai tenggelam. Karena hari sudah semakin sore dan Dika
juga harus pulang, aku pun menyuruh Dika
pualang.
“ Dik udahan belajarnya, udah sore aku harus
bantuin ibu ku masak, dan kamu juga harus pulang udah sore soalnya. Kita lanjut
besok ajah”.
“ Okeh.. selamat belajar nanti malam Nur.
SEMANGAT!”. Ucap Dika menyemangatiku. Lalu Dika pun pergi, dan aku membereskan
buku yang ku gunakan untuk belajar”.
“ Hati-hati Dik ?”. ucapku pada Dika.
“ Iya..pacarku sayang”. Ucap Dika tersenyum.
Dan Dika pun pergi. aku melambaikan tangan pada Dika dan Dika membalasnya.
Langkahnya begitu ringan Dika sudah tak terlihat mengilang di persimpangan
jalan. Lalu aku pun masuk ke dalam rumah untuk membantu ibuku di dapur.
Hari ini adalah senin
18 september 2017, dimana kami para
siswa harus mengikuti Evaluasi bersama.
Mungkin menurut mereka yang siswa pintar bukan masalah, tapi bagi kami
semua bentuk ujian sangatlah membuat pusing, kami harus belajar dengan keras,
kami juga jadi tidur larut malam karena belajar, bahkan kadang kami belajar
hingga tertidur. Aku tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Aku langsung menuju ke kelasku, lalu Dika dan Rafi
datang.
“
Hai Nur?” sapa Rafi.
“
Hai juga”. Sahutku
“ Tadi aku ke rumah kamu tapi kamu sudah
berangkat duluan, tumben lebih awal,kenapa?”. Tanya Dika tersenyum.
“Nggak papa, aku tadi bangun lebih pagi, jadi
berangkat sekolahnya juga jadi lebih pagi”.
“Oh...gitu,
pacarku harus semangat belajar oke..biar peringkatnya naik”. Ucap Dika
sambil meletkan tas di tempat duduknya di sebelah mejaku dengan ekspresi yang
di buat buat. Aku hanya tersenyum pada Dika, jam sudah menunjukan pukul 06.54
semua sudah ada di tempat duduk masing-masing. Suara bel masuk berbunyi
Seorang pengawas masuk dengan membawa amplop
coklat yang berisi soal-soal.
“
Selamat pagi anak -anak?”
“
Pagi”. Jawab semua siswa.
“ Semua buku , kertas semuanya tidaak boleh ada
yang di atas meja keculai alat tulis dan
kartu ujian”. Lalu semua siswa memasukan buku dan yang lainya ke dalam tas.
Lembaran soal mulai di bagikan.
Bel berbunyi dua kali “tet..tet..” tanda kita
memulai mengerjakan soal. Kami mulai megerjakan soal satu persatu. Menit –menit
terus berjalan. 80 menit telah berlalu. Bel berbunyi tiga kali “tet..tet.tet....”tanda
waktu mengerjakan soal tinggal 10 menit. Terlihat semua siswa berusaha
menyelesaikan soal-soal ujian dengan cepat, entah apa hasilnya yang jelas
selesai tepat waktu. Bel berbunyi sekali lagi tanda ujian telah usai. Semua
siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya.
“ Ya waktu sudah habis, tidak ada lagi yang
mengerjakan, semua di kumpulkan”. Ujian
hari pertama selesai, masih ada 4 hari lagi ujian yang masih harus di
selesaikan, kami masih harus berjuang di hari berikutnya. Rutinitas siswa di
saat ada ujian,terus berjalan, belajar, belajar , dan belajar. Itulah yang
biasa di lakukan. Apalagi siswa sepeertiku yang benar-benar harus berjuang
dengan keras untuk mengkadapi ujia. Aku tidak mahir dalam bidang Akademik,
bahkan aku tidak minat dengan les-les diluar seperti teman-teman yang lain. Aku
berfikir mesipun aku les aku juga tidak yakin akan hasil yang didapatkan. 5
hari telah berlalu, begitupula ujianpun selesai. Ini adalah saat saat yang juga
menegngkan, hasil ujian akan segera di umumkan. Ujian akan di umumkan pada
pukul 10.00. jadi kami masih harus menunggu hingga pukul 10 untuk mengetahui
berapa hasil yang kami peroleh.
Sekarang
sudah tepat pukul 10 pak Andre sudah siap dengan kertas di tanganya sedang
menuju ke kelas kami.
“
liat..dong pak..., pak andre liat, liat lia”. Suara siswa siswa yang
mengikutinya meminta agar dia memperlihatkannya. Lalu pak Andre masuk ke kelas,
dan juga siswa kelas kami yang terus membuntutinya di belakang.
“
Kalian mau apa?”. Tanya pak Andre.
“
Mau lhiat itu pa..?”. jawab salah seoranag siswa.
“ Tenang ajah, nanti juga di kasih tau kok”. Ujar Anwar yang duduk di bangkunya seolah dia tak khawatir dan tak
peduli akan nilainya. Bahkan meskipun dia selalu berada di urutan terakhir dia
terlihat sama sekali tak kawatir pada nilainya.
“
Sipp , dua jempol buat kamu Anwar”. Sahut pak andre. Lalu semuanya duduk di
tempat masing masing. Pak Andre mulai memanggil nama kami satu per satu,
membacakan nilai hasil ujian kami.
“ Rafi”. Panggil pak Andre, lalu Rafi
mengangkat tanganya.
“Selamat hasil
Evaluasi kamu cukup memeuaskan, kamu mendapat urutan ke tiga”. Semua
siswa bertepuk tangan.
“ Siapa yang mendapatkan urutan ke dua dan
pertama ya?”.
“ Kalo menuurut ku yang dapet peringkat pertama
jelas lissa, kan dari dulu belum ada yang bisa ngalahin Lissa”.
“ Kalo menurut aku bukan lissa deh Tapi Lena dia
kan juga pinter, kemarin dia kan peringkat 2, barangkali sekarang satu”. Ujar
para siswa memperdebatkan masalah mengenai siapa peringkat satu dan dua di
kelas mereka.
“ Lissa”. Sebut pak Andre. Wajah Lissa sudah
berseri mendengar namanya di sebut.
“ Sayang sekali Lissa ada yang berhasil
menggulingkan kamu dari posisimu, tapi tidak apapa kamu tetap mendapat
peringkat, kamu masuk di peringkat 2..tepuk tangn semuanya”.
Lissa sedikit kecewa denga peringkatnya yang
menurun. Lena yang merasa punya kesempatan dan yakin bahwa dirinya lah yang
berhasil mengalahkan Lissa. Dan semua siswa di kelas itu juga berfikir hal yang
sama pula.
“ Selamat. Dika. kamu jadi peringkat pertama”.
Lena yang begitu berharap, bahkan dia tidak bisa masuk peringkat 3 besar. Aku
percaya kalo Dika bisa mengalahkan Lissa, karena dulu ajah sebelum Dika pindah
ke sekola ini Dika mendapat peringkat terbaik di sekolahnya. Sekolahnya yang
dulu juga merupakan skolah favorit bahkan lebih bagus dari sekolah ini,karena
sekolahnya yang dulu adalah sekolah termahal, terbaik, dan tentu saja Dika
mudah untuk mendapatkan peringkat di sekolah ini.
“ Selamat ya Dik”. Ucapku memberi selamat.
Semua siswa di kelas bertepuk tangan kagum pada pencapaiaan dika.
“ Dan Anwar...”. sebut pak Andre.
“Sebaiknya kamu lebih bekerja keras lagi untuk
belajar, agar nilaimu sedikit lebih baik”. ucap pak Andre menasehati. Anwar
hanya mendengarkanya tanpa bergairah, seolah dia tidak ada hasrat untuk berhasil
dalam setudinya. Tapi pak andre tidak marah dengan sikap Anwar yang begitu tak
menghargainya, dan pak Andre setiap hari teteap berusaha menjadi teman untuk
murid-muridnya.
“
Nur viyan”. Kata pak Andre menyebut namaku.
Dika
mentap kearah ku dan tersenyum.
“ Kamu juga harus membagi waktu mu untuk
belajar agar nilaimu naik, memang nilai kamu naik dari sebelumnya tapi
peringkatmu masih sama. Jadi ,SEMANGT BELAJAR”. Ucap pak Andre agar aku tetap
semangat belajar.
“ Nggak papa nur, ini
baru awal”. Kata Dika Menghiburku.
Aku sudah yakin ini
yang akan aku dapatkan karena aku memang tidak menyukai matapelajaran apapun
selain olahraga. Bahkan kadang aku merasa malu dengan diriku sendiri. Itu yang
ada dalam pikiranku saat ini.
“Sekian untuk pertemuan hari ini, selamat pagi”.
Lalu pak Andre keluar meniggalkan ruang kelas.
Memang kecawa jika mengharapka
sesuatu dan sesuatu itu tidak ada. Semua orang pasti menginginkan sesuatu yang
baik, tak lain dengaan aku, aku sangat berharap suatu saat aku bisa mendapatkan
nilai yang baik, seperti yang diharapkan semua pelajar.
Semua pelajaaran hari
ini telah usai. Di depan lobi kami berjalan bersama, aku dan Dika. Kami
berjalalan bersebelahan.
“Udah aku duga sebelumnya kalo nilaiku bakal
menurun”. Ucapku kecewa.
“ Nggak papa, seperti yang aku bilang pagi tadi
ini baru awal dan belum berakhir masih ada waktu untuk memperbaiki nilaimu, dan
aku akan membantu kamu untuk mewujudkan semua itu”. kata dika menyemangatiku.
“ Udahan sedihnya, kamu masih inget perjanjian
kita sebelumnya kan..?”. Tanya Dika.
“ Iya aku inget kok, sekarang aku emang gak
bisa tapi ujian selanjutnya aku bisa, liat ajah nanti”. Ucapku memotivasi
didriku sendiri untuk bisa berhasil dengan keinginanku.
“ Aku tau tempat makan
yang enak”. Kata Dika padaku.
“ Dimana..?”. Tanya ku
balik. Dika tidak menjawab pertanyaan ku. Kami berjalan menuju tempat yang Dika
maksud.
“Ini tempatnya”. Ucap Dika ketika kami tiba di
tempat yang Dika maksud.
