CORAK BUDAYA TARI BARONG
Laporan Studi Wisata ini Disusun dan
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti
Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN)
Tahun Pelajaran 2017/
2018
Disusun oleh :
Nama
: Dwi Sulistianingsih
NIS
: 158220
Kelas
: XII IPS 4
PEMERINTAH PROPINSI JAWA
TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
SMA
NEGERI 1 SIDAREJA
Jalan
Kunci tromol
Pos 4 Telepon (0280) 523186
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis dengan Judul
CORAK BUDAYA TARI BARONG telah disetujui sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2017/2018 pada
:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing 1
SOLEH ANWAR,S.Pd.
NIP 19610905 198601 1 005
|
Pembimbing 2
HERLIN MINDARYATI,S.Pd.
NIP 19631026 198902 2002
|
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis dengan Judul
CORAK BUDAYA TARI BARONG telah disetujui sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2017/2018 pada :
Hari :
Tanggal :
Yang Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri 1
Sidareja
Drs.ARIPIN SUPRIYATNA,M.Pd
NIP 19640315 199203
1 010
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
- Orang tua dan keluarga tersayang.
- Bapak Ibu Guru SMA Negeri 1
Sidareja.
- Kakak dan
adik tercinta
MOTO
1. Perjalanan hidup adalah
rangkaian cerita yang menghadirkan sebuah pengalaman berharga, karena setiap
orang memiliki kisah berbeda.
2. Kesabaran bukan berarti
diam tanpa melakukan sesuatu, tapi menunggu saat yang tepat untuk menyelesaikan
dengan cara terbaik.
3. Orang yang kuat bukanlah orang yang mampu mengalahkan
lawan-lawannya, namun orang yang mampu mengalahkan hawa nafsu
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah
SWT, yang telah memberikan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan hasil kunjungan studi wisata ke
Pulau Bali tanpa adanya halangan suatu apa.
Laporan hasil kunjungan kegiatan studi wisata ke Pulau Bali ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sekolah/Ujian Nasional tahun
pelajaran 2017/2018. Laporan hasil kunjungan kegiatan studi wisata ini, disusun
berdasarkan pengamatan langsung ke obyek wisata yang ada di Pulau Bali, dari
berbagai survey dan beberapa sumber lain yang mendukung dan dapat dipercaya kebenarannya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam membuat karya
tulis ini, dan juga terselesaikannya laporan hasil kunjungan studi wisata ini
tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Drs.Aripin
Supriyatna,M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Sidareja.
2.
Soleh Anwar,S.Pd.selaku pembimbing I.
3.
Herlin Mindaryati,S.Pd selaku pembimbing II.
4.
Drs. Sugiri, selaku wali kelas XII IPS 4.
5.
Guide Lokal
Pulau Bali dan Tour Leader,bapak ibu guru SMA N 1 SIDAREJA
6.
Semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan hasil kunjungan
kegiatan studi wisata ke Pulau Bali ini.
Akhir kata penulis mohon maaf, karena karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Apabila, ada
saran dan kritik yang bisa menjadikan karya
tulis ini lebih baik saya ucapkan terimakasih.
Penulis,
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan .................................................................................... ..........ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Moto........................................................................................................................iv
Halaman Persembahan............................................................................................. v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Daftar Isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Pembatasan Permasalahan ............................................................................2
1.4 Tujuan Penyusunan Karya Tulis ....................................................................2
1.5 Manfaat Karya Tulis ..................................................................................... 2
BAB
II LANDASAN TEORI ................................................................................
2.1 Penegasan Judul.............................................................................................3
2.2 Sejarah Pulau Bali
........................................................................................4
2.3 Keadaan Wilayah Pulau
Bali.........................................................................6
2.4 Sistem Religi dan
Kepercayaan.....................................................................6
2.5 Hari-Hari Besar Agama Hindu.......................................................................7
2.6 Keadaa Penduduk Bali...................................................................................8
2.7 Potensi Pariwisata Bali...................................................................................8
BAB III METODOLOGI
3.1.
Lokasi dan Waktu ........................................................................................9
3.2.
Sistematika Penulisan ...................................................................................9
3.2.1 Kerangka Penulisan ...............................................................................9
3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data
..........................................................10
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Tari Barong.....................................................................................12
4.2 Jenis-Jenis Barong dan
Rangda di Pulau Bali.............................................13
4.3 Tokoh dan Alur Cerita
Dalam Pementasan Tari Barong ............................16
4.4 Makna dan Misteri Yang
Terkandung Dalam Tari Barong.........................21
BAB
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................23
5.2 Saran ............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya yang
melimpah yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah yang ada
di Indonesia memiliki keunikan budaya tersendiri. Mulai dari seni tradisional,
rumah adat, pakaian daerah, tarian, lagu, bahkan kepercayaannya yang terlahir
menjadi identitas menonjol bagi daerah tersebut.
Salah
satu daerah yang terkenal dengan kekokohan budayanya adalah Pulau
Bali. Daerah dengan sebutan Pulau Dewata ini, memiliki masyarakat
yang masih memegang teguh budaya dan kepercayaan yang diwariskan oleh
leluhur mereka. Hal ini dapat terlihat dari kehidupan sosial
masyarakat Hindu Bali yang tidak terlepas dari ritual-ritual keagamaan yang
mereka laksanakan. Tidak terlepas dari kebudayaan Hindu Bali, tari pun ikut
berperan aktif dalam pelaksanaan upacara keagamaan, sebut saja tari Barong.
