Saturday, September 8, 2018

CONTOH KTI TARI BARONG BALI(KARYA TULIS ILMIAH)


CORAK BUDAYA TARI BARONG
Laporan Studi Wisata ini Disusun  dan  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti
Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN)
Tahun Pelajaran 2017/ 2018

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6MiCUxD58BIp9bWhHwDiQoHM7W3paVhHHu0GPx3KVVJzY7fKtxCbR1vEOC4gIrqVIlcbNssmsoCPgAJc3PFxKwpAlBAKFarnbm9WSz2xDn8iDCrjaAqwy4C5fGWUJgbJHsRBcPJXjG2M/s1600/01aa2171e568447dc43b6e8e8ad566db.jpeg

Disusun oleh :
Nama     : Dwi Sulistianingsih
NIS        : 158220
Kelas     : XII IPS 4

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 SIDAREJA
Jalan Kunci tromol Pos 4 Telepon (0280) 523186







LEMBAR PERSETUJUAN


Karya Tulis dengan Judul  CORAK BUDAYA TARI BARONG  telah disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2017/2018 pada :
Hari                 :
Tanggal           :






Pembimbing 1



SOLEH ANWAR,S.Pd.
NIP 19610905 198601 1 005


Pembimbing  2



HERLIN MINDARYATI,S.Pd.
NIP 19631026 198902 2002



LEMBAR PENGESAHAN


Karya Tulis dengan Judul CORAK BUDAYA TARI BARONG telah disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2017/2018 pada :
Hari                 :
Tanggal           :






Yang Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri 1 Sidareja



Drs.ARIPIN SUPRIYATNA,M.Pd
NIP 19640315 199203 1 010



PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
  1. Orang tua dan keluarga tersayang.
  2. Bapak Ibu Guru SMA Negeri 1 Sidareja.
  3. Kakak dan adik tercinta















MOTO

1.      Perjalanan hidup adalah rangkaian cerita yang menghadirkan sebuah pengalaman berharga, karena setiap orang memiliki kisah berbeda.
2.      Kesabaran bukan berarti diam tanpa melakukan sesuatu, tapi menunggu saat yang tepat untuk menyelesaikan dengan cara terbaik.
3.      Orang yang kuat bukanlah orang yang mampu mengalahkan lawan-lawannya, namun orang yang mampu mengalahkan hawa nafsu















KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT, yang telah  memberikan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan hasil kunjungan studi wisata ke Pulau Bali tanpa adanya halangan suatu apa.
Laporan hasil kunjungan kegiatan studi wisata ke Pulau Bali ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sekolah/Ujian Nasional tahun pelajaran 2017/2018. Laporan hasil kunjungan  kegiatan studi wisata ini, disusun berdasarkan pengamatan langsung ke obyek wisata yang ada di Pulau Bali, dari berbagai survey dan beberapa sumber lain yang mendukung  dan dapat dipercaya kebenarannya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam membuat karya tulis ini, dan juga terselesaikannya laporan hasil kunjungan studi wisata ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan  berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada  :
1.      Drs.Aripin Supriyatna,M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Sidareja.
2.      Soleh Anwar,S.Pd.selaku pembimbing I.
3.      Herlin Mindaryati,S.Pd selaku pembimbing II.
4.      Drs. Sugiri, selaku wali kelas XII IPS 4.
5.      Guide Lokal Pulau Bali dan Tour Leader,bapak ibu guru SMA N 1 SIDAREJA
6.      Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan hasil kunjungan kegiatan studi wisata ke Pulau Bali ini.
Akhir kata penulis mohon maaf, karena karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Apabila, ada saran dan kritik yang bisa menjadikan karya tulis ini lebih baik saya ucapkan terimakasih.                                                                                     


                       
   Penulis,         
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan .................................................................................... ..........ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Moto........................................................................................................................iv
Halaman Persembahan............................................................................................. v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1           
    1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................2           
    1.3 Pembatasan Permasalahan ............................................................................2           
    1.4 Tujuan Penyusunan Karya Tulis ....................................................................2
    1.5 Manfaat Karya Tulis ..................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................
2.1  Penegasan Judul.............................................................................................3
2.2  Sejarah Pulau  Bali ........................................................................................4
2.3  Keadaan Wilayah Pulau Bali.........................................................................6
2.4  Sistem Religi dan Kepercayaan.....................................................................6
2.5  Hari-Hari Besar Agama Hindu.......................................................................7
2.6  Keadaa Penduduk Bali...................................................................................8
2.7  Potensi Pariwisata Bali...................................................................................8
BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu ........................................................................................9
3.2. Sistematika Penulisan ...................................................................................9
      3.2.1 Kerangka Penulisan ...............................................................................9
      3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data ..........................................................10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Sejarah Tari Barong.....................................................................................12
4.2  Jenis-Jenis Barong dan Rangda di Pulau Bali.............................................13
4.3  Tokoh dan Alur Cerita Dalam Pementasan Tari Barong ............................16
4.4  Makna dan Misteri Yang Terkandung Dalam Tari Barong.........................21
BAB V PENUTUP
    5.1 Kesimpulan .................................................................................................23
    5.2 Saran ............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................25






BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya yang melimpah yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki keunikan budaya tersendiri. Mulai dari seni tradisional, rumah adat, pakaian daerah, tarian, lagu, bahkan kepercayaannya yang terlahir menjadi identitas menonjol bagi daerah tersebut.
Salah satu daerah yang  terkenal dengan kekokohan budayanya adalah Pulau Bali. Daerah dengan sebutan Pulau  Dewata ini, memiliki masyarakat yang masih memegang teguh budaya dan kepercayaan yang diwariskan oleh leluhur mereka. Hal ini dapat terlihat dari kehidupan sosial masyarakat Hindu Bali yang tidak terlepas dari ritual-ritual keagamaan yang mereka laksanakan. Tidak terlepas dari kebudayaan Hindu Bali, tari pun ikut berperan aktif dalam pelaksanaan upacara keagamaan, sebut saja tari Barong. Tari yang masih termasuk kedalam bagian tarian Pura ini merupakan peninggalan kebudayaan Pra-Hindu selain tari Sangyang.
Tari Barong adalah pertunjukan sakral di Bali yang konon berasal dari negeri Cina. Pertunjukan tari Barong dilangsungkan sekali sehari, di Kuta dan Batubulan. Dalam tari Barong terdapat berbagai hal yang mungkin banyak mengandung keunikan dan belum diketahui oleh khalayak umum, khususnya bagi pelajar SMA Negeri 1 Sidareja. Sehingga penulis berkeinginan untuk menguraikan beberapa hal penting terkait tari Barong. Mulai dari sejarahnya sampai dengan hal yang paling utama dari judul ini, yaitu corak budaya tari barong dalam pementasan tari Barong. Keunikan yang terkandung dari tari Barong itu sendiri merupakan ciri khas yang hanya ada tepatnya di Bali.
Untuk mengetahui secara lebih rinci seluk beluk dari peran tari Barong dalam kebudayaan Bali, penulis pun memutuskan untuk menulis laporan dengan mengangkat judul “Corak Budaya Tari Barong”.

1.2     Perumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas penulis diantaranya:
1. Bagaimana sejarah tari Barong yang ada di pulau Dewata ?
2. Jenis-jenis Barong apa saja yang terdapat di pulau Bali ?
3. Bagaimana alur cerita dalam pementasan tari Barong ?
4. Apa makna dan misteri yang terkandung di dalam tari Barong ? 

1.3     Pembatasan Masalah
Penegasan Judul
Corak budaya merupakan sesuatu hal yang dianggap berbeda dari yang lain dan  mempunyai ciri khas tersendiri. Tari barong ialah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan pra-Hindu. Jadi Corak Budaya Tari Barong yaitu tarian khas Bali yang dianggap berbeda dari yang lain dan mempunyai ciri khas tersendiri.

1.4     Tujuan Penyusunan Karya Tulis
Adapun hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan studi wisata ini adalah:
1. Mengetahui sejarah tari Barong yang ada di pulau Dewata
2. Mengetahui jenis-jenis Barong dan Rangda
3. Mengetahui tokoh-tokoh dalam pementasan tari Barong
4. Mengetahui alur cerita dalam pementasan tari Barong
5. Mengetahui makna dan misteri yang terkandung di dalam tari Barong
1.5     Manfaat  karya tulis
1.      Mengenal keragaman budaya di Indonesia khususnya Tari barong
2.      Meningkatkan kecintaan kita terhadap keragaman budaya yang ada di Indonesia
3.      Menambah wawasan tentang sejarah tari Barong yang ada di Pulau Dewata




BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Penegasan Judul
2.1.1        Definisi Corak
Coraak adalah sebuah bentuk atau wujud dari ungkapan artistik seseorang dalam menggambarkan bentuk-bentuk alami yang di sesuaikan dengan citarasa keindahan didalam peniruan atau penggambarannya.
2.1.2        Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
2.1.3        Definisi Tari Barong
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma).









2.2   Sejarah Bali
Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang  pada  3000 -2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik  yang  terletak  dibagian barat pulau.  Zaman  prasejarah kemudian berakhir, dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Sansekerta dari India pada 100 SM.Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat  kebudayaan  India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi.
 Nama Balidwipa  (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya prasati Blajong yang dikeluarkan Oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan  menyebutkan kata WalidwipaDiperkirakan  sekitar  masa inila sistem irigasi subak  untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa  tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit  (1293 – 1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh  nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir  dari  Pulau Jawa       ke Pulau Bali.Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis De Houtman  dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah  Denpasar.  Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan yang melibatkan seluruh rakyat  baik pria maupun wanita termasuk rajanya.
Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum  perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu  menggunakan senjata Jepang.
Pada 20 November 1945 , Pecahlah pertempuran Puputan Margarana  yang terjadi di desa Marga,Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.
Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur  yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Soekarno dan Hatta
Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.
Tahun 1965,  seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S PKI terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian di masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan  secara hukum.
Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera.  Serangan  Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran.
 Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3%menganut agama Hindu.Agamalainnya  adalah  BuddhaIslam Protestan dan Katolik. Selain  dari  sektor  pariwisata,  penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih  menjadi  seniman.
Bahasa yang digunakan di Bali adalah  Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia  adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan  sebagai pilihan dalam berkomunikasi.