“ Tapi tempat ini kan
sangat mahal Dik..”. kataku
“ sesuai perjanjian kemarin aku mau makan yang
aku mau, dan aku ingin makan disini, jadi kamu yang harus membayar”.
“ Baiklah..”. sahutku. Dika tersenum padaku.
“Kamu terlihat bahagia saat mengerjaiku, tapi
lihat saja besok aku yang akan mengerjaimu”. Ucapku lagi.
Dika hanya tersemum
padaku, lalu dika memesan makannanya.
Satu pesanan makanan sudah datang.
“ Wah ini terlihat sangat enak, aromanya saja
sangat menggugah”. Ucap Dika. Lalu dia mulai memakanya dengan begitu semringah
seolah dia tak mau membaginya dengan siapaun.
“ Kamu makan seperti orang yang kelaparan
selama seminggu nggak makan”. Ucapku sedikit heran.
“ Ini enak loh.. apa kamu nggak mau..?”.
“ Enggak,belum tentu uangku cukup untuk
membayar makanan yang kamu pesen, apalagi kalo aku ikut makan”.
“ Emang kamu bawa uang berapa..?” tanya dika.
“ Kenapa..?”.tanyaku.
“ Ini udah abis, aku mau nambah ayam bakar”.
“ Ta..”. sebelum aku menyelesikan ucaapaknu, Dika
memesan makanan lagi.
“ Mbak ayam bakar 1 porsi”. Dika memesan.
“ Kamu yakin akan memakan semua itu...?”. lalu
pesanan Dika datang. Dan Dika memakan semuanya tanpa sisa. Dan mesanan selanjutnya juga datang.
“Wow ini terlihat luar bisa bukan..”. ucap dika.
“ Kamu yakin akan makan semuanya..?”. tanyaku
pada Dika sekali lagi, karena Dika memang sudah makan terlalu banyak.
“ Tentu aku akan makan semuanya, aku setuju
dengan ucapan mu barusan kau juga memperkirakan berapa total yang harus kamu
bayar. Ucap dika seolah dia akan mengerjaiku, itu feeling ku.
“ Aku sudah selesai ayo kita pulang?” Kata Dika
dengan suapan terkakhir, dan dia mengelap mulutnya dengan tisu”. Lalu kami ke
kasir untuk membayarnya.
“ Berapa semua mba..?” tanyaku.
“ Totalnya...60.500 Mba”. Kata mbak-embak di kasir.
Aku yang kaget dengan total yang harus di bayar. Aku melirik ke arah Dika dan dia hanya meringis ke arahku. Lalu aku
mengambil uang di dompetku. Saat aku membuka dompet hanya terlihat lembaran
berwarna Biru senilai 50.000 ribu. Dan 1 lembar uang berwarna ungu senilai
10.000 rupiah,semua berjumlah 60.000 ribu dan jumlah itu masih kurang 500
rupiah. Aku mencari sisa uang recehan
yang terselip di dompet. Total harga
makanan yang Dika pesan seolah sudah direncanakan, sampai menyapu bersih
uang di dompetku bahkan recehan 500 sisa
beli gorengan di kantin mbok Juary juga ikut terseret, lalu aku memberikan
uangnya ke kasir.
“ Terimakasih,jangan lupa datang kembali”. Kata
si Embak kasir. Setelah membayar kami pun pergi.
“ Gimana?aku tadi berhasil memakan habis
semuanya kan..?”. ucap Dika dengan bangganya.
“Bukan cuman ngabisin makaanan ajah, tapi kamu
juga udah nguras bersih dompet ku, termasuk uang saku ku hari ini”. Sahutku.
Dika hanya tersenyum dengan sedikit meringis memperlihatkan giginya,seperti
orang tak punya salah.
“ Aku makan sesuai perjanjian kemarin kan...?”.
tanya Dika.
“Oh iya kamu hebat... kamu makan sesuai
perjanjian kok..”. ucap ku sedikit geregetan.
“ Kan emang aku makan sesuai perjanjian,
kemarin kan perjanjiannya kamu mau tlaktir makan apapun yang aku mau”.
“ Setidaknya sebelum makan di restaurant itu
seharusnya kamu bilang dulu, coba ajah.. kalo tadi uang ku nggak cukup, masa
aku ngutang di restaurant, kan nggak banget.
“ hihihi...”. dika tertawa seolah dia sangat puas
dan bahagia mengerjaiku.
“ Awas ya nanti kalo aku berhasil naik
peringkat di ujian selanjutnya kamu harus tepatin janji kamu, buat ngajak aku
pergi kemanapun yang aku mau”. Ucap ku menantang diriku sendiri untuk lebih
berkerja keras untuk belajar agar peringkatku bisa naik.
“ Tentu pacar ku yang imut...”. Ucap Dika
menatapku.
Kami berjalan berdua
bergandengan tangan menyusuri jalan dengan di temani tiupan angin yang terus
mengelus pucuk pucuk pohon, yang membuatnya berayun lembut,membawa daun kering
yang melayanng bersamanya.
# Apa dia akan
meningglkanku?
Matahari bersinar
melewati awan,menerobos sela-sela ranting pohon mengirim cahaya kehidupan untuk
semua mahluk yang membutuhkanya. Hari ini adalah genap 3 bulan kami berpacaran,
dan selama ini Dika selalu ada Disaat aku membutuhkan seseorang yang mau
mendengarku, disaat aku membutuhkan seorang teman, seorang guru, dan seseorang
yang mau memberikan tanganya ketika aku terjatuh. Aku selalu berharap agar
semuanya tetap seperti itu.Hari ini aku merasa sangat merindukan Dika, meskipun
kami setiap hari selalu bertemu. Tiba –tiba
Suara dering tanda pesan berbunyi “ Nur aku tunggu kamu di taman...”.
pesan ini dari Dika, aku segera bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan Dika.
Terlihat seseorang dengan
jaket abu-abu tengah duduk di bangku taman sendirian. Dari jauh aku telah
mengenalinya, Dika, ya dia adalah Dika yang selalu tampil keren berwibawa ,baik,
dan apa adanya. Lalu aku menghampiri
Dika. Dika yang menyadari kehadiranku dia melihat ke arahku dan tersenyum. Lalu
aku duduk di sebelahnya.
“ Udah lama nunggu..?”.
kataku membuka bicara.
“Enggak kok , aku juga
baru nyampe ..”. sahut Dika.
“ Aku ada sesuatu buat
kamu ”. Ucap dika lanjut.
“Sesuatu apa..?”. tanyaku penasaran. Lalu dika
mengambil sesuatu dari belakang kursi yang kami duduki.
“ Buat kamu, ”. Ucap Dika sambil memberikan seikat karanggan bunga
padaku.
“ Makasih...ini indah sekali Dik”.
“ Kamu suka .?”.
“ hem m m”. Jawabku dengan mengangguk.
“Aku tau kamu mau bicara sesuatu kan”. Kataku
lagi.
“ Udah keliatan dari ekspresi kamu, pasti ada
sesuatu yang mau kamu omongin sama aku kan?”. Kataku smbil melihat karangan
bunga yang Dika berikan padaku.
“ Masa sih..”. kata Dika sambil menaruh
tangannya di pundaku sambil menatapku dan tersenyum.
Aku
melihat ada sesuatu yang begitu berat untuk Dika ungkapkan.
“ Kalo emang kamu nggak mau kamu cerita sekarang nggak papa”.
Ucap ku pada Dika yang terlihat tengah bingung akan sesuatu. Dan Dika
mengangguk, Dika membelai rambutku yang terurai.
“ Kamu inget nggak waktu kita pertama
jadian..?”. tanya Dika.
“ Iya aku inget semuanya, waktu itu kamu bikin
banyak banget kejutan, kamu bilang Nur I Love You, ...”. ucapku. Dika yang
melihat ku memperagakan dirinya saat menyatakan cintanya padaku diapun tertawa.
“ Nur jangan pernah lupakan aku ya...?”.
“ Kenapa aku Bisa melupakan kamu, kan kamu
selalu ada di sisihku”. Dika juga hanya membalas ucapanku dengan senyumannya.
Kami duduk berdua di
kursi ini berjam-jam, mengingat kenangan kenangan yang telah lalu, mulai dari
saat mulai saling menyatakan perasaan , hingga sekarang ini. Di taman inilah
kami saling menyatakan perasaan dan di tempat inilah kami sering menghabiskan
waktu bersama. Nada dering panggilan
berbunyi, itu berasal dari ponsel milik Dika.
“ Bentar aku angkat telfon dulu”. Kata Dika.
“ Aku akan segera pulang ”.Ucap Dika pada orang
yang menelfon Dika.
“ Maaf Nur aku harus pulang sekarang...?”
“ Apa tadi ayahmu yang menelfon?”. Tanyaku
“ Iya .. ayakhu memintaku untuk segera pulang.
“ Okeh, hati-hati ..”.
“Aku anterin kamu ya..”.
“Okeh..” jawabku. Lalu Dika mengantarku pulang
sampai rumah.
Malam telah tiba,
dingin angin malam mulai terasa. Biasanya sebelum Tidur Dika selalu mengirimkan
Pesan” selamat malam selamat mimpi indah”. Aku menunggu pesan itu. menit menit terus berlalu dan
pesan itu juga belum masuk. Aku teruss menunggunya, malam semakin larut dan
pesan itu pun tak ada, mungkin kali ini dika tengah sibuk sehingga membuat di
lupa untuk mengirim pesan padaku.
“ Lebih baik aku tidur toh besok akan ketemu di
sekolahan”. Lalu aku tertidur dengan menunggu pesan Dika.
Malam telah berlalu dan
tergantikan oleh pagi, aku sudah
rapih dengan seragam ku, dan aku menunggu Dika
di depan rumah, karena biasanya Dika selau datang untung mengajaku berangkat ke
sekolah bersama. Sudah beberapa lama aku menunggu Dika tapi kenapa Dika belum
juga datang. Apa Dika udah berangkat duluan ?, jam sudah menunjukan pukul 06.35
tapi Dika belum juga datang. Aku
berfikir mungkin Dika Berangkat lebih awal dan ada keperluan jadi Dika tidak
sempat menjemputku. Lalu aku memutus kan untuk berangkat ke sekolah sendiri saja.