Tari yang masih termasuk kedalam bagian tarian Pura ini merupakan peninggalan
kebudayaan Pra-Hindu selain tari Sangyang.
Tari Barong adalah pertunjukan
sakral di Bali yang konon berasal dari negeri Cina. Pertunjukan tari Barong
dilangsungkan sekali sehari, di Kuta dan Batubulan. Dalam tari Barong terdapat
berbagai hal yang mungkin banyak mengandung keunikan dan belum diketahui oleh
khalayak umum, khususnya bagi pelajar SMA Negeri 1 Sidareja. Sehingga penulis
berkeinginan untuk menguraikan beberapa hal penting terkait tari Barong. Mulai
dari sejarahnya sampai dengan hal yang paling utama dari judul ini, yaitu corak
budaya tari barong dalam pementasan tari Barong. Keunikan yang terkandung dari
tari Barong itu sendiri merupakan ciri khas yang hanya ada tepatnya di Bali.
Untuk mengetahui
secara lebih rinci seluk beluk dari peran tari Barong dalam kebudayaan Bali,
penulis pun memutuskan untuk menulis laporan dengan mengangkat judul “Corak Budaya Tari Barong”.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas
penulis diantaranya:
1. Bagaimana
sejarah tari Barong yang ada di pulau Dewata ?
2. Jenis-jenis Barong apa saja
yang terdapat di pulau Bali ?
3. Bagaimana alur cerita dalam
pementasan tari Barong ?
4. Apa makna dan misteri yang terkandung di dalam tari
Barong ?
1.3
Pembatasan Masalah
Penegasan Judul
Corak budaya merupakan sesuatu hal yang dianggap berbeda dari yang lain
dan mempunyai ciri khas tersendiri. Tari barong ialah tarian khas
Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan pra-Hindu. Jadi Corak Budaya Tari Barong
yaitu tarian khas Bali yang dianggap berbeda dari yang lain dan mempunyai ciri
khas tersendiri.
1.4
Tujuan Penyusunan Karya Tulis
Adapun
hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan studi wisata ini adalah:
1. Mengetahui sejarah tari Barong yang ada di pulau
Dewata
2. Mengetahui jenis-jenis Barong dan Rangda
3. Mengetahui tokoh-tokoh dalam pementasan tari Barong
4. Mengetahui alur cerita dalam pementasan tari Barong
5. Mengetahui makna dan misteri yang terkandung di
dalam tari Barong
1.5
Manfaat karya tulis
1.
Mengenal keragaman budaya di Indonesia khususnya Tari
barong
2.
Meningkatkan kecintaan kita terhadap keragaman
budaya yang ada di Indonesia
3.
Menambah wawasan
tentang sejarah tari Barong yang ada di Pulau Dewata
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Penegasan
Judul
2.1.1
Definisi
Corak
Coraak adalah sebuah bentuk atau wujud dari
ungkapan artistik seseorang dalam menggambarkan bentuk-bentuk alami yang di
sesuaikan dengan citarasa keindahan didalam peniruan atau penggambarannya.
2.1.2
Definisi
Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
2.1.3
Definisi Tari Barong
Tari
Barong adalah tarian khas Bali yang berasal
dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan
(dharma) dan kebatilan (adharma).
2.2 Sejarah
Bali
Penghuni pertama pulau Bali
diperkirakan datang pada 3000 -2500 SM yang
bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut
ditemukan di desa Cekik yang terletak dibagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian
berakhir, dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Sansekerta dari India pada 100 SM.Kebudayaan Bali
kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang
prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi.
Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai
ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya prasati Blajong yang dikeluarkan
Oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan
menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa
inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan.
Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada
masa itu. Kerajaan Majapahit (1293 – 1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau
Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di
nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan,
pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu
menyingkir dari Pulau Jawa ke Pulau Bali.Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis De Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung
Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun
mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat
perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah
sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Belanda melakukan
serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan
daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah
maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga
menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik
pria maupun wanita termasuk rajanya.
Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira militer
bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan
Bali 'pejuang kemerdekaan. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada
bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk
menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan
sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang
saat itu menggunakan senjata Jepang.
Pada 20 November 1945
, Pecahlah pertempuran Puputan Margarana
yang terjadi di desa Marga,Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Seluruh anggota batalion Bali
tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang
terakhir.
Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13
wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru
diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik
Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Soekarno dan Hatta
Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak
penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain
di Indonesia.
Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S PKI terhadap pemerintah nasional di Jakarta,
di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan
simpatisan Partai Komunis indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari
100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian di
masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil
diungkapkan secara hukum.
Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang
lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan
pantai Jimbaran.
Penduduk
Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3%menganut agama Hindu.Agamalainnya adalah Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Selain dari sektor pariwisata, penduduk
Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga
memilih menjadi seniman.
Bahasa yang digunakan di
Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor
pariwisata. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan
sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali
adalah bilingual atau bahkan
trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya
masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai
pilihan dalam berkomunikasi.