2.3  Keadaan Wilayah Pulau Bali
     Bali adalah salah satu Pulau di Indonesia yang terkenal akan keindahan panorama alamnya. Pulau Bali dijuluki dengan sebutan “PULAU DEWATA” karena konon pada jaman dahulu Pulau Bali adalah tempat tinggal para dewa. Secara otomatis, Pulau Bali terletak antara 7 LS – 8 LS dan 114 BT – 155 BT, Pulau Bali berbatasan dengan :
1.Sebelah Utara                              : Laut Bali
2.      Sebeleh Selatan                        : Samudra Hindia
3.      Sebelah Timur                           : Selat Lombok
4.      Sebelah Barat                           : Selat Bali

2.4  Sistem Religi dan Kepercayaan
Umat Hindu memiliki 5 upacara ada yang disebut Panca Yatnya yang artinya 5 pengorbanan, yaitu :
1.Dewa Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.Putra Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap roh atau leluhur yang telah meninggal.
3.Resi Yatnya, yaitu pengorbanan terhadap para pendeta
4.Manusia yatnya, yaitu pengorbanan yang dilakukan manusia agar hidupnya aman dan sejahtera
5.Brita Yatnya, yaitu upacara yang dilakukan untuk makhluk hidup dunia.
Upacara adat di Bali biasanya bersifat ritual. Disamping upacara yang disebut diatas, ada juga upacara lain yang wajib yaitu :
1.      Mapendes, yaitu upacara potong gigi yang di lakukan setiap remaja di Balai Adat
2.      Meraja Swala, yaitu upacara yang dilakukan oleh para gadis yang sedang mendapat menstruasi.
3.      Ngaben, yaitu upacara pembakaran jenazah.

2.5  Hari-hari Besar Agama Hindu
1.  Hari Raya Nyepi
Hari raya ini dirayakan untuk menyambut Tahun Baru Saka. Pada hari ini masyarakat tidak melakukan aktivitas mulai dari memasak, bekerja, keluar rumah bahkan menyalakan lampu. Suasana pada Hari raya Nyepi itu benar-benar sepi dan hening, sebab masyarakat Bali berdo’a dan beribadah setiap hari. Tetapi bagi yang memiliki anak kecil, boleh menyalakan lampu tapi harus minta ijin dulu kepada ketua atau harus diketahui oleh para tetangga.
2.      Hari Raya Galungan
Hari raya ini di peringati untuk merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma atau kebaikan melawan keburukan dalam kehidupan di dunia. Hari raya ini dilakukan untuk memuja terhadap alam semesta ciptaan Tuhan.
3.      Hari Raya Kuningan
Hari raya ini di peringati utnuk pemujaan terhadap alam semesta ciptaan Tuhan.




2.6  Keadaan Penduduk Bali
Masyarakat hukum dari Bali yang terkenal adalah Banjar, yang dipimpin oleh Klian Banjar. Klian Banjar bertugas menyelesaikan persoalan-persoalan adat dan berwenang mengurusi masalah pertanian dan irigasi. Sistem pengairan di Pulau Bali disebut Subak yang dipimpin oleh Klian Subak.
Disamping Banjar dan Subak, juga dikenal organisasi yang disebut Seka. Seka dalah perkumpulan yang bergerak di bidang tertentu, misalnya Seka Taruna (perkumpulan pemuda), Seka Dara (perkumpulan gadis) dan masih banyak lagi. Tiap Banjar memiliki pura sendiri yang disebut Pura Desa, yakni tempat untuk memuja Dewa.

2.7 Potensi Pariwisata Bali
Pulau Bali sangat menarik perhatian para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.  Hal itu tidak  lain karena Pulau Bali memiliki keindahan yang masih alami. Selain itu karena tingginya nilai-nilai budaya di Pulau Bali yang terlihat dengan jelas dalam bidang seni ukir, seni tari dan masih banyak lagi.
Jadi jelas bahwa Pulau Bali memiliki potensi pariwisata yang tinggi sehingga tidak mengherankan kalau Pulau bali sangat terkenal di berbagai belahan dunia.Bali yang sejak  dahulu dikenal sebagai daerah wisata merupakan kenyataan yang telah diterima dihati setiap orang yang pernah datang di Pulau tersebut. Pada umumnya hal inilah yang menarik para wisatawan untuk datang ke Pulau Bali.





BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
      Lokasi : Jalan Waribang No.21, Kesiman, Denpasar Tim, Kota Denpasar, Bali
      Waktu : 18 April 2017
3.2 Sistematika Penulisan
3.2.1 Kerangka Penulisan
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Moto
Halaman Persembahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang Masalah
    1.2 Perumusan Masalah
    1.3 Pembatasan Permasalahan
    1.4 Tujuan Penyusunan Karya Tulis
    1.5 Manfaat Karya Tulis
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................
2.1  Penegasan Judul
2.2  Sejarah Pulau  Bali
2.3  Keadaan Wilayah Pulau Bali
2.4  Sistem Religi dan Kepercayaan
2.5  Hari-Hari Besar Agama Hindu
2.6  Keadan Penduduk Bali
2.7  Potensi Pariwisata Bali


BAB III METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Sistematika Penulisan
      3.2.1 Kerangka Penulisan
      3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Sejarah Tari Barong
4.2  Jenis-Jenis Barong dan Rangda di Pulau Bali
4.3  Alur Cerita Dalam Pementasan Tari Barong
4.4  Makna dan Misteri Yang Terkandung Dalam Tari Barong
BAB V PENUTUP
    5.1 Kesimpulan
    5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

3.2.2 Metodologi Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Jenis data yang akan dikumpulkan dalam karya tulis ilmiah ini berupa data kualitatif, sehingga penulis menggunakan teknik non tes berupa observasi, wawancara. Teknik-teknik tersebut secara lebih rinci dijelaskan dalam uraian berikut :
a.       Observasi
Observasi dilakukan dengan pemusatan perhatian terhadap objek penelitian dengan menggunakan seluruh alat indera dengan tujuan untuk mengkonfirmasikan antara data yang ada dengan kenyataan sebenarnya.
Pengumpulan data dengan observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan data tentang tari barong di Pulau Bali.
b.      Wawancara
Teknik wawancara dilakukan oleh penulis dimana penulis berperan sebagai pewawancara. Teknik ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden atau narasumber. Data yang diperoleh berupa jawaban-jawaban dari responden.
c.       Kajian teori
Teknik ini dilakukan dengan cara mengunpulkan data yang bersumber dari buku dan media elektronik, misalnya surat kabar, majalah, tabloid, radio, internet dan televise.
d. Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh tour guide lokal Pulau Bali dan tour leader
e. Membaca selebaran yang diberikan oleh pihak penyelenggara pementasan
f. Mencari situs di internet khususnya tentang tari Barong.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Tari Barong
Tari Barong adalah salah satu jenis tarian Bali yang merupakan peninggalan kebudayaan Pra-Hindu selain tari SangyangMenurut I Made Bandem, Barong merupakan topeng yang berwujud binatang mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan dijadikan pelindung masyarakat Bali. Jika dilihat dari ikonografi topeng-topeng barong yang ada di Bali, nampak adanya perpaduan antara kebudayaan Bali Kuna dengan kebudayaan Hindu, khususnya kebudayaan Hindu yang bercorak Budha. Topeng-topeng barong seperti itu terdapat pula di negara-negara penganut agama Budha seperti Jepang dan Cina. Sehingga Banyak para sarjana memastikan bahwaasal mula barong adalah tari singa Cina (Barongsai) yang muncul selama dinasti Tang (abad ke 7-10) dan menyebar ke berbagai negara bagian di Asia Timur.
Jika dilihat dari penyusun katanya, kata Barong berasal dari kata bahruang yang berarti beruang yang merupakan seekor binatang mithologi yang mempunyai kekuatan gaib, yang dianggap sebagai binatang pelindung. Tarian barong menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum  binatang berkaki empat, sementara kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Rangda terkenal sebagai sosok yang mempunyai sifat jahat atau lambang kebatilan karena menurut kepercayaan, Rangda adalah ratu para leak dalam mithologi Bali. Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil serta memimpin pasukan nenek sihir jahat melawan Barong, yang merupakan simbol kekuatan baik.
Menurut ethimologinya, kata Rangda yang biasa dikenal di Bali berasal dari bahasa Jawa kuno yaitu dari kata Randa yang berarti Janda. Randa adalah sebutan janda dari golongan Tri wangsa, yaitu waisya, ksatria, dan Brahmana. Sedangkan dari golongan Sudra disebut Balu dan kata Balu dalam bahasa Bali alusnya adalah Rangda.
Diceritakan bahwa kemungkinan besar Rangda berasal dari ratu Mahendratta yang hidup di pulau Jawa pada abad ke-11. Ia diasingkan oleh raja Dharmodayana karena dituduh melakukan perbuatan sihir terhadap permaisuri kedua raja tersebut. Menurut legenda ia membalas dendam dengan membunuh setengah kerajaan tersebut, yang kemudian menjadi miliknya serta milik putra Dharmodayana, Erlangga. Kemudian ia digantikan oleh seseorang yang bijak.

4.2  Jenis Barong dan Rangda
Masyarakat Bali adalah masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan dan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, termasuk kepercayaan tentang barong. Mereka percaya bahwa barong merupakan hewan yang mempunyai kekuatan ghaib dan dianggap sebagai binatang pelindung. Meskipun Barong merupakan hewan yang berkaki 4, namun didalam perkembangannya barong di Bali tidak hanya diwujudkan dalam binatang berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua, adapun jenis-jenis barong yang ada di Bali yaitu :
1.      Barong Ket (Ketet)
Barong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki perbendaharaan gerak tari yang lengkap Kostum Barong ket umumnya menggambarkan perpaduan antara Singa, harimau, dan lembu.