Sesampainya di sekolah
aku masuk ke kelas, di kelas Dika juga nggak ada. “ sebenarnya Dika kemana?
Kenapa dia tidak mengirimi ku pesan dan dia tidak datang ke rumahku tadi pagi,
dan di sekolah juga nggak ada,kemana sebenarnya Dika pergi”. kataku terus bertanya
dalam hati. Tiba-tiba Rafi datang.
“ Rafi..”.panggilku.
“Iya ada apa Nur..?”.
“ Rafi kamu tau Dika
keman nggak..?”. tanyaku pada rafi.
“ Kok aku dari tadi nggak liat Dika, Dika
kemana ya..?”.
“ Oh iya Semalem Dika kerumah ku, dia minta
tolong ke aku, kalo Dika pagi ini akan
terbang ke singaphore, Dika akan pindah sekolah” Ucap rafi menjelaskan.
“ Singaphore?..pindah sekolah..?” maksud kamu
apa?”. Tanyaku menginginkan penjelasan dari Rafi. Aku sangat kaget mendengar
ucapan Rafi tentang kepindahan Dika yang begitu mendadak.
“
Kenapa Dika sebelumnya nggak
bilang apapun sama aku..? aku chat nggak di bales, di telfon gak di angkat”.
“ Kamu tenang dulu Nur, semalem ponsel Dika
Rusak sedangkan ayahnya menyuruhnya untuk cepat -cepat berkemas, karena pagi
ini mereka akan terbang ke singaphore, jadi dia tidak punya waktu untuk
memperbaiki ponselnya”.
“ Untuk apa Dika harus pindah ke Singaphore?”.
Tanyaku lagi.
“ Itu karena pekerjaan ayahnya, mau nggak mau
Dika harus ikut ayahnya, Dan Dika juga sebenarnya mau bilang ini semua waktu
kalian di Taman. Tapi karena Dika nggak mau kamu sedih jadi Dika nggak
mengatakan apapun”. Ucap Rafi terus berusaha menjelaskan.
“ Dika berangkat jam berapa...?”. tanyaku.
“ Jam 7.30, kamu mau kemana?”. Setelah aku
mendengar jam keberangkatan dika jam 7.30 aku langsung pergi ke rumah Dika dan
membolos sekolah.
Aku berharap Dika belum
berangkat karena aku ingin bertemu dengannya. Aku berlari ketempat
memberhentian bus . Aku menunggu bus yang searah ke Rumah Dika. Setelah
beberapa menit akhirnya busnya datang,Lalu aku naik bus dan menuju rumah Dika.
Setelah aku tiba tepat di depan Rumah Dika. Rumahnya terlihat sepi.
“ Dik...dika ..” kataku terus memanggil Dika.
“ Maaf neng cari siapa..?”. tanya satpam penjaga rumah .
“ Pak satpam Dika udah berangkat belum ya..?”
tanyaku.
“ Den Dika sama Bapak udah berangkat dari tadi,
neng ada keperluan apa .?”.
“ Aku terlambat...Dika udah pergi, terimakasih
pak”.
lalu aku pun pergi dari
rumah Dika dengan perasaan kecewa, seolah hubungan yang selama ini kami jalin
tidak berarti, bagaimana mungkin seseorang yang begitu kucintai pergi
meninggalakan ke tempat yang jauh,tanpa sapatah katapun.
“Dika udah pergi dan tanpa mengabari aku sama
sekali, apa segitu nggak pentingnya aku sampe-sampe dika lupa sama aku”.
Rasanya dada ini begitu
sakit, bahkan airmataku tak bisa lagi ku tahan.
Aku terus berjalan
tanpa tau arah kemana kakiku melangkah. Aku hanya berjalan mengikuti jalan berlawanan
dari arah menuju rumah Dika, aku terus berjalan dan berjalan hingga aku sampai
di taman tempat aku dan Dika sering menghabiskan waktu bersama. Aku berhenti di
taman itu. Aku melihat banyak kenangan di sini bersama Dika sebelumnya, Dan
satu hari sebelumnya aku dan Dika juga bersama di sisni. Rasanya begitu sakit melihat
taman ini karena mengingtakan semua tentang Dika. Dan baru kemarin Dika
mengatakan agar aku tidak melupakannya,dan itu karena dia akan pergi. “Apakah Dika akan melupakan aku? Apakah Dika
tidak peduli padaku, Apakah dika akan meninggalkan aku, dan apakah cinta Dika
tulus padaku..?. aku tidak tau semua itu. aku tidak mengerti”. Pertanyaan-pertanyaan
itu terus saja muncul di benakku. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, karena
di taman ini aku hanya bisa melihat kenangan ku dan Dika yang membuatku semakin
pilu. Aku berjalan sendiri,terdiam di setiap langkah, air mataku yang terus
menetes, tersapu angin dan perlahan mengering.
Sudah satu minggu sejak
kepergian Dika dan tak ada juga kabar darinya, mungkin Dika telah benar-benar melupakan aku. Sebuah harapan ini
apakah akan pupus sampai disini. Kekecewaan yang ku rasakan, masih terasa
begitu dalam dan menyayat. Mungkinkah semua sudah berakhir di sini dan selesai
sudah semua kisah ini? Ketika hati ini mulai belajar tentang cinta, mengapa
cinta yang ku miliki pergi ?. Dan aku juga merasakan rindu yang menyakitkan
dimana dulu aku tak percaya akan semua rasa itu.
Terlihat foto seseorang
dalam sebuah bingkai di ujuang meja belajar, saat melihat foto itu hatiku
tersayat. Aku tak bisa mengatakan semua ini pada sipapun, dulu aku selalu
berbagi cerita dengan Dika, tapi sekarang dia telah pergi, dia telah menghilang
tanpa kabar, tapi seandinya dika tau aku masih menunggunya disisni. foto itu yang membuat ku merindukanya setiap
saat, membuatku meneteskan airmata mengenang semuanya, semua tentang Dika. Aku
tak sedikitpun memindahkanya, dia masih tetap berada di tempatnya bahkan sejauh
ini dia pun masih ada di hatiku yang terdalam.
Ku goreskan kerinduanku
dalam diary ku. Ku tuliskan di lembaran ini sebagai tempat ku menumpahkan
kesesakan yang terasa pilu.
Aku sungguh
merindukannya, aku merindukan kamu yang selalu ada di saping ku Dik , selalu
ada untuk ku, kau yang menghapus airmataku ketika aku menangis kini kau tak ada
lagi bersamaku. Apakah kamu merindukanku
sekarang? Apa kamu tau aku menangis di sini?, apa kamu tau aku merindukanmu
disini?, apa kamu tau aku masih mencintaimu?,dan apakah kamu tau aku menunggumu Dik ?, seandainya kau
mendengar ku saat ini, ku mohon kembalilah Dika aku sungguh merindukanmu.
Aku membiarkan
tulisanku dengan semua pertanyaan tanpa jawaban
itu mengisi lembaran di halaman ini dan berharap suatu saat akan hadir
semua jawaban akan pertanyaan itu. Tiba tiba suara pintu kamarku terbuka. Aku
melihat seseorang yang sangat bersahabat berdiri membuka pintu,rupanya dia adalah Lissa .
“ Hay ... kamu lagi
ngapain nur?”.
“ Lagi nunggu kamu...”
jawbku sambil tersenyum.
“ Eleh dasar tukang bohong...kamu lagi
tulis-tulis apaan kasih tau dong ?”.
“ Nggak mau ah...pengin
tau ajah ...kepo!” sahut ku.
“ OH sekarang main rahasia rahasiaan nih...”.
Tiba tiba
Lissa merebut buku diary miliku dia terus
berusaha membacanya, tapi aku pun terus menghalang halanginnya agar dia tidak
bisa membaca apa isi diarynya. Dan akhirnya akau berhasil merebutnya kembali
dari Lissa lalu memasukannya ke dalam lemariku agar Lissa tidak membacanya.
“ kamu bikin aku penasaran ajah, tadi isinya
apa sih?”. Tanya Lisa semakin penasaran.
“ Udah ah jangan bahas buku diary ku lagi,
sekarang dia udah aman hehehe”. Kataku yang merasa lega.
“ Iya deh...biarin ajah si buku tenang di
lemari sana...oh iya ,udah ada kabar dari Dika belum Nur?”
“ Sampai saat ini Belum”. Jawabku singkat.
“ Mungkin Dika lagi berusaha buat hubungin kamu
nur, kan sebelum dika pergi Dika ngasih tau Rafi katanya ponselnya rusak jadi
nggak bisa hubungin kamu”. Aku hanya
mengangguk mendengar ucapan Lissa.
“ Tapi kamu juga jangan terlalu sedih karena
semua ini kamu harus tetap bersemangat Okeh..”.
Lissa adalah teman
sekaligus sahabat, dia yang sering memotivasi dan selalu memberikan suportnya
agar aku tetap bersemangat. Dan dulu Lissa juga sempat suka sama Dika bahkan
Lissa sudah mengutarakan perasaanya pada Dika tapi Dika tidak menerima cinta Lissa
dan menganggap lissa adalah sebatas sahabatnya, meskipun begitu tapi Lissa
bukan tipe cewe yang mau bersaing untuk
mendapatkan cowok yang dia suka dengan sahabatnya. Jadi Lissa merelakan agar
aku dan Dika bisa bersama. Tapi pada nyatanya sekarang tak bersamaku.
“ Nur aku hanya bisa mendoakan yang terbik
untuk kalian berdua, jika Dika bener-bener cinta kamu, suatu saat Bakalan
kembali sama kamu kok”. Ucap lissa padaku, Lissa berharap harapanku tidak pupus
begitu saja dan dia selalu menyemangatiku.
“ Ya Lis aku juga berharap seperti itu, tapi
nyatanya sampai sekarang Dika sama sekali gak ada kabar kan..?”. jawabku
melemahkan harapanku sendiri.
“ Apapun yang terjadi kamu nggak boleh larut
dalam kesedihan Nur Okeh..?”. ucap Lissa sambil mengacungkan kedua jempolnya
menyemangatiku. Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.
“ Eh aku punya filem Baru nih..kamu mau nonton
nggak..?” tanyaku pada Lissa.
“Filem apa...tapi jangn bilang itu Film horor
ya...?”