2.3 Keadaan Wilayah Pulau Bali
Bali
adalah salah satu Pulau di Indonesia yang terkenal akan keindahan
panorama alamnya. Pulau Bali dijuluki dengan sebutan “PULAU DEWATA”
karena konon pada jaman dahulu Pulau Bali adalah tempat tinggal para dewa.
Secara otomatis, Pulau Bali terletak antara 7 LS – 8 LS dan
114 BT – 155 BT, Pulau Bali berbatasan dengan :
1.Sebelah
Utara : Laut Bali
2. Sebeleh
Selatan : Samudra Hindia
3. Sebelah
Timur : Selat Lombok
4. Sebelah
Barat : Selat Bali
2.4 Sistem Religi dan Kepercayaan
Umat
Hindu memiliki 5 upacara adat yang
disebut Panca Yatnya yang artinya 5 pengorbanan, yaitu :
1.Dewa Yatnya, yaitu pengorbanan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.Putra Yatnya, yaitu pengorbanan
terhadap roh atau leluhur yang telah meninggal.
3.Resi Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap para pendeta
4.Manusia yatnya, yaitu pengorbanan yang dilakukan
manusia agar hidupnya aman dan sejahtera
5.Brita Yatnya, yaitu upacara yang dilakukan untuk
makhluk hidup dunia.
Upacara adat di Bali
biasanya bersifat ritual. Disamping upacara yang disebut diatas, ada juga
upacara lain yang wajib yaitu :
1. Mapendes, yaitu upacara potong gigi yang di lakukan
setiap remaja di Balai Adat
2. Meraja Swala, yaitu upacara yang dilakukan oleh para
gadis yang sedang mendapat menstruasi.
3. Ngaben, yaitu upacara pembakaran jenazah.
2.5 Hari-hari
Besar Agama Hindu
1. Hari
Raya Nyepi
Hari raya ini dirayakan untuk menyambut Tahun Baru
Saka. Pada hari ini masyarakat tidak melakukan aktivitas mulai dari memasak,
bekerja, keluar rumah bahkan menyalakan lampu. Suasana pada Hari raya Nyepi itu
benar-benar sepi dan hening, sebab masyarakat Bali berdo’a dan beribadah setiap
hari. Tetapi bagi yang memiliki anak kecil, boleh menyalakan lampu tapi
harus minta ijin dulu kepada ketua atau harus diketahui oleh para tetangga.
2. Hari Raya Galungan
Hari raya ini di peringati untuk merayakan
kemenangan Dharma melawan Adharma atau kebaikan melawan keburukan dalam
kehidupan di dunia. Hari raya ini
dilakukan untuk memuja terhadap alam semesta ciptaan Tuhan.
3. Hari Raya Kuningan
Hari raya ini di peringati utnuk pemujaan terhadap
alam semesta ciptaan Tuhan.
2.6
Keadaan Penduduk Bali
Masyarakat hukum dari Bali yang terkenal adalah
Banjar, yang dipimpin oleh Klian Banjar. Klian Banjar bertugas menyelesaikan persoalan-persoalan
adat dan berwenang mengurusi masalah pertanian dan irigasi. Sistem pengairan di
Pulau Bali disebut Subak yang dipimpin oleh Klian Subak.
Disamping Banjar dan Subak, juga dikenal organisasi
yang disebut Seka. Seka dalah perkumpulan yang bergerak di bidang tertentu,
misalnya Seka Taruna (perkumpulan pemuda), Seka Dara (perkumpulan gadis) dan masih banyak lagi. Tiap Banjar memiliki pura sendiri
yang disebut Pura Desa, yakni tempat untuk memuja Dewa.
2.7 Potensi Pariwisata
Bali
Pulau Bali sangat menarik perhatian para wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Hal
itu tidak lain karena Pulau Bali memiliki keindahan yang masih
alami. Selain itu karena tingginya nilai-nilai
budaya di Pulau Bali yang terlihat dengan jelas dalam bidang seni ukir, seni
tari dan masih banyak lagi.
Jadi jelas bahwa Pulau Bali
memiliki potensi pariwisata yang tinggi sehingga tidak mengherankan kalau Pulau
bali sangat terkenal di berbagai belahan dunia.Bali yang
sejak dahulu dikenal sebagai daerah wisata merupakan kenyataan yang
telah diterima dihati setiap orang yang pernah datang di Pulau tersebut. Pada umumnya hal inilah yang menarik para wisatawan
untuk datang ke Pulau Bali.
BAB III METODOLOGI
3.1
Lokasi dan Waktu
Lokasi : Jalan Waribang No.21, Kesiman, Denpasar Tim, Kota
Denpasar, Bali
Waktu : 18 April
2017
3.2
Sistematika Penulisan
3.2.1 Kerangka Penulisan
Halaman
Judul
Halaman
Persetujuan
Halaman
Pengesahan
Moto
Halaman
Persembahan
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Perumusan
Masalah
1.3 Pembatasan Permasalahan
1.4 Tujuan Penyusunan Karya Tulis
1.5 Manfaat Karya Tulis
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................