2.      Barong Bangkal
Bangkal artinya babi besar yang berumur tua, oleh sebab itu Barong ini menyerupai seekor bangkal atau bangkung, Barong ini biasanya juga disebut Barong Celeng atau Barong Bangkung.


3.      Barong Asu
Disebut dengan Barong Asu, karena Barong ini menyerupai anjing (asu) dan termasuk jenis barong yang langka. Hanya terdapat di daerah Tabanan dan Badung. Biasanya dipentaskan dengan berkeliling desa (ngelelawang) pada hari-hari tertentu tanpa lakon dengan diiringi gamelan batel, tetamburan, atau balaganjur.
4.      Barong Brutuk
Barong Brutuk merupakan tarian langka yang menggambarkan makhluk-makhluk suci (para pengiring ratu Ida Pancering Jagat) yang beristana di Pura pancering Jagat, Trunyan. Penarinya adalah para remaja yang di sucikan dan menggunakan busana yang terbuat dari daun pisang kering (keraras), memakai topeng dari batok kelapa, setiap orang membawa cambuk yang dimainkan sambil berlari-lari mengelilingi Pura, diiringi dengan gamelan balaganjur atau babonangan. Barong ini terdapat di daerah Trunyan (sebuah Desa kecil dipinggir sebelah timur dari Danau Batur) –Kintamani (Bangli). Barong jenis ini sangat di keramatkan oleh masyarakat Trunyan.
5.      Barong Kadingkling
Barong ini disebut juga barong blasblasan. Pementasannya secara ngelalawang, para penarinya hanya menggunakan topeng wayang wong dengan lakon cuplikan-cuplikan dari cerita Ramayana terutama adegan perang dan setiap lakon dimainkan oleh seorang penari yang masih anak-anak.
6.      Barong Gajah
Barong ini menggunakan kostum yang menyerupai gajah, ditarikan oleh dua orang dan termasuk jenis barong yang langka sehingga dikeramatkan warga masyarakat pengemongnya. Dipentaskan secara berkeliling (ngelelawung) tanpa membawakan lakon dan diiringi dengan gamelan batel atau tetamburan.
7.      Barong Macan
Sesuai dengan namanya, Barong ini menyerupai seekor macan dan termasuk jenis barong yang terkenal dikalangan masyarakat Bali. Dipentaskannya dengan berkeliling desa dan ada kalanya dilengkapi dengan suatu dramatari semacam arja serta diiringi dengan gamelan batel.      
8.      Barong Landung
Barong landung adalah suatu wujud susunan yang berwujud manusia dengan tinggi mencapai 3 meter. Pada umumnya barong landung ini dibuat berpasangan, terdiri dari Ratu lanang (barong landung laki-laki) dan Ratu luh (Barong landung perempuan).
Barong ini mula-mula dipakai untuk mengelabuhi barisan makhluk halus ganas yang menebar segala bencana penyakit dan marabahayanya ke perkampungan penduduk Bali. Makhluk-makhluk halus tersebut dipercaya sebagai anak buah dan hulubalang Ratu Gede Maceling yang menyeberangi lautan dari Nusa Penida. Oleh seorang pendeta sakti, kemudian penduduk disarankan untuk membuat patung yang mirip sang majikan, tinggi, besar, hitam, dan bertaring dan diberi nama Jero Gede Maceling dan mengaraknya berkeliling kampung untuk membuat para makhluk halus itu takut dan menyingkir. Sirnalah segala macam penderitaan yang menghantui penduduk selama ini. Untuk penghormatan kepada tiruan Jero Gede, dibuatlah pasangannya yang biasa dipanggil Jero Luh. Kedua Barong Landung itu sering dihibur, diajak berjalan-jalan dan dibuatkan keramaian supaya bisa menari dan bersenang-senang.
Barong Landung tidak sama dengan barong ket yang sudah dikomersialisasikan. Barong landung lebih sakral dan diyakini kekuatannya sebagai pelindung dan pemberi kesejahteraan umat. Barong Landung banyak dijumpai disekitar Bali Selatan, seperti Badung, Denpasar, Gianyar, Tabanan. Didalam pementasannya barong ini mengambil lakon Arja (terutama di Daerah Badung) dan diiringi gamelan batel.