“ Iya horor banget. lagi...”. jawabku
“ Ah enggak ah kamu kan tau aku nggak suka sama
gituan..”. kata Lissa merengak menolak.
“ Enggak ...bukn horor kok...ini filem
Komedi...tenang ajah ..kita bakal ngakak ketawa ngeliat tingkah bodoh para
aktor ganteng di film nya”.
“ Yang bener..?:
“ iya beneran kok”. Jawabku sambil menyalakan
laptop.
“ Awas ajah nanti kalo bohong...”. kata Lissa
mengancam.
“ Nih anak gak percayaan banget sih.. nih liat
ya... ”. kataku sambil memutar film nya”.
“ Tuh kan aku enggak bohong lis..?”
“ Iya deh...”. lalu kami menonton bersama, kami
tertawa bersama menonton filem itu, kami
menghabiskan berjam jam untuk menonton film filem komedi yang ku ambil dari
internet.
“ hahaha..film nya emang lucu banget Nur...tapi
sekarang udah sore ,aku harus pulang nur?”. Ucap lissa.
“ Iya gak papa Kita bisa nonton lagi lain
waktu”. lissa beranjak dari tempat kami duduk dan pergi. Lalu aku mngantar
Lissa saampai ke depan Rumah.
“Hati-hati di jalan Lis?”
“Iya ...Dah Nur..?”
“ Dah..”. lalu setelah lissa pergi aku pun
masuk ke dala rumah.
Manisnya sebuah hubungan
takkan pernah jauh dari kepahitan. Hubungan dalam cinta yang dulu tak ku
percaya adanya, aku merasaka betapa menyakitkan ditinggalkan orang yang begitu
dicintai. Mungkin semua ini akan sedikit sulit untuk dilupakan atau bahkan
tidak bisa ku lupakan. Akan tetap terasa dan membekas kenangan yang indah dan
kenangan yang penuh luka ini.
Part 5
# Dia terlihat
tak berperasaan karena dia begitu terluka.
Aku sudah siap dengan
seragam sekolah, tinggal memakai sepatu dan setelah itu berangkat sekolah. Aku
berangkat dengan bus ke sekolah, semenjak Dika pergi aku masih berharap Dika
akan kembali. Setelah beberapa menit aku tiba di depan sekolah. Lalu aku turun
,Jalanan terlihat sedikit ramai hari ini sehingga aku harus menunggu untuk bisa
menyebrang jalan. Aku menoleh kekanan dan kekiri untuk memastikan aman untuk
menyeberang. Saat ku rasa kendaraan tidak begitu ramai aku memutuskan langsung
menyebrang. Sebelum aku menyeberang aku memastikan sekali lagi dengan menoleh
kekanan dan kiri. Lalu aku segera menyebrang. Setelah aku sampai di sebrang
jalan dan berada tepat di dekat gerbang sekolah aku melihat seseorang yang
terluka. Aku melihatnya berjalan sedikit pincang masuk melewati gerbang. Dia
adalah Anwar dia teman sekelasku, lalu aku menghampirinya.
“ Anwar lenganmu
terluka” Ucapku.
“ Lalu apa
masalahmu..?”. Ucapnya begitu dingin. Aku tidak menanyakan apapun lagi padanya.
Sepertinya dia habis berkelahi karena di wajahnya ada memar seperti bekas pukulan. Anwar
tanpa peduli dengan pertanyaanku dia terus berjalan sedikit pincang di
depan ku. Bagaimanapun dia adalah temanku aku tahu dia tidak memiliki teman di
sekolah ini aku harus membantunya.
“ Luka mu perlu di obati Anwar”. Ucapku
sekalilagi sambil berjalan di sampingnya.
“ Udah aku bilang ini bukan urusan kamu, jadi
lebih baik kamu pergi”. kata Anwar
menghentikan langkahnya.
“Okeh aku akan pergi, tapi sebelumnya biar aku
obatin dulu luka kamu”. Kataku sambil menarik tanganya dan membuatnya duduk di
kursi yang ada di bawah pohon di halaman sekolah, meskipun awalnya dia menolak
lukanya di obati.
“ Tunggu di sini aku ambil kotak P3K di ukas
sebentar”. Aku dengan cepat pergi ke UKS untuk mengambil obat. Lalu aku duduk
di sebelahnya.
“ Ulurkan lengan mu” Ucapk ku.
“ Tidak usah ini akan sembuh sendiri” Ucap
Anwar menolak.
“ Aish..” aku menarik lengannya dengan paksa.
Lalu memberikan beberapa tetes obat luka pada lukanya.
“ Maaf ya mungkin ini akan sedikit perih”. Kata
ku sambil meneteskan obat luka itu.
“ Aw...cairan apa itu?, apa kamu mau membakar lukaku”. Oceh Anwar .
“ Sudah ku bilang ini akan sedikit perih,
tenang ajah aku gak akan bunuh kamu dengan obat ini, jadi mendingan kamu diem
biar aku menyelesaikan ini”. Kataku sambil memasang perban pada lukany.
“ Apa ini akan mengobati?”. Tanya Anwar tak
percaya.
“ Aku ikut Organisasi PMR di sekolah ini,
paling tidak aku tau cara mengobati luka seperti ini”. Sahutku.
“ Apa kamu pernah mengobati luka seperti
ini...?”. Tanya Anwar yang masih tidak percaya padaku.
“ Belum...Ibarat dokter muda Kamu adalah pasien
pertama ku”. Jawabku selesai memperbaan lukanya.
“Maksud kamu aku jadi bahan uji coba kamu..?”. tanya lagi sambil menarik lengannya
yang baru saja selesai ku perban.
“ Awas ajah kalo nanti luka ku bukanya membaik
tapi semakin parah ...?, aku bakal cari kamu”. Ujar Anwar sambil pergi
meninggal kan aku.
“ Nih orang udah di bantuin juga.. bukannya
terimakasih..malah marah marah, tapi
lucu sih liat dia gitu... tapi kali masa aku bunuh orang pake Obat merah?”
ujarku tertawa kecil. Lalu aku menata kemabali kotak P3K mengembalikan ke UKS.
Lalu akau pergi ke kelas.
Proses pembelajaran berjalan seperti biasanya
hingga jam pelajaran selesai. Lalu semua siswa pulang ke rumah masing-masing.
Sekarang keadaan berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi yang mengantar ku
pulang sampai ke rumah seperti yang Dika lakukan. Aku pulang naik bus seperti
biasanya. Aku duduk di tempat duduk di deretan sebelah kiri kursi bus. Tiba-
tiba seorang laki laki bertato duduk di
sampingku. Sebenarnya aku merasa tidaknyaman dia ada di sebelahku tapi aku juga
tidak bisa mengusir dia karena ini angkutan umum, jadi siapapun boleh naik dan
duduk dimanapun selagi ada kursi yang kosong. Tapi aku merasa posisi duduknya
terlalu dekat denganku. Aku berusaha bersikap biasa saja dengan melihat ke arah
jendela. tapi aku benar-benar merasa tidak nyaman dengan suasana ini.
“Maaf mas boleh saya
duduk di sebelah Pacar saya..?”. ucap seseorang dengan suara yang tak asing.
Lalu aku menoleh ke arah suara itu. “ Dia adalah Anwar, tapi kenapa dia bilang aku pacarnya?”. Tanyaku
dalam hati.
“Oh pacranya ya....”. jawab lelaki itu dengan
ekspresi tidak senang. Lalu Anwar
bertukar tempat duduk dengan lelaki bertato itu.
“ Kok kamu bilang kalo kamu pacarku sama orang
itu?” kata ku berbisik di dekat Anwar”.
“Gak usah banyak tanya udah diem ajah, aku nggak
ada maksud apa-apa kok?”.
Mendengaar ucapan Anwar, aku putuskan lebih baik aku
tidak bertanya. Daripada aku harus bertengkar dengan Anwar. Tapi aku emang
sangat penasaran sih tapi biarlah. Bus yang kami tumpangi terus melaju dan rumah
Anwar ada di depan sana. Lalu bus kami berhenti di tempat pemberhentian bus,
semua orang yang akan turun segera turun.
“ Tuh udah nyampe...”
kataku.
“ Terus kenapa..?”sahut Anwar Seolah dia lupa
akan rumahnya.
Lalu bus yang kami
tumpangi melaju kembali, penumpang terus berkurang turun satu per satu. Dan
tinggal beberapa orang di dalam bus termasuk aku,Anwar, lelaki bertato itu dan
beberapa penumpang lainya. Bus terus melaju dan akhirnya sampai di
pemberhentian bus di dekat rumahku. Lalu
aku turun dan Anwar juga ikut turun.
“ Loh kok kamu turun
juga?” tanyaku
“Emang kenapa aku ingin
turun di sini?”
“ Nggak papa sih”
sahutku dan aku berjalan pulang, tapi Anwar terus di belakangku, kenapa Anwar
terus mengikutiku? Tanyaku dalam hati. Sampai di depan rumahku Anwar kembali ke
arah sebelumnya.
“ Anwar”. Panggilku
“ Sebenarnya kamu mau
kemana, kok bailik lagi?”
“ Nganterin kamu” jawab
Anwar singkat
“ Gak usah berpikir
macam- macam aku nggak ada maksud kok, sory soal tadi di bus yang aku bilang
kamu pacarku, aku gak bermaksud apapun, tadi aku liat laki- laki bertato itu
diam-diam buka tas kamu, jadi aku pura-pura jadi pacar kamu, biar dia mau
tukeran tempat duduk dan biar gak terjadi keributan”. kata Anwar menjelaskan.
“ Oh...gitu..tapi kenapa kamu harus nganterin
aku segala”.
“ Iya sih kamu bener... buat apa juga aku
nganterin kamu, toh kalo kamu kecopetan, aku juga gak bakal rugi diapun
langsung pergi. Jawabnya lagi seolah dia tak perduli. Ya meskipun dia bersikap
sangat dingin pada semua orang tapi dia sebenernya adalah orang yang baik aku tau itu.
Hari ini aku melihat
sisi lain dari seorang Anwar, dia yang sikapnya begitu dingin dan seperti orang
yang tak berperasaan itu, peduli pada orang lain. Tapi aku bisa melihat bahwa
sebenarnya dia adalah orang yang baik, tapi semua orang tidak ada yang mau
melihat sisi itu dari Anwar, mereka hanya melihat Anwar hanyalah seorang
pengacau.