2.1 Penegasan
Judul
2.2 Sejarah
Pulau Bali
2.3
Keadaan Wilayah Pulau Bali
2.4
Sistem Religi dan Kepercayaan
2.5
Hari-Hari Besar Agama Hindu
2.6
Keadan Penduduk Bali
2.7
Potensi Pariwisata Bali
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Sistematika Penulisan
3.2.1 Kerangka Penulisan
3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah
Tari Barong
4.2 Jenis-Jenis
Barong dan Rangda di Pulau Bali
4.3 Alur
Cerita Dalam Pementasan Tari Barong
4.4 Makna
dan Misteri Yang Terkandung Dalam Tari Barong
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
|
3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang dipakai oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini disesuaikan
dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Jenis data yang akan dikumpulkan dalam
karya tulis ilmiah ini berupa data kualitatif, sehingga penulis menggunakan
teknik non tes berupa observasi, wawancara. Teknik-teknik tersebut secara lebih
rinci dijelaskan dalam uraian berikut :
a.
Observasi
Observasi
dilakukan dengan pemusatan perhatian terhadap objek penelitian
dengan menggunakan seluruh alat indera dengan tujuan untuk mengkonfirmasikan
antara data yang ada dengan kenyataan sebenarnya.
Pengumpulan data dengan
observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan data tentang tari barong
di Pulau Bali.
b.
Wawancara
Teknik wawancara
dilakukan oleh penulis dimana penulis berperan sebagai pewawancara.
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden
atau narasumber. Data yang diperoleh berupa jawaban-jawaban dari responden.
c. Kajian teori
Teknik
ini dilakukan dengan cara mengunpulkan data yang bersumber dari buku dan media
elektronik, misalnya surat kabar, majalah, tabloid, radio, internet dan televise.
d. Mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh tour guide lokal Pulau Bali dan tour leader
e. Membaca selebaran yang diberikan oleh pihak
penyelenggara pementasan
f. Mencari situs di internet khususnya tentang tari
Barong.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Tari Barong
Tari Barong adalah salah satu jenis tarian Bali yang merupakan
peninggalan kebudayaan Pra-Hindu selain tari Sangyang. Menurut I Made Bandem, Barong merupakan topeng yang
berwujud binatang mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan dijadikan pelindung
masyarakat Bali. Jika dilihat dari ikonografi topeng-topeng barong yang ada di
Bali, nampak adanya perpaduan antara kebudayaan Bali Kuna dengan kebudayaan
Hindu, khususnya kebudayaan Hindu yang bercorak Budha. Topeng-topeng barong
seperti itu terdapat pula di negara-negara penganut agama Budha seperti Jepang
dan Cina. Sehingga Banyak para sarjana memastikan bahwaasal mula barong adalah
tari singa Cina (Barongsai) yang muncul selama dinasti Tang (abad ke 7-10) dan
menyebar ke berbagai negara bagian di Asia Timur.
Jika dilihat dari penyusun katanya, kata Barong berasal dari kata
bahruang yang berarti beruang yang merupakan seekor binatang
mithologi yang mempunyai kekuatan gaib, yang dianggap sebagai
binatang pelindung. Tarian barong menggambarkan pertarungan antara
kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh
Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara
kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring
runcing di mulutnya.
Rangda terkenal sebagai sosok yang mempunyai sifat jahat atau lambang
kebatilan karena menurut kepercayaan, Rangda adalah ratu para leak dalam
mithologi Bali. Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan
memakan anak kecil serta memimpin pasukan nenek sihir jahat melawan Barong,
yang merupakan simbol kekuatan baik.
Menurut ethimologinya, kata Rangda yang biasa dikenal di Bali berasal
dari bahasa Jawa kuno yaitu dari kata Randa yang berarti Janda. Randa adalah
sebutan janda dari golongan Tri wangsa, yaitu waisya, ksatria, dan Brahmana.
Sedangkan dari golongan Sudra disebut Balu dan kata Balu dalam bahasa Bali
alusnya adalah Rangda.
Diceritakan bahwa kemungkinan besar Rangda berasal dari ratu Mahendratta
yang hidup di pulau Jawa pada abad ke-11. Ia diasingkan oleh raja Dharmodayana
karena dituduh melakukan perbuatan sihir terhadap permaisuri kedua raja
tersebut. Menurut legenda ia membalas dendam dengan membunuh setengah kerajaan
tersebut, yang kemudian menjadi miliknya serta milik putra Dharmodayana,
Erlangga. Kemudian ia digantikan oleh seseorang yang bijak.
4.2
Jenis
Barong dan Rangda
Masyarakat Bali adalah masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan
dan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, termasuk
kepercayaan tentang barong. Mereka percaya
bahwa barong merupakan hewan yang mempunyai kekuatan ghaib dan dianggap sebagai
binatang pelindung. Meskipun Barong merupakan hewan yang berkaki 4, namun
didalam perkembangannya barong di Bali tidak hanya diwujudkan dalam binatang
berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua, adapun jenis-jenis barong
yang ada di Bali yaitu :
1. Barong Ket (Ketet)
Barong Ket atau Barong Keket
adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering
dipentaskan serta memiliki perbendaharaan gerak
tari yang lengkap Kostum Barong ket umumnya menggambarkan perpaduan
antara Singa, harimau, dan lembu.