Karena Rangda digambarkan sebagai seorang wanita dengan rambut panjang yang acak-acakan serta memiliki kuku panjang dan muka yang sangat menyeramkan. Sehingga untuk membedakan wujud rangda adalah dengan melihat bentuk mukanya (prerai).
     Adapun jenis-jenis Rangda adalah sebagai berikut :
1.Bentuk Nyinga
Merupakan salah satu jenis rangda apabila bentuk muka rangda itu menyerupai singa dan sedikit menonjol ke depan (munju). Sifat dari rangda ini adalah galak dan buas.
2.Bentuk Nyeleme
Dikatakan bahwa suatu jenis rangda memiliki bentuk muka Nyeleme apabila bentuk muka rangda itu menyerupai wajah manusia dan sedikit melebar (lumbeng). Bentuk rangda seperti ini menunjukan sifat yang berwibawa dan angker.
3. Bentuk Raksasa
Seperti namanya yaitu Rangda bentuk raksasa. Maka rangda ini memiliki ciri-ciri apabila bentuk muka rangda ini menyerupai wujuf raksasa seperti yang umum kita lihat rangda  pada umumnya. Biasanya rangda ini menyeramkan.

4.3 Tokoh dan Alur
Tokoh-Tokoh Pementasan Tari Barong
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam Tari Barong dan Keris adalah:
a.       Barong
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali dan merupakan perwujudan raja dari roh-roh yang melambangkan kebajikan (dharma). Barong dalam mitologi Bali konon digerakkan oleh roh yang dikenal dengan nama Banas Pati Rajah, yaitu roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Sebagai roh pelindung,
b.      Rangda
Rangda merupakan sosok yang menggambarkan keburukan (adharma). Didalam setiap gerak gerik Rangda selalu bertujuan untuk menguasai alam dengan penuh kebatilannya. Berbagai upaya pun dilakukan oleh Rangda untuk melawan Barong, namun semua upayanya tidak membuahkan hasil yang menguntungkan dirinya.

c.       Kera
Kera merupakan tokoh yang pertama muncul pada awal gending pembukaan dalam pementasan. Dalam pementasan tersebut digambarkan kera sedang berada di hutan lebat bersama dengan Barong. Kera ini merupakan gambaran sosok yang menjadi sahabat dari Barong yang membantu barong dalam melawan tiga orang perusak hutan.
d.      Tiga orang perusak hutan
Tiga orang perusak hutan ini menggunakan topeng didalam menjalankan aksinya. Pada awalnya tiga orang ini sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan, dan salah satu anak dari orang tersebut diduga telah dimakan oleh Barong. Sehingga peran dari ketiga orang ini adalah sebagai musuh dari Barong, dan mereka sangat dendam terhadap Barong atas apa yang telah dilakukan kepada mereka.
e.       Dua orang pengikut Rangda
Dua orang pengikut rangda ini berperan untuk mencari pengikut Dewi Kunti dan merubah wujudnya menjadi setan untuk memasukan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti.
f.       Dewi Kunti
Dalam pementasan tari Barong, Dewi Kunti diceritakan sebagai korban Rangda yang harus menyerahkan putranya kepada Rangda  sesuai janji yang telah diucapkannya sendiri.
g.      Pengikut-pengikut Dewi Kunti
Karena pengaruh roh jahat yang telah dirasukan oleh pengikut Rangda, sehingga pengikut-pengikut Dewi Kunti pun berubah sifat menjadi sosok yang jahat dan ikut berupaya membujuk Dewi Kunti untuk menyerahkan putranya kepada Rangda.
h.      Patih
Patih juga termasuk korban Rangda yang telah dirasuki roh jahat. Patih disini berperan mengantarkan Dewi Kunti menghadap Rangda, dan atas pengaruh yang telah didapatnya sehingga ia juga yang mengantarkan putra Dewi Kunti ke dalam hutan lebat dan mengikatnya di muka sang Rangda.
i.        Sadewa
Sadewa merupakan putra Dewi Kunti yang diserahkan kepada Rangda sebagai korbannya. Namun, Sadewa juga termasuk orang pilihan yang diberi kekuatan oleh Dewa sehingga ia dapat terhindar dari serangan Rangda.
j.        Dewa Siwa
Dewa Siwa merupakan Dewa penolong yang turun dari khayangan yang memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat manusia yang memerlukan.
k.      Kalika
Kalika adalah murid Rangda yang paling sakti. Pada mulanya diceritakan bahwa Kalika ingin memohon ampunan kepada Sadewa, namun permohonan itu ditolak, sehingga membuat Kalika menjadi marah dan merubah wujudnya menjadi berbagai bentuk untuk mengalahkan sadewa.
Alur Cerita Pementasan Tari Barong
Pementasan Tari Barong terdiri dari beberapa babak alur cerita yang saling berkaitan, yaitu
1.      Gending Pembukaan
Pada babak ini, menggambarkan suasana Barong dan kera yang sedang berada di dalam hutan lebat. Tak lama kemudian munculah tiga orang bertopeng yang menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan. Mereka membuat keributan dan merusak ketenangan hutan. Salah satu anak dari orang tersebut diduga telah dimakan oleh Barong. Melihat hal tersebut, kemudian ketiga orang itu sangat marah dan menyerang Barong dan kera. Akhirnya ternyata dalam perkelahian itu hidung diantara salah seorang dari ketiga orang bertopeng itu berhasil dipotong oleh Si kera.