Seandainya saja orang
lain ada yang mau memehami dirinya. Dia pasti tidak menjadi seorang pengacau
seperti yang semua orang katakan. Aku tidak hanya sekali melihat Anwar terluka,
ini adalah ke 3 kalinya aku melihat dia terluka. Tapi aku tidak tau apa yang
membuatnya terluka seperti itu. dia tidak pernah menceritakan apapun tentang
dirinya dan keluarganya pada siapapun. Yang aku tahu dia hanya seorang anak
laki-laki yang berhati dingin dan tak berpeasaan. Tapi tidak setelah apa yang
sudah ku lihat hari ini.
“Hari minggu ini terasa sangat membosankan
seandainya Dika ada di sini dia pasti
mengajaku pergi”. jam sudah menunjukan pukul lima sore aku tengah duduk di
kursi kamar dekat jendela, aku membayangkan saat dika masih bersama ku, setiap
pagi Dika selalu datang ke rumahku dan kami berangkat bersama ke sekolah tapi
sekarang tidak lagi seperti itu. seandainya dia tau aku sangat merindukanya.
Aku trus memikirkan tentang Dika aku masih berharap dia akan kembali.
“ Nur bisa tolong ibu anterin kue pesenan
nggak?”. Suara ibuku dari balik pintu. Lalu aku membuka pintu.
“ Ibu bikin kue...kan
tokonya udah tutup?”
“ Iya soalnya ada yang pesen minta di buatin
kue tapi berhubung tokonya udah ibu tutup jadi mendingan ibu buat di rumah
ajah”.
“ Oh .. Emang rumahnya
di mana bu...?”.
“ Ini alamatnya..ibu nggak bisa nganterin
soalnya ibu harus pergi ke ke rumah
sakit nengok temen ibu yang lagi sakit.
“ Ya udah gak papah bu aku ajah yang anterin”.
Lalu aku berjalan mengikuti ibuku ke dapur untuk mengabil kue yang akan ku
antar. Lalu aku segera pergi mengantarkan pesanan kuenya.
“ Bu, aku berangkat”.
Kataku berpamitan
“ Iya. hati-hati dijalan Nur”. Kata ibuku. Lalu
aku pergi mengantarkan kue. setelah aku melihat alamatnya sepertinya aku tau
dengan alamat ini, jadi aku segera pergi ke alamat itu. Rumah itu ada di
komplek perumahan mewah dan aku sampai di alamat itu.
“ Apa ini berner rumahnya..?, tadi dimana
alamatnyanya?” kataku merogoh saku mengambil kertas yang berisi alamat itu untuk memastikan
aku tidak salah alamat.
“ Ini memeng benar rumahnya”. Lalu aku menekan tombol
bell. Tak lama kemudia seseorang membuka gerbang. Tampak seseorang wanita dia terlihat seperti pemilik rumah ini.
“ Ini pesanan bu”. Kataku sambil memberikan kue
itu.
“ Terimakasih. Ini uangnya, ambil ajah
kembalianya ..”. jawab wanita itu sambil pergi membawa kuenya.
“ Ini ada kembalianya
kok bu”. Kataku pada wanita itu, saat aku akan memerikan kemabalianya orang itu
sudah menutup gerbangnya dan masuk ke dalam rumah.
“ Apa segitu nggak berharganya uang kembalian
bagi merka sampe-sampe mereka memberikan uang dengan Cuma-Cuma, padahal harga
kuenya kan cuman 115 ribu, dan wanita itu memberikan uang 200 ribu padahal
sisaanya kan masih 85 ribu, tapi dia memintaku mengambil kembaliaanya. Ah bodo
amat, buat apa susah susah mikirin duwit orang kaya, pasti duwit segitu nggak
ada artinya bagi mereka. Tapi sering sering ajah kaya gitu “ Ambil ajah
kembaliannya hehehe lumayan”.
Lalu aku pun pergi dari
rumah itu dan berjalan pulang. Belum jau dari komplek ruamah mewah itu Saat aku
berjalan aku melihat ada penjual sosis bakar di sebrang jalan, aku berniat
membelinya.
“ sepertinya sore-sore gini makan sosis bakar
enak deh” lalu aku memutuskan untuk
membelinya. Saat aku akan menyebrang jalan tanpa aku sadari tiba-tiba
motor melintas dengan kecepatan tinggi
hampir menyerempetku. Seseorang datang dari belakang memanggil namaku “ Nur”
dan dia menarik tanganku dan aku terjatuh ke tepi jalan GEBRAK. Dan orang yang
menarik ku juga ikut terjatuh.
“ Aww...”. kataku
kesakitan.
“ Kamu nggak papa
Nur... apa ada yang luka?”. Tanyanya sabil membantuku berdiri. Lalu aku melihat
kearahnya, ternyata dia adalah Anwar sekalilagi dia menyelamatkanku.
“ Nggak papa kok cuman lecet dikit, a..aw”. aku
kesulitan untuk bangun, rasanya kakiku sakit sekali.
“ Coba aku Lihat ?” ucap Anwar padaku.
“ Ini nggak papa kok Cuma lecet dikit nanti
juga sembuh”. Ucapku pada Anwar.
“ Ini bisa infeksi kalo di biarin, kita duduk
di sana ajah ya, kamu tunggu sini bentar
?”. Anwar membantu ku berdidri dan duduk di tepi jalan. Anwarpun pergi untuk membeli
plester dan obat luka di apotek seberang jalan. Tak lama kemudian Anwar datang
dengan membawa obat luka di tangannya.
“ Nih”. Ucap Anwar sambil menyodorkan plastik
berwarna putih yang berisi obat luka yang dia beli dari apotek.
“ Kan aku udah bilang ini Cuma luka kecil,
nanti juga sembuh sendiri”.
“ Nih anak ngeyel banget”. Kata Anwar dengan menarik
tangan ku dan meletak bungkusan obat itu di tangnku.
“ Udah nggak usah banyak
protes, cepet obatin luka
kamu”. Perintah Anwar
lagi.
“ Iya iya...”. Sahutku sambil membuka plastik
yang berisi obat itu dan meneteskannya ke luka di lutut ku.
“ Satu lagi tuh”. Kata Anwar sambil melirik ke arah lenganku yang terluka.
“ Nggak usah di kasih tau juga udah tau..”.
sahutku , dan aku mengobati luka di lenganku,sedikit sulit untukku mengobati
luka di belakang lengan ku dengan tangan kiri.
“ Berikan lenganmu”. Kata Anwar yang sedang
duduk di sebelahku.
“ Nggak, aku bisa
sendiri” sahutku menolak.
Anwar gak peduli dengan
perkataanku, dia menarik lenganku dan membantuku memberi obat pada lenganku.
“ Udah selesai ...”. ucapnya sambil berdiri,
dan dia berjalan lebih dulu meninggalkan aku.
“ Terimakasih “. Ucapku padanya yang sudah
beranjak ,dan aku juga pulang, berjalan
perlahan dengan kakiku yang jadi sedikit pincang karena lututku yang terluka.
Setelah berjalan beberapa meter rasanya kakiku sakit sekali.
“ Ibuuu..kenapa rasanya sakit sekali, padahal
aku baru jalan beberapa meter”. Rengek ku sambil melihat tempat awal aku
berjalan.
“ Seandainya aku punya merpati cantik yang bisa
ku tunggangi, aku akan minta dia
mengantarku pulang, aku akan naik di punggungnya, dan aku nggak perlu berjalan
jauh seperti ini.. oh ..Ibuuuu..”. kataku terus merengek dan melanjutkan
berjalan. Setelah beberapa meter aku berjalan aku di kejutkan oleh sesorang
yang tiba-tiba berdiri di depanku, dan aku menabraknya tanpa sengaja.
“ Aduh...”. Teriak ku
yang terjatuh.
“ Maaf...maaf aku gak sengaja”. Kataku meminta
maaf. Lalu aku melihat ke arah orang itu. Ternyata itu Anwar.
“ Anwar..! kau membutku
jatuh lagi”. Teriaku padanya.
“ Itu bukan salahku kan kamu yang nabrak
sendiri”. Sahutnya tanpa rasa bersalah.
“ Salah kamu lah, kanapa kamu berdiri di situ”.
Ucapku terus memperotes.
“ Suka-suka aku dong mau berdiri di mana...”.
ucap Anwar.
“ Nggak bisa lah ini kan jalan, tempat orang
jalan bukan tempat berdiri”. Ucapku lagi dengan ekspresi kesal.
“ Loh kan orang jalan sambil berdiri, emang ada
orang jalan sambil tengkurep,kalo sambil tengkurep namanya merangkak bukan
jalan”. Jawab Anwar tak mau kalah.
“ Terserah kamu...aku nggak peduli, mau jalan
berdiri mau tengkurep yang penting jalan”. Jawabku kesal.
“ Tadi sih niatnya aku mau bantuin kamu, tapi
keliatannya kamu nggak mau di bantuin mending aku pulang ajah”. Ucapnya pada ku.
“ Aku nggk butuh bantuan kamu, pulang ajah
sana” ucapku padanya.
“Oke...”sahutnya dan diapun berjalan
meninggalkan aku. Lalu aku berjalan lagi.
“ Kenapa hari ini aku harus bertemu orang
seperti dia, ooh yaampun, baru ajah dapet uang geratisan, eh keserempet motor,udah jalannya pincang, beli
sosis bakar ilang, mana perut laper banget... Ibuuu...”. Kataku sambil
berjalan.
“ Kenapa kamu berhenti lagi...sana pulang”.
Ucapku pada Anwar.
“ Aku nggak tega ninggalin Cewe pincang yang
kelaperan jalan sendirian”. aku hanya melirik kearahnya tanpa mengucapkan
sepath katapun. Tiba-tiba Anwar membungkuk.
“ Mau ngapain kamu?”. Tanyaku
“ Udah naik mau aku anterin nggak..?”. Tanya
Anwar.
Kalo aku nggak mau aku bakal jalan sendirian ,
mana rumahku masih jauh lagi. Apa mendingan aku ikut ajah?, nggak papa lah
daripada aku harus jalan, lagian kakiku juga sakit banget.