2.
Barong Bangkal
Bangkal artinya babi besar yang
berumur tua, oleh sebab itu Barong ini menyerupai seekor bangkal atau bangkung,
Barong ini biasanya juga disebut Barong Celeng
atau Barong Bangkung.
3.
Barong Asu
Disebut dengan Barong Asu,
karena Barong ini menyerupai anjing (asu) dan termasuk jenis barong yang
langka. Hanya terdapat di daerah Tabanan dan Badung. Biasanya dipentaskan
dengan berkeliling desa (ngelelawang) pada hari-hari tertentu tanpa lakon
dengan diiringi gamelan batel, tetamburan, atau balaganjur.
4.
Barong Brutuk
Barong Brutuk merupakan tarian
langka yang menggambarkan makhluk-makhluk suci (para pengiring ratu Ida
Pancering Jagat) yang beristana di Pura pancering Jagat, Trunyan. Penarinya
adalah para remaja yang di sucikan dan menggunakan busana yang terbuat dari
daun pisang kering (keraras), memakai topeng dari batok kelapa, setiap orang
membawa cambuk yang dimainkan sambil berlari-lari mengelilingi Pura,
diiringi dengan gamelan balaganjur atau babonangan. Barong ini terdapat di
daerah Trunyan (sebuah Desa kecil dipinggir sebelah timur dari Danau
Batur) –Kintamani (Bangli). Barong jenis ini sangat di keramatkan oleh
masyarakat Trunyan.
5.
Barong Kadingkling
Barong ini disebut juga barong
blasblasan. Pementasannya secara ngelalawang, para penarinya hanya menggunakan
topeng wayang wong dengan lakon cuplikan-cuplikan dari cerita Ramayana terutama
adegan perang dan setiap lakon dimainkan oleh seorang penari yang masih
anak-anak.
6.
Barong Gajah
Barong ini menggunakan kostum
yang menyerupai gajah, ditarikan oleh dua orang dan termasuk jenis barong yang
langka sehingga dikeramatkan warga masyarakat pengemongnya. Dipentaskan secara
berkeliling (ngelelawung) tanpa membawakan lakon
dan diiringi dengan gamelan batel atau tetamburan.
7.
Barong Macan
Sesuai dengan namanya, Barong
ini menyerupai seekor macan dan termasuk jenis barong yang terkenal dikalangan
masyarakat Bali. Dipentaskannya dengan berkeliling desa dan ada kalanya
dilengkapi dengan suatu dramatari semacam arja serta diiringi dengan gamelan
batel.
8.
Barong Landung
Barong landung adalah suatu
wujud susunan yang berwujud manusia dengan tinggi mencapai 3 meter. Pada
umumnya barong landung ini dibuat berpasangan, terdiri dari Ratu lanang
(barong landung laki-laki) dan Ratu luh (Barong landung
perempuan).
Barong ini mula-mula dipakai
untuk mengelabuhi barisan makhluk halus ganas yang menebar segala bencana
penyakit dan marabahayanya ke perkampungan penduduk Bali. Makhluk-makhluk halus
tersebut dipercaya sebagai anak buah dan hulubalang Ratu Gede Maceling yang
menyeberangi lautan dari Nusa Penida. Oleh seorang pendeta sakti, kemudian
penduduk disarankan untuk membuat patung yang mirip sang majikan, tinggi,
besar, hitam, dan bertaring dan diberi nama Jero Gede Maceling dan mengaraknya
berkeliling kampung untuk membuat para makhluk halus itu takut dan menyingkir.
Sirnalah segala macam penderitaan yang menghantui penduduk selama ini. Untuk
penghormatan kepada tiruan Jero Gede, dibuatlah pasangannya yang biasa
dipanggil Jero Luh. Kedua Barong Landung itu sering dihibur, diajak
berjalan-jalan dan dibuatkan keramaian supaya bisa menari dan bersenang-senang.
Barong Landung tidak sama
dengan barong ket yang sudah dikomersialisasikan. Barong landung
lebih sakral dan diyakini kekuatannya sebagai pelindung dan
pemberi kesejahteraan umat. Barong Landung
banyak dijumpai disekitar Bali Selatan,
seperti Badung, Denpasar, Gianyar, Tabanan. Didalam pementasannya barong ini
mengambil lakon Arja (terutama di Daerah Badung) dan
diiringi gamelan batel.
Karena Rangda digambarkan
sebagai seorang wanita dengan rambut panjang yang acak-acakan serta memiliki
kuku panjang dan muka yang sangat menyeramkan. Sehingga untuk membedakan wujud
rangda adalah dengan melihat bentuk mukanya (prerai).
Adapun
jenis-jenis Rangda adalah sebagai berikut :
1.Bentuk Nyinga
Merupakan salah satu jenis
rangda apabila bentuk muka rangda itu menyerupai singa dan sedikit menonjol ke
depan (munju). Sifat dari rangda ini adalah galak dan buas.
2.Bentuk
Nyeleme
Dikatakan bahwa suatu jenis
rangda memiliki bentuk muka Nyeleme apabila bentuk muka
rangda itu menyerupai wajah manusia dan sedikit melebar (lumbeng). Bentuk
rangda seperti ini menunjukan sifat yang berwibawa dan angker.