2.      Babak Pertama
Muncullah dua orang penari, mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda yang sedang mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam perjalanan untuk menemui Sang Patih.
3.      Babak kedua
Setelah para  pengikut  Dewi Kunti sampai ini tiba di tujuan mereka. Maka tiba-tiba salah satu dari pengikut rangda berubah wujud menjadi menyerupai bentuk Rangda (semacam rangda) dan memasukan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah.
4.      Babak Ketiga
Munculah Dewi Kunti dan anaknya yang bernama Sadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa menjadi korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela mengorbankan anaknya, Sadewa kepada Rangda. Tetapi dengan ilmu sakti yang dimiliki oleh Rangda dengan bujukan para pengikut Dewi Kunti yang juga memasukan roh jahat kepadanya, Rangda bisa mempengaruhi pikiran Dewi Kunti menjadi pemarah dan tetap berniat mengorbankan Sadewa. Disamping itu, para pengikut Dewi Kunti juga ikut membujuk Dewi Kunti. Karena mereka juga sudah kerasukan oleh roh jahat. Rangda yang berhasil mempengaruhi pikiran dan akal sehat Dewi Kunti, sehingga membuat Dewi Kunti tiba-tiba marah dan menjadi sangat benci kepada putranya.
5.      Babak Keempat
Pada babak ini  menggambarkan kekuatan dan anugerah Sang Dewa (Dewa Siwa) untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat manusia yang memerlukan. Ketika Sadewa diikat dibawah pohon besar di dalam hutan dan ditinggal sendirian. Tiba-tiba turunlah Batara Siwa dari Khayangan dengan merasa iba akan kondisi Sadewa, Batara Siwa memberikan keabadian hidup kepada Sadewa dengan menganugerahkan keabadian dan kekebalan akan segala ilmu jahat kepada diri Sadewa. Dan kejadian ini tidak diketahui oleh Rangda. Sesaat kemudian Rangda datang untuk mencabut nyawa Sadewa, karena tidak sadar akan anugerah yang sudah diberikan oleh Batara Siwa berusaha mengoyak-oyak, mencabik, dan membunuh sadewa tetapi tetap tidak berhasil. Karena Rangda yang tidak berhasil membunuh Sadewa merasa putus asa, Rangda pun menyerah dan memohon ampunan kepada Sadewa untuk dapat menebus dosa-dosanya. Disamping itu rangda pun memohon untuk diselamatkan agar dapat masuk Surga. Permintaan ini dipenuhi Sadewa dan Rangda pun mendapat pengampunan, sehingga berikutnya Rangda dapat masuk Surga.

6.       Babak Kelima
Babak ini menggambarkan pertentangan abadi antara kebijakan dan keburukan dikehidupan ini. Kalika adalah murid Rangda yang paling sakti. Kalika bermaksud untuk menghadap Sadewa untuk memohon pengampunan sebagaimana Rangda dulu memohon kepada Sadewa. Tetapi Sadewa menolak permintaan ini sehingga murkalah Kalika.
Kejadian tersebut mengakibatkan terjadinya pertarungan sengit antara keduanya.dalam pertempuran ini Kalika beberapa kali merubah wujud dirinya untuk dapat bisa mengalahkan Sadewa. Karena kalah, kalika berubah lagi menjadi burung gagak yang besar tetapi tetap dapat pula dikalahkan oleh Sadewa. Akhirnya, kalika kembali berubah rupa menjadi sosok yang paling sakti, yaitu Rangda. Karena kesaktian yang dimiliki oleh Rangda ini, maka Sadewa tidak dapat mengalahkannya. Karena sama saktinya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Sehingga pertarungan ini pun menjadi pertarungan abadi yang terus berlangsung sampai saat ini. Dimana ada kejahatan disitu pula akan ada kebaikan yang akan terus bertempur melawan kejahatan.