“ Ya udah deh”. Kataku menyetujui, lalu aku
naik ke punggungnya. Dan Anwar menggendongku. Anwar hanya tersenyum. Kami sudah
berjalan cukup jauh.
“ Apa rumahmu sudah dekat..?”. Tanya Anwar.
“ Ya lumayan...?”. jawabku.
“ Apa kita sebaiknya istirahat duliu?”. Tanyaku
pada Anwar.
“ Udah deket kan rumah kamu?”. Tanya Anwar
balik tanpa menjawab pertanyaanku.
“ Iya..udah deket”. Jawabku. “Aduh aku laper
banget lagi, kira-kira kalo Anwar aku ajak makan mau nggak yah..kalo dia nggak
mau terus dia marah, lalu dia turunin aku di sini masa aku harus jalan lagi.
Mending nggak usah bilang ajah, daripada aku harus jalan lagi”. Kataku dalam
hati.
“ Nanti ada gang belok kanan”. Kataku memberi
tau.
“ Oke”. Sahut Anwar.
“ Terus ini kemana...nur?”.
“ Ke Kanan lagi”. Sahut ku.
“ Terus setelah ini ke mana...?”. tanya Anwar
lagi
“ Aku butuh istirahat... kamu duduk sisni
dulu”. Kata Anwar sambil menurunkan aku. Anwar terlihat sangat leleah.
“ Maaf ya ngrepotin War...?”.
“ Masih berapa meter nyampe di rumah kamu..?”.
tanya Anwar.
“ Kira-kira 1 km lagi dari sini”. Jawabku.
“ 1 kim...lagi”. Kata Anwar meneln ludah.
“ Kamu kenapa..?”. tanyaku.
“Oh..nggak papa..”.
“ Mending aku jalan ajah deh War...kamu kelihatanya
cape banget”.
“ kalo kamu maunya gitu, jalan ajah”.
“ Tapi..”.
“ Tapi kenapa?”.sambil meluruskan punggungnya.
“ Udah naik...ke buru malem lagi”. Kata Anwar
sebelum aku menyelesaikan ucapanku.
“ Baik lah..”. lalu kami melanjutakan
berjalan hingga akhirnya saampai di
depan rumahku.
“ Tolong turunkan aku War..”.
“O oh ya baik”. lalu Anwar menurunkan aku, dan
ibuku membuka pintu.
“ Kamu kenapa Nur...?”.tanya ibuku kawatir
melihat ku yang terluka.
“ Jangan kawatir bu, Nur nggak papa ini cuman
lecet ajah tadi jatuh di jalan”. Kataku
pada ibu yang terlihat sangat kawatir.
“Beneran nggak papa kan..?”. aku mengangguk
mengiyakan ucapan ibuku.
“ Oh iya bu kenalin ini Anwar temen Nur”.
“Selamat
sore Bu..?”.Ucap Anwar menyapa ibuku.
“ Sore...makasih nak udah nganterin Nur, ayo
masuk dulu nanti ibu buatkan minum”. Kata ibuku.
“ Terimakasih sekali bu... saya harus pulang
udah sore soalnya”.
“ Terimakasih sudah mengantar Nur...”
“ Ya sama –sama bu saya permisi”.
“ Terimakasih”. Kataku pada Anwar sambil
Tersenyum. Setelah itu Anwar pergi, aku dan ibu ku masuk ke dalam rumah.
Hari sudah semakin gelap, suasana semakin
hening,
hanya terdengar suara angin yang terus
menggoyangkan dedaunan perlahan. Ketika aku terdiam menatap sebuah foto,
kenangan tentang Dika menyelinap masuk, ku raih ponsel ku menunggu sesorang
menghubungiku, hampir setiap malam aku melakukan ini, menunggunya memberikan
kabar padaku. Aku sangat merindukannya aku belum bisa melupakan Dika aku masih
berharap dia akan kembali lagi. Sesaat kemudian aku teringat kejadian sore
tadi. Aku semakin percaya jika sebenarnya Anwar adalah orang yang baik, ini
yang kedua kalinya dia menolongku. Dan kami memperdebatkan hal bodoh tentang bagaimana
orang berjalan, jalan berdiri dan jalan tengkurep, ini perdebatan yang paling
bodoh selama hidupku, tapi menurutku itu lucu, seandainya orang lain yang
berdebat dengan ku pasti akan biasa saja. tapi seorang Anwar yang kasar dan tak
punya hati yang berdebat denganku dan itu hanya hal sepele dan bodoh,Bahkan dia
mau peduli padaku, dia mebelikan obat luka untuku, menggendong ku sampai
kerumah,bukankah itu sangat jauh..?, apa dia baik baik saja ya..?. Tapi dia
tidak mengeluh sama sekali, padahal aku lihat dengan jelas dia kelelahan. Apa
aku hubungi dia saja ya..?. tapi bagaimana caranya, aku kan nggak punya
nomernya. Ahaa.. group kelas, pasti di group kelas ada. Setelah aku mencarinya
aku menemukanya dan aku menyimpan nomornya.
“ Anwar apa kamu baik-baik saja?”. Lalu tanpa
sadar aku menekan tombol kirim. setelah beberapa saat ponselku berdering.
“ Ini siapa?”.
“Astaga apa yang aku pikirkan, kenapa aku
mengirim pesan padanya, apa yang harus ku jawab, oh baiklah aku akan membalas
ini saja “ Maaf salah kirim”. ah sudah
beres. Tak beberapa lama Ponselku berdering.
“ Kau tau nama ku manamungkin salah kirim”.
pesan dari Anwar. Benarkah aku menyebut namanya di pesan itu?”. tanyaku dalam hati.
Lalu aku memeriksa pesan yang kukirim untuk mesastikanya.
“ Oh wo tenyata aku benar-benar menyebut
namanya, bagaimana ini, kenapa aku sebodoh ini”. Ah aku tulis ini saja.
(Saya kira saya benar benar salah kirim...maaf).
aku membalas pesannya. Semoga di nggak berfikir itu aku. Ponselku berdering
lagi. Satulagi pesan masuk, ini dari Anwar, aku baca atau tidak ya. Aku baca
ajah deh”.
( Nur). Anwar
“ O o oh dia tau itu aku yang mengirim pesan,apa
dia tau nomer ku, darimana dia mendapatkannya, aduh mati aku...apa yang sudah
aku lakukan, besok dia pastia akan mengejek ku”.
( Jangan kamu pikir aku perhatian sama kamu,
tadi salah kirim). kataku membalan pesannya.Tiba-tiba Ponselku berbunyi lagi.
( Aku tidak bertanya soal itu) balas Anwar
(Aku baik-baik saja Nur, aku ada di depan rumah
mu, apa kamu bisa keluar). Anwar
“ Apa dia gila... manamungkin dia ada di depan
rumahku”. Kataku tanpa membalas pesan itu.
( Sekarang kamu buka jendela kamar kamu).Anwar
“Aku penasaran apa bener Anwar ada di luar,
tapi aku harus memastikannya, dia membuatku gila. Sebaiknya kupastikan dulu”.
Lalau aku membuka jendela kamar ku. Mataku menelusuri tiap sudut halaman
rumahku , dan dia beneran ada di luar. Oh dia benar-benar membuatku gila. Apa
yang dia rencanakan sebenarnya. Lalu aku keluar menghampiri Anwar.
“ Apa yang kamu lakukan disini”.
“ Jangan berfikir macam-macam,aku ke sini
cumana mau balikin jam tangn kamu yang jatuh dijalan, kacanya pecah dan jangan
kawatir aku sudah memperbaikinya”. Ujar Anwar menjelaskan maksud kedatangannya
dan memberikan jam tangannya padaku.
“ Tapi ini Udah malem besok di seolah juga bisa
kan”. Kataku pada Anwar.
“ Aku akan pulang, selamat malam”. Kata anwar
tanpa menjawap pertanyaanku dan pergi. dia selalu seperti itu tidak mau
menjawab pertannyaan ku dan dia selalu pergi sebelum aku menyelesaiakna
ucapanku.
Tapi aku belum juga tau
apa alasannya dia menjadi seorang yang sangat tertutup pada semua orang, mungkin suatu saat aku akan mengetahuinya.
Part 6
#Aku tak bisa
mendapatkan cintaku karena cintamu telah kembali
Waktu terus berjalan
satu bulan sudah, Tak sedikitpun kabar darimu datang padaku. Aku sungguh masih
menunggumu, tapi sendainya kau masih belum melupanakan aku, setidaknya jika
kamu ingin mengakhiri semua ini, kembalilah dan katakan kata perpisahan padaku.
Setidaknya aku akan berhenti berharap tentang mu.
“
DOR”. Anwar membuat Nur terkejut.
“
Astaga”.
“ Apa kamu terkejut?”.
“ Nggak biasa ajah!”. Jawabku saambil menata
ekpresiku yang terkejut.
“ Bneran nggak
terkejut, nih?”. Tanya Anwar tertawa kecil.
“ Ngapain disini?”.
Tanya Anwar.
“ Kamu tau ini tempat apa?”. Tanya ku.
“ Kantin, terus kenapa?”. Tanya nya lagi.
“ Kamu nggak lihat aku lagi ngapain.?”
“ Pegang garpu,sama sendok”. Jawab Anwar.
“ Kamu tau ini untuk apa?” tanyaku lagi sambail
menggesekan garpu dan sendok.
“ Kalo sama aku sih buat makan, tapi kalo sama
kamu, mana tahu mau buat apa?” Jawab Anwar mengangkat bahunya.
“ Anwar ,si bodoh ,gila ,Sekarang aku akan
makan jadi kumohon berhenti bicara”. Kata ku sambil menaikan volume suaraku.
“ Ya baiklah aku akan diam,kamu memang benar
bahwa kamu sedikit lebih pintar dari aku tapi sepertinya peringkat kita tidah
berjarak terlalu jauh”. Kata Anwar sambil tersenyum.
“ Terserah”. Jawabku singkat.
“ Tapi itu adalah kebenarannya, kebenaran bahwa
kita setara, kita di kelas yang sama, kita ke kantin yang sama dan kita memilki
guru sama” Dia terus mengoceh dan menguji kesabaraku.
“Brak” suara aku
memukul meja
“ Okeh”. Sahut Anwar mengangukan kepala tanpa
komentar apapun. Lalu aku melanjutkan makan.