3. Bentuk Raksasa
Seperti namanya yaitu Rangda bentuk raksasa. Maka rangda ini
memiliki ciri-ciri apabila bentuk muka rangda ini menyerupai wujuf raksasa
seperti yang umum kita lihat rangda pada umumnya. Biasanya rangda ini menyeramkan.
4.3 Tokoh dan Alur
Tokoh-Tokoh Pementasan Tari
Barong
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam
Tari Barong dan Keris adalah:
a. Barong
Barong
adalah karakter dalam mitologi Bali dan merupakan perwujudan raja dari roh-roh
yang melambangkan kebajikan (dharma). Barong dalam mitologi Bali konon
digerakkan oleh roh yang dikenal dengan nama Banas Pati Rajah, yaitu roh yang
mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Sebagai roh pelindung,
b. Rangda
Rangda
merupakan sosok yang menggambarkan keburukan (adharma). Didalam setiap gerak
gerik Rangda selalu bertujuan untuk menguasai alam dengan
penuh kebatilannya. Berbagai upaya pun dilakukan oleh Rangda untuk melawan
Barong, namun semua upayanya tidak membuahkan hasil yang
menguntungkan dirinya.
c. Kera
Kera
merupakan tokoh yang pertama muncul pada awal gending pembukaan dalam
pementasan. Dalam pementasan tersebut digambarkan kera sedang berada di hutan
lebat bersama dengan Barong. Kera ini merupakan gambaran sosok yang menjadi
sahabat dari Barong yang membantu barong dalam melawan tiga orang perusak
hutan.
d. Tiga orang perusak hutan
Tiga orang perusak hutan ini
menggunakan topeng didalam menjalankan aksinya. Pada awalnya tiga orang ini
sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan, dan salah satu anak dari orang
tersebut diduga telah dimakan oleh Barong. Sehingga peran dari ketiga orang ini
adalah sebagai musuh dari Barong, dan mereka sangat dendam terhadap Barong atas
apa yang telah dilakukan kepada mereka.
e. Dua orang pengikut Rangda
Dua orang pengikut rangda ini berperan untuk mencari pengikut Dewi Kunti
dan merubah wujudnya menjadi setan untuk memasukan roh jahat kepada pengikut
Dewi Kunti.
f. Dewi Kunti
Dalam pementasan tari Barong,
Dewi Kunti diceritakan sebagai korban Rangda yang harus menyerahkan putranya
kepada Rangda sesuai janji yang telah diucapkannya sendiri.
g. Pengikut-pengikut Dewi Kunti
Karena pengaruh roh jahat yang telah dirasukan oleh pengikut Rangda,
sehingga pengikut-pengikut Dewi Kunti pun berubah sifat menjadi sosok yang
jahat dan ikut berupaya membujuk Dewi Kunti untuk menyerahkan putranya kepada
Rangda.
h. Patih
Patih juga termasuk korban
Rangda yang telah dirasuki roh jahat. Patih disini berperan mengantarkan Dewi
Kunti menghadap Rangda, dan atas pengaruh yang telah didapatnya sehingga ia
juga yang mengantarkan putra Dewi Kunti ke dalam hutan lebat dan mengikatnya di
muka sang Rangda.
i.
Sadewa
Sadewa merupakan putra Dewi
Kunti yang diserahkan kepada Rangda sebagai korbannya. Namun, Sadewa juga
termasuk orang pilihan yang diberi kekuatan oleh Dewa sehingga ia dapat
terhindar dari serangan Rangda.
j.
Dewa Siwa
Dewa Siwa merupakan Dewa
penolong yang turun dari khayangan yang memberikan bantuan dan pertolongan
kepada umat manusia yang memerlukan.
k. Kalika
Kalika adalah murid Rangda yang paling sakti. Pada
mulanya diceritakan bahwa Kalika ingin memohon ampunan kepada Sadewa, namun
permohonan itu ditolak, sehingga membuat Kalika menjadi marah dan merubah
wujudnya menjadi berbagai bentuk untuk mengalahkan sadewa.
Alur Cerita Pementasan Tari
Barong
Pementasan Tari Barong terdiri
dari beberapa babak alur cerita yang saling berkaitan, yaitu
1. Gending Pembukaan
Pada babak ini, menggambarkan
suasana Barong dan kera yang sedang berada di dalam hutan lebat. Tak lama
kemudian munculah tiga orang bertopeng yang menggambarkan tiga orang yang
sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan. Mereka membuat keributan dan
merusak ketenangan hutan. Salah satu anak dari orang tersebut diduga telah
dimakan oleh Barong. Melihat hal tersebut, kemudian ketiga orang itu sangat marah
dan menyerang Barong dan kera. Akhirnya ternyata
dalam perkelahian itu hidung diantara salah seorang dari ketiga orang bertopeng itu berhasil
dipotong oleh Si kera.
2. Babak Pertama
Muncullah dua orang penari, mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda
yang sedang mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam
perjalanan untuk menemui Sang Patih.
3. Babak kedua
Setelah
para pengikut Dewi Kunti sampai ini tiba di tujuan
mereka. Maka tiba-tiba salah satu dari pengikut rangda berubah wujud
menjadi menyerupai bentuk Rangda (semacam rangda) dan memasukan roh
jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah.