7.      Penutup
Munculah para pengikut barong dengan membawa keris bermaksud untuk menolong Barong. Tetapi dengan ilmu saktinya, Kalika yang berwujud Rangda berhasil membuat roh jahat menguasai tubuh pengikut Barong, sehingga mereka berbalik berusaha menikam diri mereka dengan keris. Barong dengan ilmu kebaikannya menolong mereka dari kerasukan roh jahat dan berhasil mengusir roh jahat dari tubuh mereka.
4.4  Makna Dibalik Keistimewaan Tari Barong
Sebagai sebuah mahakarya warisan budaya dari Pulau Bali, tari Barong memiliki makna yang istimewa bagi yang setiap orang yang mampu menangkap keistemewaan tersebut . Tentu saja keistimewaan itu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dan keistimewaan yang paling menonjol adalah dari sudut pandang kebudayaan dan kepercayaannya. Sebagai kesenian tradisional peninggalan kebudayaan sebelum agama Hindu berkembang di Bali, bagi masyarakat Bali, Barong bukanlah sekedar tarian tradisional. Sejak dulu hingga kini mereka menjadikan Barong sebagai simbol kebaikan yang diyakini mempunyai kekuatan magis. Begitu kuatnya keparcayaan masyarakat Hindu Bali, mereka menjadikan Barong sebagai benda sakral yang sangat disucikan. Tarian yang menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan kebatilan ini adalah tarian yang biasa digelar pada upacara-upacara keagamaan, misalnya dalam upacara bersih desa yang di laksanakan setiap tanggal 2 Syawal dan upacara idher bumi dan upacara selamatan Sewu tumpeng yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Bulan Haji. Upacara ini biasa di laksanakan di desa Kemiren. Ritual ini dilaksanakan untuk menghormati dahyang desa Kemiren agar kemakuran desa tetap terjaga dan terjauhkan dari bencana. Selain Itu tari Barong juga sangat di sakralkan oleh masyarakat karena dipercaya mempunyai kekuatan magis arwah nenek moyang. Kesakralan tari Barong juga dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Obat diambilkan dari kemenyan yang dibakar dibawah tubuh barong kemudian dilarutkan dalam air yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit mulai dari buta hingga sakit perut mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan harinya.
Selain itu, keistimewaan tari Barong juga dapat dilihat dari unsur mitologis yang sangat kuat. Karena sumber cerita tari Barong itu sendiri adalah tradisi pra-Hindu yang menyakini bahwa Barong adalah hewan mitologis dan merupakan hewan pelindung kebaikan. Selain itu, unsur mitologis dalam tarian sakral ini juga diperkuat dengan proses pembuatan Barong itu sendiri. Karena bahan dasar topeng Barong tersebut diperoleh dari kayu yang diambil dari tempat- tempat yang angker. Hal ini pulalah yang memperkuat kepercayaan masyarakat Hindu Bali untuk menyakralkan dan mensucikan Barong tersebut.
Tari Barong yang digelar di Pura dimainkan secara serius. Berbeda dengan tari Barong yang di pentaskan untuk pertunjukan wisata yang diselingi dengan humor.
Disisi lain, tari Barong juga mempunyai keistimewaan lain yaitu adanya unsur- unsur komedi yang dapat menghibur, khususnya tari Barong yang sengaja dipantaskan untuk pertunjukan wisata kebudayaan. Unsur komedi ini sengaja diselipkan untuk menghibur penontonnya. Tentu saja lewat gerak- gerik para pemainnya yang dikemas sedemikian rupa agar dapat memancing tawa penontonnya.
Namun pada dasarnya, pada setiap pementasan tari Barong yang diselenggarakan di Bali baik yang bersifat keagamaan atau hanya sekedar untuk hiburan memiliki makna yang sangat mendalam yang tersirat dibalik keistimewaan-keistimewaan yang ada, makna yang memang menggambarkan keadaan kehidupan sosial manusia seutuhnya. Dimana dalam pementasan tari Barong tersebut digambarkan bahwa tidak akan ada kebahagiaan yang sempurna di dunia ini, kebatilan akan senantiasa mengejar dan terus mensejajarkan kedudukannya dengan kebaikan.


BAB V
PENUTUP
5.1  Simpulan
Berdasarkan pengamatan dan dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa:
1.      Tari Barong adalah tarian yang menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan kebatilan.
2.      Jenis-jenis Barong di Pulau Bali diantaranya Barong Ket, Barong Bangkal, Barong Anjing, Barong Gajah, Barong Landung, dan Barong Brutak. Sedangkan bentuk muka Rangda yang ada di Pulau Bali diantaranya bentuk Nyinga, bentuk Nyleme, dan bentuk Raksasa.
3.      Tokoh-tokoh penggerak jalannya pementasan tari barong terdiri dari Barong, Rangda, pengikut Rangda, Dewi Kunti, Pengikut Dewi Kunti, Dewa Siwa, Kalika, tiga orang perusak hutan, kera, patih, dan Sadewa. Alur cerita pementasan tari Barong menggambarkan pertarungan antara Barong dan Rangda yang sama kuat sehingga tidak ada pihak yang menang maupun kalah.
4.      Keistimewaan tari Barong dari sudut religius menyebabkan tari Barong menjadi tarian sakral yang penuh makna bagi umat Hindu Bali.
5.2 Saran
1.         Pengelola pementasan tari Barong sebaiknya memperbaiki sarana dan pra sarana yang ada di tempat pementasan, sehingga wisatawan lebih nyaman dalam menyaksikan pementasan.
2.         Sebaiknya pihak penyelenggara menambah jadwal pementasan, karena banyaknya peminat yang ingin menyaksikan pementasan mahakarya tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/gwt/



 LAMPIRAN
Gambar 1
Keterangan :  Tari barong bali
Gambar 2
.
Keterangan : Penari Tarian Bali

Gambar 3
Keterangan : Rangda Bali

Gambar 4
Keterangan : Pementasan Tari Barong 






No comments:

Post a Comment

CONTOH CV LAMARAN PEKERJAAN/ CV DIKETIK/ CV SEDERHANA

Hai sobat, jumpa lagi di postingan kali ini. Kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang apa itu CV (Curriculum Vitae) atau dalam bahas...