“ Jangan menatapku, itu mengganggu”. Ucapku.
“ O,o,oke.” Sahut Anwar sedikit terbata.
“ Kau bilang kamu mau makan, tapi dari tadi
yang kulihat kamu hanya menganduk-aduk maknan mu, jika tidak dimakan aku yang
akan makan”. Anwar menarik piring makananku.
“ Hey. Itu miliku”
“ Ini untuku”. Sahut Anwar
“ Kamu selalu saja mengabil makananku”
“ Aku
punya sesuatu buat kamu”. Kata Anwar.
“ Aku nggak mau”.
“ Ih belum juga di kasih tahu, kalo nggak mau
ya udah”. Anwar memasukan kemabli ke dalam tasnya. Anwar yakin sekarang Nur
yang akan memohon untuk hadiah itu. Nur yang sempat melihat 2 lembar tiket
nonton menggigit bibirnya.
“ Hem hem mmm?”.
“ Ngapain kamu kamu senyum-senyum gitu”
“ Bukankah tadi itu untuk ku?” tanya ku.
“ Tadinya sih iya, tapi aku berubah pikiran.
Karena kamu sudah menolak aku akan membuangnya”. Anwar semakin yakin bahwa Nur
akan memohon untuk memberikan tiket nonton itu pada Nur karena dia sangat suka
tergila-gila noton. Tapi sepertinya itu
tidak akan terjadi, tiba-tiba nur berdiri dan mendekati Anwar. Nur menarik
paksa tas Anwar dan mengambi tiket itu. Anwar pun hanya menggigit sendok di
mulutnya, seharusnya Anwar tahu bahwa seorang Nur tidak akan pernah memohon.
“ Seharusnya aku tidak lupa dengan kebiasaanmu
itu”.
“ Tentu saja kamu tidak boleh melupakannya”.
Aku tersenyum bahagia dengan 2 tiket di tanganku.
“ Jangn kawatir aku akan mebagi ini denganmu”
aku memberikan satu tiket pada Anwar. Dan Anwarpun tersenyum, dan Anwar
menghabiskan makanan ku.
Terkadang seseorang
bisa benar-benar berubah, tapi entah sesuatu alasan apa yang membuat itu
brubah, Anwar menjadi begitu baik,humoris dan menyenangkan. Selama sebualan ini
aku benar benar melihat Anwar yang berbeda, dia lebih sering tertawa
dibandingkan sebelumnya yang selalu diam tertutup pada semua orang, sekarang
dia lebih ceria dan terbuka meskipun belum pada semua orang. Anggap saja ini
awal yang baik dari kisah yang baru.
Akhir pekan adalah hari
yang cocok untuk bersama sahabat dan menikmati akhir pekan dangan mereka. Tapi
mungkin akhir pekan kali ini akan jauh berbeda dari bisaanya. Akan terasa sepi.
Sandra pergi ke rumah neneknya bersama keluarganya, Dewi pergi jalan dengan
Rafi, Sedangkan Lissa, dia dan
keluarganya tengah pergi ke acara pernikahan saudaranya.
Hari ini sangat membosankan, apa yang harus ku
lakukan dirumah sepanjang hari. Dering
tanda pesan berbunyi.
“( Nur. Hari ini kita
perggi ke pantai bagaimana?)”pesan dari Anwar.
Sebaikanya aku pergi apa engga ya...? kalau aku pergi apa nggak masalah.
Ah entahlah,daripada aku bosen dirumah seharian, nggak papa deh.
“(Oke)”. Balas ku
singkat. Aku segera bersiap-siap menunggu Anwar datang menjemputku. Setelah aku
selesai berkemas aku menunggu Anwar datang menjemptku.
“( Aku kerumah kamu
sekarang)”. Pesan dari Anwar.
“(Oke. Aku tunggu)”.
Balas ku.
Beberapa lama kemudia
sseseorang datang dengan motor . Dia terlihat keren,dia melambaikan tangan
padaku. Rupanya dia adalah Anwar. Lalu aku menghampirinya.
“ Wow ini motor siapa, jangan bilang kamu
nyuri, Aaaaa aku tau. Kamu pasti minjem kan...?” tanyaku berturut-turut karena
setauku Anwar bukan berasal dari keluarga yang berada jadi mustahil baginya
punya motor sebagus itu.
“ Udah naik ajah ”. Jawab Anwar tanpa
menghiraukan pertanyaan ku, ya itu seperti biasanya dia mengabaikan pertanyaan
ku.
Lalu kami pergi ke
pantai dengan naik motor. Setelah kami tiba di pantai. Aku sangat tak sabar
ingin menikmatai keindahan pemandangan pantai. Lalu aku turun dari motor dan
menarik tangan Anwar dan kami berlari mendekati air. Angin seolah menerbangkan
semua beban, kesedihan yang ku rasakan. Aku begitu menikmatinya, dan Anwar
hanya tersenyum melihatku yang asik bermain air.
Anwar hari ini tampak
berbeda dari bisanya, dia terlihat lebih rapih,dan keren. Lalu aku berlari
mendekati Anwar.
“ Ayo turun ke air, lepas sepatu kamu”. Ucapku .
“Enggak aku disini saja, aku nggak mau main air”.
Ucap Anwar menolak.
“ Enggak pokoknya kamu
harus turun”. Lalu aku memaksa Anwar untuk main air. Aku mendorong punggungnya
dari belakang sampai ombak pantai menyapa kami. Setelah puas bermain air kami
duduk di bawah pohon kelapa di tepi pantai.
“Aku boleh tanya nggak?”.
Kataku pada Anwar.
“ Tanya ajah”. Sahut
Anwar.
“ Engga ah nggak jadi”. Ucapku, merasa tak enak
pada Anwar.
“ Udah tanya tanya ajah daripada kamu
penasaran?”. Ucap Anwar.
“Beneran?”. Tanyaku lagi. Anwar tersenyaum sambi mengangguk.
“ Nggak jadi ah”. Ucapku benar benar
mengurungkan pertanyaan ku.
“ Aku tau kamu penasaran kan? Karena
penampilanku hari ini?”.Dika seolah tau
yang ku pikirkan.
“Ini kehidupanku yang sebenarnya, aku tidak
tinggal bersama oang tuaku, mereka hanya peduli dengan kedudukan, uang dan
uang. Mereka tak peduli dengan ku, mereka pikir dengan memberi banyak uang itu
membuatku bahagia, dan saat aku pergi dari rumah ayah dan ibukupun tidak
mencriku arena mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dan mulai saat itu aku
benar-benar menganggap mereka memang tak perduli denganku. Sebagai orang tua
mereka takpernah bertanya tentang diriku yang mereka tanyakan apakah aku
berbuat ulah yang akan mencemarkan nama baik mereka atau tidak. Dan mereka tak
pernah bertanyaapakah sekolahmu baik?, apakah kau makan teratur?, apakah kau
tidur cukup?. Bahkan oarng tuaku tak peduli bagaimana caraku hidup, setiap kali
aku membuat masalah ayahku akan membayar dengan uang , dan mungkin bila aku
melakukan kejahatan yang membuatnya malu, hingga mungkin bila aku di bawa ke
kantor polisi ayahku pasti juga dengan mudah mengatasiya menyewa pengacara dan
aku akan keluar dengan mudah. Bukankah aku terlihat seperti berandalan bodoh,
dan pengecut”. Ucap Anwar mata yang sedikit berkaca-kaca. Ternyata itu yang
membuat dirinya begitu keras tak peduli. Aku terus mendengarkan cerita Anwar.
“ Aku berharap mereka mengatakan padaku,
jadilah orang yang bertanggung jawab,
bukankan itu yang seharusnya mereka katakan?”. Aku hanya mengangguk
mengiyakan ucapan Anwar, ternyata itu yang selama ini Anwar rasakan, Baru kali
ini aku melihat anwar menangis, Dia begitu menginginkan kasih sayang dari orang
tuanya. Lalu aku memeluknya dan menepuk
punggungnya untuk membuatnya lebih tenang. Hari ini dia benar-benar berbeda dari Anwar yang ku
kenal. Setelah beberapa lama Anwar
terlihat semakin tenang.
“ beli minum yuk, aku haus nih?”.
“ Biar aku ajah yang beli”. Kata Anwar.
“ Udah biar aku, kamu tunggu disini”. Ucapku
lagi.
Lalu aku pergi unutuk membeli minum. Aku
membeli air mineral dingin.
“ Nih ”. Ucapku memberinya minum .
“ Aku nggak suka air mineral, Aku mau minuman
soda ajah”.
“ Aku tau itu, makannya aku beli ini karena
kamu pasti jarang minum air putih dan itu tidak baik untuk kesehatanmu, Udah
minum ini jangan banyak protes”. Ucapku.
Lalu anwar pun tak menolak dan meminumnnya.
“
Sebenarnya aku ngajak kamu kesini karena aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu
Nur”. Aku hanya menatap ke arah Anwar dan mendengarkan setiap kata yang di ucapkan Anwar.
“ Aku merasa nyaman dekat sama kamu Nur , dan
aku rasa. Aku...aku”. sebelum Anwar menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Rafi memangil
kami.
“ Hai kawan kalian disini juga?” Sapa Rafi yang
datang bersama Dewi.
“ Kalo kita tau kamu juga mau kesini tadi kita
berangkat bareng”.Kata Dewi.
“ Mumpung kita lagi di pantai main pasir yuk?”
ajak Dewi. “Aku pikir bermain pasir dan
membuat istana pasir tidak terlalu buruk”. Lalu kaami mulai membangun istana
pasir. Setelah puas bermain main di pantai kami memutuskan pulang karena hari
sudah sore. Dan Anwar mengantarku pulang.
“Makasih Anwar untuk hari ini” dan Anwar hanya
tersenyum.
“ Aku puang dulu”. Ucap Anwar dan dia pergi.
“Hari semakin gelap,
tadi saat di pantai pasti Anwar ingin mengatakan sesuatu, aku yakin, tapi apa ya..?” aku terus bertanya-tenya pada
diriku sendiri. Entahlah aku akan sakit kepala jika memikirkannya. Aku akan tau
jika dia mngatakanya jadi aku tidak
perlu memikirkan hal semacam itu. Akhir-akhir ini aku dan Anwar sering
bersama dan menghabiskan waktu bersama. Dia benar- benar baik padaku dan dia
selalu ada untuk menghiburku ketika aku sedih dan butuh teman.