4. Babak Ketiga
Munculah Dewi Kunti dan anaknya yang bernama Sadewa.
Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa menjadi
korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela mengorbankan anaknya, Sadewa kepada
Rangda. Tetapi dengan ilmu sakti yang dimiliki oleh Rangda dengan bujukan para
pengikut Dewi Kunti yang juga
memasukan roh jahat kepadanya, Rangda bisa mempengaruhi pikiran Dewi Kunti menjadi pemarah dan tetap berniat
mengorbankan Sadewa. Disamping itu, para pengikut Dewi Kunti juga ikut membujuk
Dewi Kunti. Karena mereka juga sudah kerasukan oleh roh jahat. Rangda yang
berhasil mempengaruhi pikiran dan akal sehat Dewi Kunti, sehingga membuat Dewi
Kunti tiba-tiba marah dan menjadi sangat benci kepada putranya.
5. Babak Keempat
Pada babak
ini menggambarkan kekuatan dan anugerah Sang Dewa (Dewa Siwa) untuk
memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat manusia yang memerlukan. Ketika
Sadewa diikat dibawah pohon besar di dalam hutan dan ditinggal sendirian.
Tiba-tiba turunlah Batara Siwa dari Khayangan dengan merasa iba akan kondisi
Sadewa, Batara Siwa memberikan keabadian hidup kepada Sadewa dengan menganugerahkan
keabadian dan kekebalan akan segala ilmu jahat kepada diri Sadewa. Dan kejadian
ini tidak diketahui oleh Rangda. Sesaat kemudian Rangda datang untuk mencabut
nyawa Sadewa, karena tidak sadar akan anugerah yang sudah diberikan oleh Batara
Siwa berusaha mengoyak-oyak, mencabik, dan membunuh sadewa tetapi tetap tidak
berhasil. Karena Rangda yang tidak berhasil membunuh Sadewa merasa putus asa,
Rangda pun menyerah dan memohon ampunan kepada Sadewa untuk dapat menebus
dosa-dosanya. Disamping itu rangda pun memohon untuk diselamatkan agar dapat
masuk Surga. Permintaan ini dipenuhi Sadewa dan Rangda pun mendapat
pengampunan, sehingga berikutnya Rangda dapat masuk Surga.
6. Babak Kelima
Babak ini menggambarkan pertentangan abadi antara
kebijakan dan keburukan dikehidupan ini. Kalika adalah murid Rangda yang paling
sakti. Kalika bermaksud untuk menghadap Sadewa untuk memohon pengampunan
sebagaimana Rangda dulu memohon kepada Sadewa. Tetapi Sadewa menolak permintaan
ini sehingga murkalah Kalika.
Kejadian tersebut mengakibatkan
terjadinya pertarungan sengit antara keduanya.dalam pertempuran ini Kalika
beberapa kali merubah wujud dirinya untuk dapat bisa mengalahkan Sadewa. Karena kalah, kalika berubah lagi menjadi burung
gagak yang besar tetapi tetap dapat pula dikalahkan oleh Sadewa. Akhirnya,
kalika kembali berubah rupa menjadi sosok yang paling sakti, yaitu Rangda.
Karena kesaktian yang dimiliki oleh Rangda ini, maka Sadewa tidak dapat
mengalahkannya. Karena sama saktinya tidak ada yang menang dan tidak
ada yang kalah. Sehingga pertarungan ini pun menjadi pertarungan abadi yang
terus berlangsung sampai saat ini. Dimana ada kejahatan disitu pula akan ada
kebaikan yang akan terus bertempur melawan kejahatan.
7. Penutup
Munculah
para pengikut barong dengan membawa keris bermaksud untuk menolong Barong.
Tetapi dengan ilmu saktinya, Kalika yang berwujud Rangda berhasil membuat roh
jahat menguasai tubuh pengikut Barong, sehingga mereka berbalik berusaha
menikam diri mereka dengan keris. Barong dengan ilmu kebaikannya menolong
mereka dari kerasukan roh jahat dan berhasil mengusir roh jahat dari tubuh
mereka.
4.4 Makna Dibalik Keistimewaan
Tari Barong
Sebagai sebuah mahakarya warisan budaya dari Pulau Bali, tari Barong
memiliki makna yang istimewa bagi yang setiap orang yang mampu menangkap
keistemewaan tersebut . Tentu saja
keistimewaan itu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dan keistimewaan
yang paling menonjol adalah dari sudut pandang kebudayaan dan kepercayaannya.
Sebagai kesenian tradisional peninggalan kebudayaan sebelum agama Hindu
berkembang di Bali, bagi masyarakat Bali, Barong bukanlah sekedar tarian
tradisional. Sejak dulu hingga kini mereka menjadikan Barong sebagai simbol
kebaikan yang diyakini mempunyai kekuatan magis. Begitu kuatnya keparcayaan
masyarakat Hindu Bali, mereka menjadikan Barong sebagai benda sakral yang
sangat disucikan. Tarian yang menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan
kebatilan ini adalah tarian yang biasa digelar pada upacara-upacara keagamaan,
misalnya dalam upacara bersih desa yang di laksanakan setiap tanggal 2 Syawal
dan upacara idher bumi dan upacara selamatan Sewu tumpeng yang dilaksanakan
setiap tanggal 1 Bulan Haji. Upacara ini biasa di laksanakan di desa Kemiren.
Ritual ini dilaksanakan untuk menghormati dahyang desa Kemiren agar kemakuran
desa tetap terjaga dan terjauhkan dari bencana. Selain Itu tari Barong juga sangat
di sakralkan oleh masyarakat karena dipercaya mempunyai kekuatan magis arwah
nenek moyang. Kesakralan tari Barong juga dimanfaatkan untuk pengobatan
penyakit. Obat diambilkan dari kemenyan yang dibakar dibawah tubuh barong
kemudian dilarutkan dalam air yang dipercaya bisa mengobati berbagai
penyakit mulai dari buta
hingga sakit perut mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan harinya.
Selain itu, keistimewaan tari
Barong juga dapat dilihat dari unsur mitologis yang sangat kuat. Karena sumber
cerita tari Barong itu sendiri adalah tradisi pra-Hindu
yang menyakini bahwa Barong adalah hewan mitologis dan merupakan hewan
pelindung kebaikan. Selain itu, unsur mitologis dalam tarian sakral ini juga
diperkuat dengan proses pembuatan Barong itu sendiri. Karena bahan dasar topeng
Barong tersebut diperoleh dari kayu yang diambil dari tempat- tempat yang
angker. Hal ini pulalah yang memperkuat kepercayaan masyarakat Hindu Bali untuk
menyakralkan dan mensucikan Barong tersebut.
Tari Barong yang digelar di Pura dimainkan secara serius. Berbeda
dengan tari Barong yang di pentaskan untuk pertunjukan wisata yang diselingi
dengan humor.
Disisi lain, tari Barong juga mempunyai keistimewaan lain yaitu
adanya unsur- unsur komedi yang dapat menghibur, khususnya tari Barong yang
sengaja dipantaskan untuk pertunjukan wisata kebudayaan. Unsur komedi ini sengaja diselipkan untuk menghibur
penontonnya. Tentu saja lewat gerak- gerik para pemainnya yang dikemas
sedemikian rupa agar dapat memancing tawa penontonnya.
Namun pada dasarnya, pada setiap pementasan tari Barong yang
diselenggarakan di Bali baik yang bersifat keagamaan atau hanya sekedar untuk
hiburan memiliki makna yang sangat mendalam yang tersirat dibalik
keistimewaan-keistimewaan yang ada, makna yang memang menggambarkan keadaan
kehidupan sosial manusia seutuhnya. Dimana
dalam pementasan tari Barong tersebut digambarkan bahwa tidak akan ada
kebahagiaan yang sempurna di dunia ini, kebatilan akan senantiasa mengejar dan
terus mensejajarkan kedudukannya dengan kebaikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan dan
dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa:
1. Tari Barong adalah tarian yang menggambarkan
pertarungan antara kebaikan dan kebatilan.
2. Jenis-jenis Barong di Pulau Bali diantaranya Barong
Ket, Barong Bangkal, Barong Anjing, Barong Gajah, Barong Landung, dan Barong
Brutak. Sedangkan bentuk muka Rangda yang ada di Pulau Bali diantaranya bentuk
Nyinga, bentuk Nyleme, dan bentuk Raksasa.
3. Tokoh-tokoh penggerak jalannya
pementasan tari barong terdiri dari Barong, Rangda, pengikut Rangda, Dewi
Kunti, Pengikut Dewi Kunti, Dewa Siwa, Kalika, tiga orang perusak hutan, kera,
patih, dan Sadewa. Alur cerita
pementasan tari Barong menggambarkan pertarungan antara Barong dan Rangda yang
sama kuat sehingga tidak ada pihak yang menang maupun kalah.
4. Keistimewaan tari Barong dari sudut religius
menyebabkan tari Barong menjadi tarian sakral yang penuh makna bagi umat Hindu
Bali.
5.2 Saran
1.
Pengelola
pementasan tari Barong sebaiknya memperbaiki sarana dan pra sarana yang ada di
tempat pementasan, sehingga wisatawan lebih nyaman dalam menyaksikan pementasan.
2.
Sebaiknya pihak
penyelenggara menambah jadwal pementasan, karena banyaknya peminat yang ingin
menyaksikan pementasan mahakarya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/gwt/
https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+barong+di+malam+hari&rlz=1C1AVNE_enID709ID709&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwj9jc_7gcjYAhUER48KHQ0xBHoQsAQIJg&biw=1517&bih=735#imgrc=uQUiCt-6iqvPHM: https://www.google.co.id/search?q=gambar+rangda+bali&rlz=1C1AVNE_enID709ID709&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjr1ZmcgsjYAhUJPo8KHaCECh4QsAQIJg&biw=1517&bih=681#imgrc=gf01AY83eVpDkM:
LAMPIRAN
Gambar 1
Keterangan : Tari barong bali
Gambar 2
.
Keterangan : Penari Tarian
Bali
Gambar 3
Keterangan : Rangda Bali
Gambar 4
Keterangan : Pementasan Tari Barong
No comments:
Post a Comment