Hari semakin malam , Anwar
tengah mendengarkan musik. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu.
“ Permisi..”
“ Rafi ... apa kamu ada
di rumah...?”. Panggil Dika smbail mengetuk pintu rumah Rafi. Lalu mendengar
suara sahabatnya itu Rafi segera
membukakan pintu. Setelah beberapa lama Dika pergi tanpa kabar, akhirnya dia
kembali, dia datang ke rumah Rafi.
“ Dik ini beneran
kamu..?” Tanya Rafi tak percaya.
“ Sebagai tuan rumah yang baik,seharusnya kamu
mempersilahkanku masuk”. Dan Rafi mengajak Dika masuk.
“ Sepertinya
aku akan menginap di sini beberapa hari”. Ucap Dika sambil merebahkan tubuhnya ke
kasur milik Rafi.
“ Oh kau harus membayar sewa, berhubung tuan
tanah baik hati kamu cukup memberi banyak makanan padaku”
“ Itu bisa diurus”
“ Kau masih sama seperti dulu tidak ada yang
berubah. Oh iya bagaimana kabar teman-teman yang lain...?”. tanya Dika.
“ Kabar mereka baik”. Jawab Rafi.
“ Kalau Nur bagai mana..?”. tanya Dika.
“ Dia juga baik-baik saja,semenjak kepergian
kamu yang tanpa kabar Nur sangat sedih,
dia terus menunggmu mugkin hingga saat ini dia juga masih menunggu kamu, tapi
sekarang dia sepertinya lagi deket sama orang lain”.
“ Apakah dia orang baik..?”. tanya Dika.
“ Ya, sepertinya begitu, dia sering membuat Nur
tertawa ketika Nur lagi sedih.
“ Syukurlah jika memang begitu” mereka banyak bericara dan hari semakin
malam.
“ Kamu lagi ndengerin musik apaan sih?”
“ Raf, apa kamu tidur” lalu Dika menoleh ke
arah Rafi dan Rafi terlihat sudah tertidur sangat pulas.
“ Sejak tadi rupanya kamu tertidur pulas, dan
ceritaku adalah penghantar tidur untukmu”.
Dika tak bisa tidur,
dia terigat ucapan Rafi tentang Nur yang
sudah memiliki pengganti nya. Lalu Dika pergi keluar untuk menghirup udara
segar. Dia kembali ke indonesia karena dia sangat merindukan kekasihnya tapi
kekasihnya telah bersama dengan orang lain. Dia berfikir jika seseorang yang
tengah dekat dengan Nur adalah orang yang bisa membuat Nur bahagia maka Dika
pun akan merelakan Nur bersama orang lain. Mungkin itu terasa berat dan
menyakitkan bagi Dika tapi itu plihan
yang Dika ambil.
Pagi pun datang Dika bangun lebih awal dari
Rafi dan rafi juga sudah terbangun, Diaka sudaah siap dan rapih seperti akan pergi.
“ Kamu mau kemana?”.
Tanya Rafi.
“ Aku harus kembali ke
Singaphore hari ini?” jawab Dika.
“ Semalam kamu bilang. Kamu akan menginap di
tempatku untuk beberapa malam. Kenapa kau harus kembali secepat ini?, apa kamu
nggak mau ketemu sama yang lain?”.
“ Tolong saampaikan salamku pada mereka
saja,aku akan pergi pagi ini”. Jawab Dika.
“Ayo kita beli sarapan dulu sebelum aku pergi”.
Ajak Dika.
“ OKE, tunggu aku, aku akan mandi sebentar”.
Setelah Rafi selesai mandi mereka pergi untuk
sarapan. Saat Rafi dan Dika tengah sarapan tiba-tiba Nur datang bersama Anwar dan Dika melihatnya.
Ternyata orang yang dimaksud Rafi tengah dekat dengan Nur adalah Anwar temaan
satukelasnya dulu, dan Dika berusaha bersikap biasa pada mereka. Nur
yang sangat terkejut melihat Dika yang tiba-tiba ada di hadapanya, dia
sangat tidak percaya, bahwa itu benar-benar Dika, orang yang sangat
dirindukannya selama ini, orang yang ia tunggu-tunggu. Nur sangat bahagia melihat
Dika yang telah kembali. Lain halnya dengan Dika dia yang terus berusaha
merelakan orang yang di cintainya
bersama orang lain dan orang itu sekarang
berada tepat di hadaapannya.
“ Apa kabar Nur?” sapa Dika berusaha bersikap
biasa saja. Nur hanya menatap Dika tanpa
sepatah katapun, hanya terlihat matnya yang mulai berkaca-kaca seolah dia ingn mengungkapkan
semua kerinduannya.
“ Apakabar War, Kamu terlihat lebih baik dari
sebelumnya” Ucap Dika ternsenyum. Dan Anwar juga hanya membalas sapaan Dika dengan
tersenyum.
Setelah selesai sarapan Dika harus segera pergi
ke
bandara Dika keluar
lebih dulu bersama Rafi.
“ Dika”. Panggil Anwar. Dika menghentikan
langkahnya. Lalu Anwar menghampiri Dika.
“ Bisa kita bicara
sebentar?”. Tanya Anwar.
“ Tentu. Raf kamu duluan ajah”. Kata Dika.
“Okeh...” Jawab Rafi, yang paham dengan situasi
yang tengah terjadi. Lalu Rafi pun pergi. lalu mereka berdua berbicara di luar.
“ Kamu mau bicara
apa?”. Tanya Dika.
“ Ini soal Nur”. Sahut
Anwar.
“ Aku udah tau kok, tentang kedekatan kalian.
Dan aku gak akan ganggu hubungan kalian, aku juga akan segera kembali ke
Singaphore”
“ Aku memang menyukai Nur, Tapi asal kamu tau
yang ada dalam hatinya hanya kamu, jika kamu benar-benar mencintai dia dan peduli padanya , tetaplah bersamanya”. Kata Anwar sambil
memandang kearah Nur yang sedang
membayar makananya di kasir.
“ Lalu bagaimana denagnmu?, apa kamu rela orang
yang kamu cintai bersama orang lain?”. Tanya Dika .
“ Tentu.
Aku akan jauh lebih baik jika orang yang aku cintai bahagia”. Sahut Anwar menguatkan dirinya.
“ Dan asal kamu tahu, dia tidak bisa dan takan
pernah menyukaiku, karena Nur terus menunggumu, jadi kembali padanya itu akan
lebih baik, bagiku menjadi teman dan bisa membuatnya tersenyum sebagai seorang
teman itu sudah lebih dari cukup untuk ku”
“ Lalu bagaimana dengan mu?” tanya Dika
“ Mungkin ini akan sangat menyakitkan untuku
tapi lebih baik daripada melihat orang yang aku cintai tak pernah bahagia”
“ Aku harus pergi sekarang, tolong jaga dia
baik-baik”. Kata Anwar menepuk Pundak Dika, lalu diapun pergi. Dika menunggu Nur
di depan pintu.
“ Anwar kemana Dik?”
tanya Nur.
“ Dia bilang Dia harus pergi, dan aku yang akan
mengantarmu pulang”. Dan mengantar Nur pulang.
Mereka berjalan bersama
seperti sebelumnya saat seperti dulu mereka masih bersama. Menyusuri memori dan
kenangan indah diantara mereka.
“ Apa masih ada ruang di hatimu untuk ku?”
tanya Dika.
“ Kenapa kamu menanyakan itu?”tanya Nur balik.
“ Aku berharap masih tersisa untuku”. Ucap Dika.
Sekali lagi matanya terlihat berkaca-kaca,air
mata mengalir di pipinya, Nur tak bisa menahan air matanya. Langkah mereka
terhenti.
“ Aku sangat merindukan mu”. Ucap Nur. Dia tak
bisa menahan tangisnya.
“ Aku tau itu, meski kamu tidak mengatakannya,
matamu sudah mengungkapkan segalanya”. Dika pun memeluk Nur dengan pelukan itu
rindu yang selama ini terobati saat mereka berpelukan, Dika memandang wajah Nur
yang basah oleh airmata, Dika menyeka airmata
yang mengalir deras. Akhirnya kerinduan yang selama ini dirasakan
terbalas. Dan cinta yang pergi telah kembali.
“Jangan pergi lagi?”
“Tentu saja”. Jawab Dika.
“Apa kamu juga merindukan ku?”
“ Lebih dari itu, aku begitu merindukanmu”
“Benarkah?” tanya nur meyakinkan kata yang dia
dengar. Dan Dika mengangguk dan kembali memeluk Nur dengan erat.
“ Kamu tidak ingin menemui teman – teman kita?”
tanya Nur sambil menyeka airmatanya.
“ Tentu saja” Lalu Dika menggandeng tangan Nur
dan mereka berjalan bersama.
Epilog
Terkadang sesuatu
terasa begitu sulit untuk di mengerti. Mencintai seseorang yang di hatinya
telah ada oranng lain. Menyakitkan memang, harus merelakan orang yang di cintai
bersama orang lain. Tapi cinta tak seharusnya egois dengaan memaksakan cintanya
pada orang lain karena cinta telah memiliki jalanya sendiri. Seseorang terus berkata
baik-baik saja meskipun dia terluka, dia
tersenyum padahal hatinya tengah menangis, dia terlihat begitu tegar padahal
dia begitu rapuh. Tapi percayalah bahwa semua akan jadi indah pada waktunya.
Akhirnya Dika daan Nur
kembali bersama , tapi Dika harus menyelesaikan pendidikannya di Singaphore .
tapi meski begitu Nur dan Dika terus
berhubungan dan saling mengabari.
Begitupun teman -teman yang lain. Dan Anwar
juga terlihat sudah benar-benar merelakan Nur, kini semuanya telah dalam
keadaan baik.
Kami
melakukan video call,untuk menyapa Dika yang berada di Singaphore. Dan
kami merencanakan akan bertemu di akhir tahun Ajaran. Tepatnya setelah kami
lulus sekolah. Dika akan kembali ke Indonesia dan kami akan membuat pesta saat
kami bertemu nanti.
Selesai